song

Rabu, 26 Maret 2014

MODEL, POLA, PEMBELAJARAN ANAK BERBAKAT PENYANDANG KETUNAAN

A.    MODEL – MODEL PEMBELAJARAN ANAK BERBAKAT PENYANDANG KETUNAAN

1.    MODEL STRUKTUR INTELEK GUILFORD
 Guilford ( 1967 ) telah mengembangkan sebuah teori yang sangat monumental, yang menjelaskan tentang kemampuan intelek manusia yang disebut Structure Of Intellect ( SI ). SI adalah sebuah model, hasil penelitian analisis faktor yang mempunyai implikasi terhadap proses belajar. SI merupakan kerangka acuan yang bersifat komprehensif, sistematik dan berdasarkan atas pengujian empiris.
Model SI manusia dapat digambarkan sebagai suatu kubus yang terdiri dari tiga matra ( dimensi ) intelektual, yaitu operasi ( proses ),  konten ( materi ) dan produk. Salah satu manfaat dari model struktur intelek (SI) Guilford menunjukkan keragaman kemampuan intelek manusia yang perlu dikembangkan melalui pendidikan.

a.    Kategori Operasi
1)   Kognisi ( Cognition ) merujuk kepada pengenalan yang segera, pengenalan kembali, kesadaran penangkapan informasi proses terbentuknya pengertian.
2)   Ingatan ( Memory ) ialah memunculkan kembali informasi yang telah diterima dalam bentuk yang sama seperti semula. Terdiri dari ingatan jangka pendek dan jangka panjang.
3)   Berfikir konvergen ( Convergent Production ) ialah kemampuan menarik kesimpulan yang logis dari informasi yang diberikan dengan pencapaian jawaban tunggal yang benar.
4)   Berfikir Divergen ( Divergent Production ) ialah spontanitas dalam memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah kesesuaian,fleksibilitas, kelancaran dan kualitas jawaban.
5)    Evaluasi ialah suatu proes membuat pertimbangan dengan membandingkan informasi sesuai tolak ukur.

b.   Kategori Isi ( Content )
1)   Figural merupakan representasi bentuk ( bermacam-macam objek kongkret )
2)   Simbolik ialah kemampuan memahami symbol-simbol seperti huruf,angka, tanda-tanda music dan sebagainya
3)   Semantic ialah kemampuan individu memahami kata-kata dan ide-ide dengan pengertian abstrak berkenaan dengan pengalaman individu yang bersangkutan yang tersimpan dalam ingatan
4)   Behavioral ialah kemampuan untuk menerima dan menginterprestasikan pikiran dan perasaan orang lain

c.    Kategori Produk
1)   Unit merujuk pada elemen-elemen tunggal
2)   Kelas dapat diartikan sebagai kelompok informasi dikelompokkan menurut karakteristik umum
3)   Relasi kemampuan menghubungkan antara dua informasi
4)   System sebagai sekumpulan informasi yang terorganisasikan yang membentuk hubungan yang kompleks
5)   Transformasi ialah kemampuan meredifinisi informasi yang ada sebelumnya menjadi informasi selanjutnya
6)   Implikasi ialah melakukan prediksi atau antisipasi berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki saat sekarang terhadap situasi lain


2.    MODEL PERILAKU KOGNITIF AFEKTIF DARI WILLIAMS
 Sebuah model yang dikembangkan untuk merangsang kreativitas pada anak berbakat dikembangkan oleh Williams ( 1970 ). Model Williams terdiri dari tiga dimensi. Dimensi 1 ( DI) dimensi kurikulum, dimensi 2 ( D2 ) ialah strategi pembelajaran, dimensi 3 ( D3 ) meliputi prilaku siswa seperti perilaku kognitif dan perilaku afektif.
Dengan menggunakan model Williams sebagai rujukan. Guru dapat mengembangkan pelajaran dalam bidang-bidang pengajaran yang berbeda dapat merencanakan tujuan pembelajaran bagi anak berbakat secara spesifik.
Dalam merancang program pembelajarn bagi anak berbakat, seyogianya memperhatikan tiga dimensi tersebut dengan cara mengkombinasikan aspek-aspek yang ada pada masing dimensi sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

3.    MODEL SINEKTIK ( SYNECTICS ) DARI GORDON
Sinektik merupakan suatu pendekatan baru yang manarik guna mengembangkan kreativitas. Menurut Gordon ada empat pandangan yang mendasari Sinektik, yaitu :
a.    Menurut Gordon Kreativitas merupakan bagian dari kegiatan kerja kita sehari-hari dan berlangsung seumur hidup
b.    Proses kreatif bukan sesuatu yang dibawa sejak lahir, melainkan dapat dipelajari dan dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari
c.    Kreativitas tercipta disegala bidang
d.   Peningkatan kreativitas  kelompok dan individu sama

1)   Hubungan Proses Synectic dengan Kreativitas
Pemrosesan spesifik dalam Synectic, dikembangkan dari anggapan dasar tentang psikologi kreatif.
a.    Menimbulkan proses kreatif menuju kesadaran serta mengembangkannya secara nyata membantu kreativiitas
b.    Komponen emosional lebih penting dari komponen intelektual
c.    Elemen-elemen emosional  dan irasional harus dipahami guna meeningkatkan kemungkinan sukses.

2)   AKTIVITAS METAPORIK
Aktivitas metaporik merupakan model sinektik dimana kreativitas menjadi suatu proses yang disadari. Metapora – metapora membentuk hubungan persamaan, membedakan obyek atau ide yang satu dengan yang lainnya. Metapora memperkenalkan jarak antara siswa dengan objek atau subyek lain, mendorong berfikir orisinal. Aktivitas  metaporik membantu siswa dapat menghubungkan ide-ide dari hal-hal yang telah dikenalnya menuju ke hal-hal yang baru. Model Synectic dengan mempergunakaan aktivitas metaporik memungkinkan individu bebas mengembangkan imajinasi

3)   MODEL MENGAJAR SYNECTICS
Ada dua strategi mengajar yang mendasari prosedur synectics yaitu :
a.    Menciptakan sesuatu yang baru. Strategi ini untuk mengenal keanehan, akan membantu siswa memahami masalah, idea tau produk baru yang akhirnya memperjelas kreatif
b.    Memperkenalkan keanehan. Strategi ini dirancang untuk membuat sesuatu yang baru, ide-ide yang tidak dikenal akan lebih berarti

B.       POLA UMUM PEMBELAJARAN ANAK BERBAKAT PENYANDANG KETUNAAN
           
Berdasarkan alasan-alasan itu pengembangan strategi pembelajaran anak berbakat penyandang ketunaan seyogianya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a.    Secara potensial anak berbakat penyandang ketunaan tidak berbeda dengan anak berbakat biasa. Oleh karena itu program pembelajarannya ditekankan pada pengembangan kreativitas dan pengembangan kemampuan berfikir tingkat tinggi
 ( Conny Semiawan, 1995 )
b.    Secara umum hampir semua ketunaan berdampak negative pada perkembangan kognitif anak berbakat penyandang ketunaan. Oleh Karena itu program pembelajaran anak berbakat penyandang ketunaan seyogianya mengembangkan aspek-aspek kognitif yang elementer.
c.    Program pembelajarn bagi anak berbakat penyandang ketunaan, harus lebih ditekankan pada pengalaman belajar yang bersifat induktif
d.   Strategi pembelajaran yang dikembangkan seyogianya disesuaikan dengan ketunaan yang dimiliki  seorang siswa berbakat.

C.      PEMBELAJARAN ANAK BERBAKAT PENYANDANG KETUNAAN
1.    Pembelajaran Anak Berbakat Penyandang Ketunanetraan
a)    Program Pengembangan Kemampuan Kognitif Anak Berbakat Penyandang Ketunanetraan

Dalam upaya mengembangkan kemampuan kognitif anak berbakat penyandang ketunanetraan, program pembelajaran dapat dikembangkan dari model struktur intelek Guilford ( terutama mengembangkan dimensi operasi menyangkut komponen kognisi,memory, dan kemampuan konvergen ).

b)   Pengembangan Kreativitas anak berbakat penyandang ketunanetraan
Strategi pengembangan kreativitas anak berbakat penyandang ketunanetraan dapat dilakukan dengan mengimplementasikan model synectics. Melalui strategi ini siswa mencoba menghubungkan dua ide yang mengidentifikasi hubungan-hubungan dengan analogi mereka, strategi ini membantu siswa menemukan sesuatu yang baru atau menjelajahi sesuatu yang tidak dikenalnya.

2.    Pembelajaran anak berbakat penyandang Ketunarunguan
Telah dijelaskan bahwa anak berbakat penyandang ketunarunguan mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa dan komunikasi. Program pembelajaran yang sebaiknya dikembangkan ialah program yang dapat menjangkau hambatan yang dialami dengan memnfaatkan kemampuan indera lain yang masih berfungsi sebagai kompensasi.

a)    Pengembangan kemampuan kognitif anak berbakat penyandang ketunarunguan
Bruner menjelaskan bahwa perkembangan mental anak terdiri dari tiga tahap yaitu tahap inactive, tahap iconic, dan tahap symbolic. Ketiga langkah tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan satu sama lain. Strategi tersebut dapat mengakomodasi semua bidang pengajaran pada setiap tingkatan.

b)   Pengembangan kreativitas anak berbakat penyandang ketunarunguan
Pengembangan kreativitas anak berbakat penyandang ketunarunguan sedapat-dapatnya menghindarkan dari penggunaan bahasa yang bersifat abstrak. Maka dari itu, pengembangan kreativitas anak berbakat penyandang ketunarunguan seyogianya tetap dilakukan melalui suasana yang bersifat kongkret.

3.    Pembelajaran anak berbakat penyandang Ketunadaksaan
Anak berbakat penyandang ketunadaksaan memiliki kesulitan yang berkenaan dengan kemampuan gerak. Akibat dari kesulitan itu mereka mengalami kekurangan dalam beberapa aspek perkembangan terutama aspek perkembangan kognitif dan kreativitas. Dalam hal ini model William dapat dijadikan referensi dalam menyusun program pembelajaran.

4.    Pembelajaran anak berbakat penyandang Ketunalarasan
Secara kognitif anak berbakat penyandang ketunalarasan tidak berbeda dengan anak berbakat biasa ( Sisk, 1987 ) yang menjadi masalah bagi mereka adalah adanya gangguan emosi. Sehingga mereka tidak dapat menunjukkan prestasi belajar yang sepadan dengan keunggulannya.
Oleh karena itu penanganan anak berbakat penyandang ketunalarasan dititikberatkan pada bimbingan konseling dan psikoterapi.

5.    Pembelajaran anak berbakat penyandang kesulitan belajar
Ada perbedaan anak berbakat biasa dengan anak berbakat penyandang kesulitan belajar jika dilihat dari perkembangan kognitifnya yaitu terletak pada perbendaharaan kata, kecepatan mereaksi, dan fleksibilititas berfikir.
Kesulitan anak berbakat penyandang kesulitan belajar tampaknya terletak pada kesulitan berbahasa. Program pembelajaran bagi ana berbakat penyandang kesulitan belajar sebaiknya mencakup aspek perkembangan kognitif yang erat dengan kemampuan bahasa dan program yang dapat juga mengembangkan imajinasi atau kemampuan berfikir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar