A.
MODEL
– MODEL PEMBELAJARAN ANAK BERBAKAT PENYANDANG KETUNAAN
1.
MODEL
STRUKTUR INTELEK GUILFORD
Guilford ( 1967 ) telah mengembangkan sebuah
teori yang sangat monumental, yang menjelaskan tentang kemampuan intelek
manusia yang disebut Structure Of Intellect ( SI ). SI adalah sebuah model,
hasil penelitian analisis faktor yang mempunyai implikasi terhadap proses
belajar. SI merupakan kerangka acuan yang bersifat komprehensif, sistematik dan
berdasarkan atas pengujian empiris.
Model
SI manusia dapat digambarkan sebagai suatu kubus yang terdiri dari tiga matra (
dimensi ) intelektual, yaitu operasi ( proses ), konten ( materi ) dan produk. Salah satu
manfaat dari model struktur intelek (SI) Guilford menunjukkan keragaman
kemampuan intelek manusia yang perlu dikembangkan melalui pendidikan.
a. Kategori Operasi
1)
Kognisi ( Cognition )
merujuk kepada pengenalan yang segera, pengenalan kembali, kesadaran
penangkapan informasi proses terbentuknya pengertian.
2)
Ingatan ( Memory )
ialah memunculkan kembali informasi yang telah diterima dalam bentuk yang sama
seperti semula. Terdiri dari ingatan jangka pendek dan jangka panjang.
3)
Berfikir konvergen (
Convergent Production ) ialah kemampuan menarik kesimpulan yang logis dari
informasi yang diberikan dengan pencapaian jawaban tunggal yang benar.
4)
Berfikir Divergen (
Divergent Production ) ialah spontanitas dalam memberikan macam-macam
kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada
keragaman jumlah kesesuaian,fleksibilitas, kelancaran dan kualitas jawaban.
5)
Evaluasi ialah suatu proes membuat
pertimbangan dengan membandingkan informasi sesuai tolak ukur.
b. Kategori Isi ( Content
)
1)
Figural merupakan
representasi bentuk ( bermacam-macam objek kongkret )
2)
Simbolik ialah
kemampuan memahami symbol-simbol seperti huruf,angka, tanda-tanda music dan
sebagainya
3)
Semantic ialah
kemampuan individu memahami kata-kata dan ide-ide dengan pengertian abstrak
berkenaan dengan pengalaman individu yang bersangkutan yang tersimpan dalam
ingatan
4)
Behavioral ialah
kemampuan untuk menerima dan menginterprestasikan pikiran dan perasaan orang
lain
c. Kategori Produk
1)
Unit merujuk pada
elemen-elemen tunggal
2)
Kelas dapat diartikan
sebagai kelompok informasi dikelompokkan menurut karakteristik umum
3)
Relasi kemampuan
menghubungkan antara dua informasi
4)
System sebagai
sekumpulan informasi yang terorganisasikan yang membentuk hubungan yang
kompleks
5)
Transformasi ialah
kemampuan meredifinisi informasi yang ada sebelumnya menjadi informasi
selanjutnya
6)
Implikasi ialah
melakukan prediksi atau antisipasi berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang
dimiliki saat sekarang terhadap situasi lain
2. MODEL PERILAKU KOGNITIF
AFEKTIF DARI WILLIAMS
Sebuah model
yang dikembangkan untuk merangsang kreativitas pada anak berbakat dikembangkan
oleh Williams ( 1970 ). Model Williams terdiri dari tiga dimensi. Dimensi 1 (
DI) dimensi kurikulum, dimensi 2 ( D2 ) ialah strategi pembelajaran, dimensi 3
( D3 ) meliputi prilaku siswa seperti perilaku kognitif dan perilaku afektif.
Dengan
menggunakan model Williams sebagai rujukan. Guru dapat mengembangkan pelajaran
dalam bidang-bidang pengajaran yang berbeda dapat merencanakan tujuan
pembelajaran bagi anak berbakat secara spesifik.
Dalam
merancang program pembelajarn bagi anak berbakat, seyogianya memperhatikan tiga
dimensi tersebut dengan cara mengkombinasikan aspek-aspek yang ada pada masing
dimensi sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
3. MODEL SINEKTIK (
SYNECTICS ) DARI GORDON
Sinektik
merupakan suatu pendekatan baru yang manarik guna mengembangkan kreativitas.
Menurut Gordon ada empat pandangan yang mendasari Sinektik, yaitu :
a.
Menurut Gordon
Kreativitas merupakan bagian dari kegiatan kerja kita sehari-hari dan
berlangsung seumur hidup
b.
Proses kreatif bukan
sesuatu yang dibawa sejak lahir, melainkan dapat dipelajari dan dimanfaatkan
dalam kehidupan sehari-hari
c.
Kreativitas tercipta
disegala bidang
d.
Peningkatan
kreativitas kelompok dan individu sama
1) Hubungan Proses
Synectic dengan Kreativitas
Pemrosesan
spesifik dalam Synectic, dikembangkan dari anggapan dasar tentang psikologi
kreatif.
a.
Menimbulkan proses
kreatif menuju kesadaran serta mengembangkannya secara nyata membantu
kreativiitas
b.
Komponen emosional
lebih penting dari komponen intelektual
c.
Elemen-elemen
emosional dan irasional harus dipahami
guna meeningkatkan kemungkinan sukses.
2) AKTIVITAS METAPORIK
Aktivitas
metaporik merupakan model sinektik dimana kreativitas menjadi suatu proses yang
disadari. Metapora – metapora membentuk hubungan persamaan, membedakan obyek
atau ide yang satu dengan yang lainnya. Metapora memperkenalkan jarak antara
siswa dengan objek atau subyek lain, mendorong berfikir orisinal.
Aktivitas metaporik membantu siswa dapat
menghubungkan ide-ide dari hal-hal yang telah dikenalnya menuju ke hal-hal yang
baru. Model Synectic dengan mempergunakaan aktivitas metaporik memungkinkan
individu bebas mengembangkan imajinasi
3) MODEL MENGAJAR
SYNECTICS
Ada
dua strategi mengajar yang mendasari prosedur synectics yaitu :
a.
Menciptakan sesuatu
yang baru. Strategi ini untuk mengenal keanehan, akan membantu siswa memahami
masalah, idea tau produk baru yang akhirnya memperjelas kreatif
b.
Memperkenalkan
keanehan. Strategi ini dirancang untuk membuat sesuatu yang baru, ide-ide yang
tidak dikenal akan lebih berarti
B. POLA UMUM PEMBELAJARAN
ANAK BERBAKAT PENYANDANG KETUNAAN
Berdasarkan
alasan-alasan itu pengembangan strategi pembelajaran anak berbakat penyandang
ketunaan seyogianya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a.
Secara potensial anak
berbakat penyandang ketunaan tidak berbeda dengan anak berbakat biasa. Oleh
karena itu program pembelajarannya ditekankan pada pengembangan kreativitas dan
pengembangan kemampuan berfikir tingkat tinggi
( Conny Semiawan, 1995 )
b.
Secara umum hampir
semua ketunaan berdampak negative pada perkembangan kognitif anak berbakat
penyandang ketunaan. Oleh Karena itu program pembelajaran anak berbakat
penyandang ketunaan seyogianya mengembangkan aspek-aspek kognitif yang
elementer.
c.
Program pembelajarn
bagi anak berbakat penyandang ketunaan, harus lebih ditekankan pada pengalaman
belajar yang bersifat induktif
d.
Strategi pembelajaran
yang dikembangkan seyogianya disesuaikan dengan ketunaan yang dimiliki seorang siswa berbakat.
C. PEMBELAJARAN ANAK
BERBAKAT PENYANDANG KETUNAAN
1. Pembelajaran Anak
Berbakat Penyandang Ketunanetraan
a)
Program Pengembangan
Kemampuan Kognitif Anak Berbakat Penyandang Ketunanetraan
Dalam
upaya mengembangkan kemampuan kognitif anak berbakat penyandang ketunanetraan,
program pembelajaran dapat dikembangkan dari model struktur intelek Guilford (
terutama mengembangkan dimensi operasi menyangkut komponen kognisi,memory, dan
kemampuan konvergen ).
b)
Pengembangan
Kreativitas anak berbakat penyandang ketunanetraan
Strategi
pengembangan kreativitas anak berbakat penyandang ketunanetraan dapat dilakukan
dengan mengimplementasikan model synectics. Melalui strategi ini siswa mencoba
menghubungkan dua ide yang mengidentifikasi hubungan-hubungan dengan analogi
mereka, strategi ini membantu siswa menemukan sesuatu yang baru atau
menjelajahi sesuatu yang tidak dikenalnya.
2. Pembelajaran anak
berbakat penyandang Ketunarunguan
Telah
dijelaskan bahwa anak berbakat penyandang ketunarunguan mengalami hambatan
dalam perkembangan bahasa dan komunikasi. Program pembelajaran yang sebaiknya
dikembangkan ialah program yang dapat menjangkau hambatan yang dialami dengan
memnfaatkan kemampuan indera lain yang masih berfungsi sebagai kompensasi.
a)
Pengembangan kemampuan
kognitif anak berbakat penyandang ketunarunguan
Bruner
menjelaskan bahwa perkembangan mental anak terdiri dari tiga tahap yaitu tahap
inactive, tahap iconic, dan tahap symbolic. Ketiga langkah tersebut merupakan
suatu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan satu sama lain. Strategi tersebut
dapat mengakomodasi semua bidang pengajaran pada setiap tingkatan.
b)
Pengembangan
kreativitas anak berbakat penyandang ketunarunguan
Pengembangan
kreativitas anak berbakat penyandang ketunarunguan sedapat-dapatnya
menghindarkan dari penggunaan bahasa yang bersifat abstrak. Maka dari itu,
pengembangan kreativitas anak berbakat penyandang ketunarunguan seyogianya
tetap dilakukan melalui suasana yang bersifat kongkret.
3. Pembelajaran anak
berbakat penyandang Ketunadaksaan
Anak
berbakat penyandang ketunadaksaan memiliki kesulitan yang berkenaan dengan
kemampuan gerak. Akibat dari kesulitan itu mereka mengalami kekurangan dalam
beberapa aspek perkembangan terutama aspek perkembangan kognitif dan
kreativitas. Dalam hal ini model William dapat dijadikan referensi dalam
menyusun program pembelajaran.
4. Pembelajaran anak
berbakat penyandang Ketunalarasan
Secara
kognitif anak berbakat penyandang ketunalarasan tidak berbeda dengan anak
berbakat biasa ( Sisk, 1987 ) yang menjadi masalah bagi mereka adalah adanya
gangguan emosi. Sehingga mereka tidak dapat menunjukkan prestasi belajar yang
sepadan dengan keunggulannya.
Oleh
karena itu penanganan anak berbakat penyandang ketunalarasan dititikberatkan
pada bimbingan konseling dan psikoterapi.
5. Pembelajaran anak
berbakat penyandang kesulitan belajar
Ada
perbedaan anak berbakat biasa dengan anak berbakat penyandang kesulitan belajar
jika dilihat dari perkembangan kognitifnya yaitu terletak pada perbendaharaan
kata, kecepatan mereaksi, dan fleksibilititas berfikir.
Kesulitan anak
berbakat penyandang kesulitan belajar tampaknya terletak pada kesulitan
berbahasa. Program pembelajaran bagi ana berbakat penyandang kesulitan belajar
sebaiknya mencakup aspek perkembangan kognitif yang erat dengan kemampuan
bahasa dan program yang dapat juga mengembangkan imajinasi atau kemampuan
berfikir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar