Tes Pendengaran ada 2
macam, yaitu Tes Konvensional, dan Tes Non-Konvensional.
1.
Tes
Pendengaran Konvensional
a.
Tes
berbisik dan percakapan
Cara ini cukup sederhana, untuk
melaukan tes brbisik dan pecakapan ini harus memperhatikan beberapa aturan
supaya hasil tes memenuhi syarat tertentu, yaitu berikut ini:
i.
Tes ini harus dilakukan/dilaksanakan
dalam satu ruangan bebas gangguan suara dan tidak boleh ada gema dalam ruangan
yang digunakan untuk mengetes.
ii. Orang
yang mengadakan tes harus bicara dengan suara lantang dan semua yang di ucapkan
harus sama-sama keras.
iii. Sebelum
mengucapakan kata-kata, janganlah menghirup terlalu dalam,untuk menghindari
kata pertama diucapkan terlalu keras.
iv. Kata-kata
harus bersuku dua.
v. Pasien
atau orang yang akan detes ridak boleh melihat bibir pengetes agar pasien tidak
bisa membaca bibir pengetes.
vi. Telinga
harus dites satu persatu dan telinga yang tidak dites harus ditutup.
Lewat
cara ini ambang patologis dapat ditentukan,tetapi masih kurang sempurna, sebab
ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan ini diantaranya,
sebagai berikut:
a. Selain
kurang dengar pasien juga dapat menderita gangguan pada kemampuan analisa
frekuensi, lalu ambang pendengaran patologis tidak sama dengan hasil tes ini.
b. Telinga
yang ditutup masih dapat mrempengaruhi hasil tes ini bila selisih kekurangan
dengar antara telinga lebih dari 30dB , telinga yang lebih baik walaupun
ditutup , masih bisa ikut mendengar dan testing boleh diragukan.
2.
Tes
Pendengaran Non-Konvensional
a.
Tes
Rinne
Tujuan
kita melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan antara hantaran tulang dengan
hantaran udara pada satu telinga pasien.
Ada 2 cara kita
melakukan tes Rinne, yaitu :
Garpu
tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus
pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah
pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan di depan
meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih dapat
mendengarnya. Sebaliknya tes Rinne negatif jika pasien tidak dapat
mendengarnya.
Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tankainya secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garpu tala di depan meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi garpu tala di depan meatus akustikus eksterna lebih keras daripada di belakang meatus akustikus eksterna (planum mastoid). Tes Rinne positif jika pasien mendengarnya lebih keras. Sebaliknya tes Rinne negatif jika pasien mendengarnya lebih lemah.
Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tankainya secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garpu tala di depan meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi garpu tala di depan meatus akustikus eksterna lebih keras daripada di belakang meatus akustikus eksterna (planum mastoid). Tes Rinne positif jika pasien mendengarnya lebih keras. Sebaliknya tes Rinne negatif jika pasien mendengarnya lebih lemah.
Kesalahan
pemeriksaan pada tes Rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa maupun
pasien. Kesalahan dari pemeriksa misalnya meletakkan garpu tala tidak tegak
lurus, tangkai garpu tala mengenai rambut pasien dan kaki garpu tala mengenai
aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan lemak planum mastoid pasien tebal.
Kesalahan
dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak
mendengar bunyi garpu tala saat kita menempatkan garpu tala di planum mastoid
pasien. Akibatnya getaran kedua kaki garpu tala sudah berhenti saat kita
memindahkan garpu tala di depan meatus akustikus eksterna.
b.
Tes
Weber
Tujuan
kita melakukan tes Weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara
kedua telinga pasien.
Cara
kita melakukan tes Weber yaitu membunyikan garpu tala 512 Hz lalu tangkainya
kita letakkan tegak lurus pada garis median (dahi, verteks, dagu, atau gigi
insisivus) dengan kedua kakinya berada pada garis horizontal. Menurut pasien,
telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras.
Jika
telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras pada 1 telinga maka terjadi
lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua telinga pasien sama-sama
tidak mendengar atau sama-sama mendengar maka berarti tidak ada lateralisasi.
Misalnya terjadi
lateralisasi ke kanan maka ada 5 kemungkinan yang bisa terjadi pada telinga
pasien, yaitu :
a. Telinga
kanan mengalami tuli konduktif sedangkan telinga kiri normal.
b. Telinga
kanan dan telinga kiri mengalami tuli konduktif tetapi telinga kanan lebih
parah.
c. Telinga
kiri mengalami tuli sensorineural sedangkan telinga kanan normal.
d. Telinga
kiri dan telinga kanan mengalami tuli sensorineural tetapi telinga kiri lebih
parah.
e. Telinga
kanan mengalami tuli konduktif sedangkan telinga kiri mengalami tuli
sensorineural.
c.
Tes
Schwabach
Tujuan
kita melakukan tes Schwabach adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara
pemeriksa dengan pasien.
Cara
kita melakukan tes Schwabach yaitu membunyikan garpu tala 512 Hz lalu
meletakkannya tegak lurus pada planum mastoid pemeriksa. Setelah bunyinya tidak
terdengar oleh pemeriksa, segera garpu tala tersebut kita pindahkan dan
letakkan tegak lurus pada planum mastoid pasien. Apabila pasien masih bisa
mendengar bunyinya berarti Scwabach memanjang. Sebaliknya jika pasien juga
sudah tidak bisa mendengar bunyinya berarti Schwabach memendek atau normal.
Cara
kita memilih apakah Schwabach memendek atau normal yaitu mengulangi tes
Schwabach secara terbalik. Pertama-tama kita membunyikan garpu tala 512 Hz lalu
meletakkannya tegak lurus pada planum mastoid pasien. Setelah pasien tidak
mendengarnya, segera garpu tala kita pindahkan tegak lurus pada planum mastoid
pemeriksa. Jika pemeriksa juga sudah tidak bisa mendengar bunyinya berarti
Schwabach normal. Sebaliknya jika pemeriksa masih bisa mendengar bunyinya
berarti Schwabach memendek.
Kesalahan
pemeriksaan pada tes Schwabach dapat saja terjadi. Misalnya tangkai garpu tala
tidak berdiri dengan baik, kaki garpu tala tersentuh, atau pasien lambat
memberikan isyarat tentang hilangnya bunyi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar