A.
HIPERAKTIFITAS
(HYPERACTIVE)
Hiperaktif
adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau
diam,tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak
sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah
merasakan asyiknya permainan atau mainan yangdisukai oleh anak-anak lain seusia
mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satufokus ke fokus yang
lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik
danmengasikkan namun tidak kunjung datang. Hiperaktif juga mengacu kepada
ketiadaannya pengendalian diri, contohnya dalam mengambil keputusan atau
kesimpulan tanpa memikirkanakibat-akibat terkena hukuman atau mengalami
kecelakaan.
Perlu
diketahui bahwa tingkah laku bukan sekedar suatu pencerminan dari hal-hal yang
disukaisebagai individu, tetapi juga merupakan akibat dari situasi-situasi
yang dialami sendiri. Dananak-anak tersebut umumnya tidak
mengeluhkan kondisi hiperaktif kondisi hiperaktif mereka,tetapi tindakan
mereka sering membuat reaksi dari orang lain. Ramai ibubapa yang mendapatisukar
untuk mengurus kanak-kanak yang terlalu aktif. Kanak-kanak
begini sentiasa bergerak kesana ke mari menerokai persekitaran mereka dan
dalam proses ini menyebabkan huru-hara.
Ditinjau
dari sudut pandang/perspektif sosiologi, anak merupakan pribadi sosial
yangmemerlukan hubungan dan komunikasi dengan orang lain. Untuk memanusiakan
dirinya, anak ingin juga dicintai, diakui dan dihargai, oleh karena anak
yang hiperaktif kurang disukai dalamlingkungan pergaulannya maka perkembangan
dan hubungan anak tersebut dengan lingkungansosialnya akan terganggu, sehingga
anak tersebut akan bersikap semaunya terhadaplingkungannya, dan tingkah lakunya
kurang terkontrol. Demikian halnya dengan masalah merekadi sekolah, anak juga
akan merasa kehilangan dukungan apabila orang tuanya tidak menemani didalam
kelas. Oleh karena itulah anak hiperaktif ini sangat memerlukan komunikasi
dengan oranglain, baik itu orang tua mereka sendiri.
Pakar
Pediatrik berkata kanak-kanak ADHD gemar bertindak sebelum berfikir,
terlalu aktif dansukar menumpukan perhatian terhadap sesuatu tugas. Kanak-kanak
ini boleh memahami dan berfikir, tetapi tidak mengendahkannya. Sememang
lumrah semua kanak-kanak bersikap begini,tetapi bagi ADHD, perangai mereka agak
luar biasa nakal daripada kebiasaannya, terutama jika berminat terhadap
sesuatu perkara baru. Kelemahan bagi kanak-kanak ini ialah mereka
sukar bergaul dengan masyarakat serta lemah dalam akademik.
Kebiasaannya
kanak-kanak hiperaktif ini boleh memahami dan berfikir tetapi sukar
untuk memberi tumpuan atau perhatian. Oleh sebab itu kanak-kanak ini sukar
untuk bergaul denganmasyarakat serta lemah dalam akademik. Hasil kajian oleh
doktor perubatan moden sukar menentukan punca atau penyebab sindrom ini
namun menurut mereka sindrom ADHD inimelibatkan faktor genetik. Menurut mereka
ADHD berlaku di sebabkan perubahan kimia yangdipanggil neurotransmitter pada
otak dan ada juga yang berpendapat saiz otak kanak-kanak penghidap
ADHD lebih kecil daripada otak normal diantara 5-10%. Ada juga yang
menyatakanibu yang merokok ketika hamil boleh menyebabkan kanak-kanak
hiperaktif.
Didalam
Diagnostic dan Statistical Manual of Mental Disorder-DSM III (1980), ketiga
karaktristik (Hiperaktifitas, distraktibilitas, dan impulsifitas) dianggap
sebaai suatu kelompok yang saling terkait disebut Attention Deficit Disorder
(Gangguan Pemusatan Perhatian), yaitu:
1.
Distraktibilitas
a. Tidak
teliti atau sering ceroboh dalam menyelesaikan tugas sekolah, pekerjaan
atau kegiatan lainnya.
b. Sulit
mempertahankan konsentrasi untuk menyelesaikan tugas atau permainan.
c. Sering
tidak mendengarkan pada saat diajak berbicara.
d. Cenderung
tidak mengikuti instruksi dalam menyelaesaikan tugas sekolahatau pekerjaan.
e. Mengalami
masalah dalam mengatur atau mengorganisasi tugas ataukegiatan.
f. Tidak
menyukai atau cenderung menghindar tugas yang memerlukankemampuan mental dan
konsentrasi yang panjang.
g. Sering
kehilangan barang ± barang atau peralatan yang diperlukan
untuk menyelesaikan tugas. Misalnya, buku, pensil, penghapus dan lain ±
lain.
h. Mudah
terpecah konsentrasinya.
i.
Pelupa.
2.
Hiperaktifitas
a. Tidak
dapat duduk dengan tenang.
b. Sering
meninggalkan bangku tanpa alasan yang jelas.
c. Berlari,
memanjat tidak pada tempatnya (pada usia dewasa, lebihditunjukkan dengan sikap
gelisah
d. Kesulitan
dalam menikmati kegiatan atau permainan yang tenang danmembawa relaksasi.
e. Berkeinginan
untuk selalu bergerak aktif.
f. Cerewet,
suka berbicara kadang tidak sesuai dengan konteks.
3.
Impulsifitas
a. Sering
memberikan jawaban sebelum pertanyaan yang ditanyakan selesai
b. Mengalami
masalah dalam menunggu giliran.
c. Sering
memotong pembicaraan orang lain atau menyerobot.
4.
Terjadi
sebelum anak berusia tujuh tahun
5.
Berlangsung
paling sedikit selama enam bulan
6.
Bukan
arena schizopherenia, gangguan efektif, atau tunagrahita berat
Penyebab
Hiperaktifitas tidak diketahui secara pasti mungkin karena banyaknya faktor
yang diasumsikan menyebabkan hiperakifitas, semula memang diduga disebabkan
oleh disfungsi otak, tetapi setelah banyak dilakukan penelitian hubungan antara
hiperaktifitas dengan disfungsi otak ternyata membingungkan banyak anak
hiperaktif tetapi tidak menderita disfungsi otak mennunjukkan perilaku
hiperaktif.
Hiperaktifitas
diduga disebabkan oleh faktor biologis yait faktor keturunan. Diduga bahwa ada
faktor genetik yang menyebabkan anak cepat mengembangkan karakteristik
hiperaktifitas dalam dirinya, faktor biologis lain adalah zat penambah makanan
seperti bahan pengawet, pewarna, penambah rasa dll.
Hiperaktifitas
diduga dapat disebabkan oleh daktor biologis yaitu faktor keturunan, didugas
bahwa ada faktor genetik yang menyebabkan anak cepat mengembangkan
karakteristik hiperaktifitas dalam dirinya faktor biologis lain adalah zat
penambah makanan.
Hiperaktifitas
juga disebabkan oleh faktor psikologis hampir semua aliran psikologis
membicarakan hal ini, teori psikoanalisa misalnya konsumsibahwa diperaktifitas
disebabkan oleh kurangnya stimulasi sehingga perilaku hiperaktid merupakan
usaha anak mengoptimalkan stimulasi saraf mereka.
Kesimpulannya
ada berbagai pendapat mengenai penyebab hiperaktifitas tetapi tidak diketahui
secara pasti.
Pengendalian Hiperaktifitas
a. Medikasi
Bagi
anak-anak hiperaktif, medikasi yang paling sering dipakai adalah obat-obatan
perangsang saraf. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun sering
bermanfaat, pengaruh penggunaan obat sangat aneh dan sukar untuk diduga
b. Diet
Duet
yang dianjurkan oleh teingoid menurut pantangan berbagai macam makanan termasuk
makanan yang memakai zat pewarna / penyedap rasa.
c. Modifikasi
tingkah laku
Beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku anak hiperaktif seperti gaduh,
merusak, menganggu dan tidak dapat memperhatikan, dapat diubah dengan
mengendalikan keterkaitan prilaku dengan penguat.
d. Perbandingan
antara pengguna obat dengan mmemodifikasi tingkah laku
Ada
2 variabel yang diamati, yaitu perilaku hiperaktif dan prestasi akademik pada
waktu pemberian obat dihentikan perilaku hipermenjadi naik, tetapi prestasi
belajar tidak terganggu.
e. Lingkungan
yang terstruktur
Pendekatan
ini menekankan peraturan lingkungan belajar anak sehingga tidak menjadi
penyebab munculnya hieraktif.
f. Modeling
Perilaku
yang ditunjukan anak sering merupakan akibat meniru contoh perilaku yang
diberikan teman/orang dewasa.
g. Biofeedback
Merupakan
teknik mengendalikan prilaku / proses biologis internal dengan cara memberi
informasi kepada anak mengenai kondisi perilaku dan tubuhnya.
B.
DISTRAKTIBILITAS
Gangguan dalam
perhatian dan karena perhatian merupakan prasarat dalam proses belajar.
Penelitian secara besar-besaran telah dilakukan dalam bidang ini (Swerdlik)
masalahnya, perhatian sendiri merupakan satu konsep.
Kauffman (1985)
engemukakan bahwa masalah distrakbilitas yang dialami oleh sebagai gesar ALB
meliputi 3 hal:
a. Short
attention span dan frequent attention shifts
Yg
relatif lama dan terlalu sering berpindah perhatian dari satu objek ke objek
lain.
b. Underselection
Aftention
Ketidakmampuan
membedakan stimulus relavan yang harus diperhatikan dan stimulus yang tidak
relavan yang harus diabaikan
c. Iverselective
Attention
Terlalu
selectif dalam memberi perhatian, sehingga hal-hal yang sebenarnya relavan
menjadi tertinggal.
Paling
tua dan mungkin banyak didukung dari dunia kedokteran adalah adanya disfungsi
minimal otak. Disfungsi minimal otak tidak hanya diduga menjadi penyebab
distraktibilitas tetapi juga berbagai gangguan lain speerti hiperaktifitas,
impulsifitas, kesulitan belajar. Faktor lain juga diduga menjadi penyebab
distrakblitas adalah ganguan sistem pencernaan tubuh kelainan minimal pada fisik
ex: ketidakseimbangan rubuh dan juga
faktor lingkungan ex: sistem asuh otak.
Pengendalian Distraktibilitas
a. Lingkungan
yang terstruktur dan strimulus yang terkendali pendekatan ini berdasarkan pada
asumsi bahwa lingkungan kelas biasa mempunyai terlalu banyak stimulus bagi anak
distraktibilitas sehingga mereka dapat mengikuti pelajaran secara optimal.
b. Modifikasi
materi dan strategi pembelajaran, cruickishank berpendapat bahwa beberapa
bagian dari materi pelajaran mungkin tidak relavan dan dapat menjadi distrakter,
perhatian anak ex: gambar berwarna yang ditempatkan pd halaman yng sama dengan
materi bacaan.
c. Modifikasi
tingkah laku, modifikasi tingkah laku memang dapat dipakai dalam berbagai
perilaku menyimpang bahwa dapat dipakai untuk meningkatkan prestasi belajar
anak tunagrahita.
C.
IMPULSIFITAS
Impulsifitas
adalah menuruti kemampuan hatinya dan terbiasa bereaksi seara cepat tana
berfikir panjang dalam situasi sosial maupun pada tugas akademik.
Penyebab
impulsifitas yaitu seperti faktor keturunan, cemas, faktor budaya, disfungsi
syaraf, perilaku yang dipelajari dari lingkungan, tetapi dari sekian banyak
teori yang dianggap paling relavan meskiun belum didukug oleh hasil penelitin,
adalah pandangan teori psikoanalisis.
Teori ini
berpendapat bahwa jika manusia terdiri atas 3 bagian yaitu, id, ego, dan super
ego. Id terdiri dari insting – insting dasar yang memberikan dorongan tidak
sadar atas terpenuhnya kebutuhan biologis dasar jika tidak dikendalikan oleh
superego dan ego, id akan mendominasi kepribadian seorang individu yang
didominasi oleh id nya akan menjadi implusive.
Pengendalian
implusifitas
1. Melatih
verbalisasi aktifitas untuk mengendalikan prilakunya
2. Memodifikasi
tingkah laku
3. Mengajarkan
seperangkat keterampilan pada anak
Ciri-ciri anak impulsif :
Pencegahan Impulsivitas
Tindakan Yang Perlu Dilakukan Dalam Menghadapi Impulsivitas
Mengajari Self Talk
Ciri-ciri anak impulsif :
1. Tidak
mampu mengontrol diri
2. Cenderung
agresif
3. Sering
melanggar peraturan
4. Sering
memotong pembicaraan orang lain
5. Bila
mengingingkan sesuatu harus segera memperolehnya
6. Tidak
sabar menunggu giliran
7. Memberikan
jawaban sebelum guru selesai memberi pertanyaan
Penyebab
1. Impulsivitas
ekstrim diyakini disebabkan karena masalah organis, di mana mekanisme otak
mengalami hambatan fungsional.
2. Secara
organis dapat bersifat genetik atau gangguan neurologis.
3. Beberapa
anak sejak lahir sudah membawa potensi impulsif yang menyebabkan ia bereaksi
seketika pada banyak situasi.
4. Penyebab
impulsivitas lain yang sering terjadi adalah kecemasan dan faktor budaya. Anak
yang cemas dan tegang (dengan berbagai konflik psikologis) seringkali bertindak
seolah-olah dia berada dalam keadaan panik. Mereka bertindak dengan pikiran
pertama mereka dan tidak dapat memutuskan untuk berpikir dengan cara yang lebih
tenang. Demikian pula anak yang sedih dan pesimistik seringkali memilih imbalan
kecil dan segera untuk memenuhi kebutuhannya, sedangkan anak yang gembira
seringkali memilih imbalan besar meski tertunda.
5. Faktor
belajar. Anak mencontoh tingkah laku impulsif dari lingkungannya atau dari
keluarga dekatnya.
Pencegahan Impulsivitas
Mengajari
Menunda Kepuasan :
1. Ajarilah
anak melakukan "Self-Talk" (berkata pada diri sendiri untuk
mensugesti atau memotivasi diri).
2. Anak
juga dapat diajari menunggu dengan menggunakan fantasi.
3. Bermainlah
bersama anak.
4. Membuat
anak menyadari akibat/konsekuensi perbuatannya pada orang lain, sehingga anak
akan berusaha menunda responnya.
5. Memberikan
imbalan pada tingkah laku anak adalah cara yang sangat baik meskipun harus
dilakukan hati-hati.
Tindakan Yang Perlu Dilakukan Dalam Menghadapi Impulsivitas
1. Mengajari
Pemecahan Masalah
2. Mengajari
Self Talk
3. Memberi
imbalan pada tingkah laku reflektif dan hukuman pada tingkah laku impulsif
4. Memberi
tanda/isyarat
5. Metode
profesional
Mengajari Pemecahan Masalah
Anak-anak
seringkali merasa tidak berdaya dan sangat frustrasi bila usahanya tidak
berhasil sehingga memunculkan reaksi marah dan sedih. Oleh karena itu orang tua
perlu secara aktif mengajarkan cara berpikir.
a. Sebab
Akibat : "Jika kamu memukul temanmu, maka mereka akan kesal."
b. Kemungkinan
(probabilitas) : "Apa yang akan terjadi jika kamu selalu menyela orang
yang sedang bicara?"
c. Konsekuensi
dari suatu tindakan.
d. Solusi
alternatif untuk satu persoalan : "Jika tidak ada orang di rumah, kamu
dapat menelpon orang tua di kantor, pergi ke tetangga, atau bermain di luar
sampai orang tua pulang"
e. Tanyakan
apa yang terpikir untuk dilakukan oleh anak. Tujuannya, agar anak dapat berpikir
lebih jauh dan mengevaluasi hasil beberapa solusi.
Mengajari Self Talk
Self-talk
sebagai bentuk dari penundaan pemuasan keinginan adalah metode yang sangat kuat
dalam mengatasi impulsivitas. Anak harus belajar untuk menunda kenikmatan.
Menunggu giliran dalam suatu permainan, tidak makan permen sebelum makan malam,
tidak menyela pembicaraan, tidak mengungkapkan ide tanpa berpikir terlebih
dahulu, semuanya harus diajarkan. Dengan mengajari mereka melakukan self-talk
akan membantu anak menjadi sabar, anak secara bertahap akan belajar
menerapkannya dalam berbagai situasi.
Jika
seorang anak mengalami kesulitan, misalnya, menghadapi ejekan teman sebayanya,
orang tua dapat berperan sebagai anak yang berada pada situasi tersebut dan
berpura-pura berpikir serta melakukan tindakan yang tepat:
"Saya
tidak akan memukulnya meskipun saya marah. Saya akan mengatakan padanya bahwa
saya marah dan ia tidak boleh mengejek lagi"
"Saya
marah diejek seperti itu, kamu tidak boleh bilang begitu."
Berpura-pura
temannya tidak mau berhenti mengejek, orang tua kemudian berkata, "Saya
akan pergi dan tidak peduli" (dan berpura-pura pergi). Tipe role playing
seperti ini sangat mendidik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar