song

Kamis, 27 Maret 2014

HIPERAKTIFITAS, DISTRAKTIBILITAS, IMPULSIFITAS


A.    HIPERAKTIFITAS (HYPERACTIVE)
Hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam,tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yangdisukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satufokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik danmengasikkan namun tidak kunjung datang. Hiperaktif juga mengacu kepada ketiadaannya pengendalian diri, contohnya dalam mengambil keputusan atau kesimpulan tanpa memikirkanakibat-akibat terkena hukuman atau mengalami kecelakaan.
Perlu diketahui bahwa tingkah laku bukan sekedar suatu pencerminan dari hal-hal yang disukaisebagai individu, tetapi juga merupakan akibat dari situasi-situasi yang dialami sendiri. Dananak-anak tersebut umumnya tidak mengeluhkan kondisi hiperaktif kondisi hiperaktif mereka,tetapi tindakan mereka sering membuat reaksi dari orang lain. Ramai ibubapa yang mendapatisukar untuk mengurus kanak-kanak yang terlalu aktif. Kanak-kanak begini sentiasa bergerak kesana ke mari menerokai persekitaran mereka dan dalam proses ini menyebabkan huru-hara.
Ditinjau dari sudut pandang/perspektif sosiologi, anak merupakan pribadi sosial yangmemerlukan hubungan dan komunikasi dengan orang lain. Untuk memanusiakan dirinya, anak ingin juga dicintai, diakui dan dihargai, oleh karena anak yang hiperaktif kurang disukai dalamlingkungan pergaulannya maka perkembangan dan hubungan anak tersebut dengan lingkungansosialnya akan terganggu, sehingga anak tersebut akan bersikap semaunya terhadaplingkungannya, dan tingkah lakunya kurang terkontrol. Demikian halnya dengan masalah merekadi sekolah, anak juga akan merasa kehilangan dukungan apabila orang tuanya tidak menemani didalam kelas. Oleh karena itulah anak hiperaktif ini sangat memerlukan komunikasi dengan oranglain, baik itu orang tua mereka sendiri.
Pakar Pediatrik berkata kanak-kanak ADHD gemar bertindak sebelum berfikir, terlalu aktif dansukar menumpukan perhatian terhadap sesuatu tugas. Kanak-kanak ini boleh memahami dan berfikir, tetapi tidak mengendahkannya. Sememang lumrah semua kanak-kanak bersikap begini,tetapi bagi ADHD, perangai mereka agak luar biasa nakal daripada kebiasaannya, terutama jika berminat terhadap sesuatu perkara baru. Kelemahan bagi kanak-kanak ini ialah mereka sukar  bergaul dengan masyarakat serta lemah dalam akademik.
Kebiasaannya kanak-kanak hiperaktif ini boleh memahami dan berfikir tetapi sukar untuk memberi tumpuan atau perhatian. Oleh sebab itu kanak-kanak ini sukar untuk bergaul denganmasyarakat serta lemah dalam akademik. Hasil kajian oleh doktor perubatan moden sukar menentukan punca atau penyebab sindrom ini namun menurut mereka sindrom ADHD inimelibatkan faktor genetik. Menurut mereka ADHD berlaku di sebabkan perubahan kimia yangdipanggil neurotransmitter pada otak dan ada juga yang berpendapat saiz otak kanak-kanak  penghidap ADHD lebih kecil daripada otak normal diantara 5-10%. Ada juga yang menyatakanibu yang merokok ketika hamil boleh menyebabkan kanak-kanak hiperaktif.
Didalam Diagnostic dan Statistical Manual of Mental Disorder-DSM III (1980), ketiga karaktristik (Hiperaktifitas, distraktibilitas, dan impulsifitas) dianggap sebaai suatu kelompok yang saling terkait disebut Attention Deficit Disorder (Gangguan Pemusatan Perhatian), yaitu:
1.      Distraktibilitas
a.       Tidak teliti atau sering ceroboh dalam menyelesaikan tugas sekolah, pekerjaan atau kegiatan lainnya.
b.      Sulit mempertahankan konsentrasi untuk menyelesaikan tugas atau permainan.
c.       Sering tidak mendengarkan pada saat diajak berbicara.
d.      Cenderung tidak mengikuti instruksi dalam menyelaesaikan tugas sekolahatau pekerjaan.
e.       Mengalami masalah dalam mengatur atau mengorganisasi tugas ataukegiatan.
f.       Tidak menyukai atau cenderung menghindar tugas yang memerlukankemampuan mental dan konsentrasi yang panjang.
g.      Sering kehilangan barang ± barang atau peralatan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. Misalnya, buku, pensil, penghapus dan lain ± lain.
h.      Mudah terpecah konsentrasinya.
i.        Pelupa.
2.      Hiperaktifitas
a.       Tidak dapat duduk dengan tenang.
b.      Sering meninggalkan bangku tanpa alasan yang jelas.
c.       Berlari, memanjat tidak pada tempatnya (pada usia dewasa, lebihditunjukkan dengan sikap gelisah
d.      Kesulitan dalam menikmati kegiatan atau permainan yang tenang danmembawa relaksasi.
e.       Berkeinginan untuk selalu bergerak aktif.
f.       Cerewet, suka berbicara kadang tidak sesuai dengan konteks. 
3.      Impulsifitas
a.       Sering memberikan jawaban sebelum pertanyaan yang ditanyakan selesai
b.      Mengalami masalah dalam menunggu giliran.
c.       Sering memotong pembicaraan orang lain atau menyerobot.
4.      Terjadi sebelum anak berusia tujuh tahun
5.      Berlangsung paling sedikit selama enam bulan
6.      Bukan arena schizopherenia, gangguan efektif, atau tunagrahita berat

Penyebab Hiperaktifitas tidak diketahui secara pasti mungkin karena banyaknya faktor yang diasumsikan menyebabkan hiperakifitas, semula memang diduga disebabkan oleh disfungsi otak, tetapi setelah banyak dilakukan penelitian hubungan antara hiperaktifitas dengan disfungsi otak ternyata membingungkan banyak anak hiperaktif tetapi tidak menderita disfungsi otak mennunjukkan perilaku hiperaktif.
Hiperaktifitas diduga disebabkan oleh faktor biologis yait faktor keturunan. Diduga bahwa ada faktor genetik yang menyebabkan anak cepat mengembangkan karakteristik hiperaktifitas dalam dirinya, faktor biologis lain adalah zat penambah makanan seperti bahan pengawet, pewarna, penambah rasa dll.
Hiperaktifitas diduga dapat disebabkan oleh daktor biologis yaitu faktor keturunan, didugas bahwa ada faktor genetik yang menyebabkan anak cepat mengembangkan karakteristik hiperaktifitas dalam dirinya faktor biologis lain adalah zat penambah makanan.
Hiperaktifitas juga disebabkan oleh faktor psikologis hampir semua aliran psikologis membicarakan hal ini, teori psikoanalisa misalnya konsumsibahwa diperaktifitas disebabkan oleh kurangnya stimulasi sehingga perilaku hiperaktid merupakan usaha anak mengoptimalkan stimulasi saraf mereka.
Kesimpulannya ada berbagai pendapat mengenai penyebab hiperaktifitas tetapi tidak diketahui secara pasti.
Pengendalian Hiperaktifitas
a.       Medikasi
Bagi anak-anak hiperaktif, medikasi yang paling sering dipakai adalah obat-obatan perangsang saraf. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun sering bermanfaat, pengaruh penggunaan obat sangat aneh dan sukar untuk diduga
b.      Diet
Duet yang dianjurkan oleh teingoid menurut pantangan berbagai macam makanan termasuk makanan yang memakai zat pewarna / penyedap rasa.
c.       Modifikasi tingkah laku
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku anak hiperaktif seperti gaduh, merusak, menganggu dan tidak dapat memperhatikan, dapat diubah dengan mengendalikan keterkaitan prilaku dengan penguat.

d.      Perbandingan antara pengguna obat dengan mmemodifikasi tingkah laku
Ada 2 variabel yang diamati, yaitu perilaku hiperaktif dan prestasi akademik pada waktu pemberian obat dihentikan perilaku hipermenjadi naik, tetapi prestasi belajar tidak terganggu.
e.       Lingkungan yang terstruktur
Pendekatan ini menekankan peraturan lingkungan belajar anak sehingga tidak menjadi penyebab munculnya hieraktif.
f.       Modeling
Perilaku yang ditunjukan anak sering merupakan akibat meniru contoh perilaku yang diberikan teman/orang dewasa.
g.      Biofeedback
Merupakan teknik mengendalikan prilaku / proses biologis internal dengan cara memberi informasi kepada anak mengenai kondisi perilaku dan tubuhnya.

B.     DISTRAKTIBILITAS
Gangguan dalam perhatian dan karena perhatian merupakan prasarat dalam proses belajar. Penelitian secara besar-besaran telah dilakukan dalam bidang ini (Swerdlik) masalahnya, perhatian sendiri merupakan satu konsep.
Kauffman (1985) engemukakan bahwa masalah distrakbilitas yang dialami oleh sebagai gesar ALB meliputi 3 hal:
a.       Short attention span dan frequent attention shifts
Yg relatif lama dan terlalu sering berpindah perhatian dari satu objek ke objek lain.
b.      Underselection Aftention
Ketidakmampuan membedakan stimulus relavan yang harus diperhatikan dan stimulus yang tidak relavan yang harus diabaikan
c.       Iverselective Attention
Terlalu selectif dalam memberi perhatian, sehingga hal-hal yang sebenarnya relavan menjadi tertinggal.
Paling tua dan mungkin banyak didukung dari dunia kedokteran adalah adanya disfungsi minimal otak. Disfungsi minimal otak tidak hanya diduga menjadi penyebab distraktibilitas tetapi juga berbagai gangguan lain speerti hiperaktifitas, impulsifitas, kesulitan belajar. Faktor lain juga diduga menjadi penyebab distrakblitas adalah ganguan sistem pencernaan tubuh kelainan minimal pada fisik ex:  ketidakseimbangan rubuh dan juga faktor lingkungan ex: sistem asuh otak.
Pengendalian Distraktibilitas
a.       Lingkungan yang terstruktur dan strimulus yang terkendali pendekatan ini berdasarkan pada asumsi bahwa lingkungan kelas biasa mempunyai terlalu banyak stimulus bagi anak distraktibilitas sehingga mereka dapat mengikuti pelajaran secara optimal.
b.      Modifikasi materi dan strategi pembelajaran, cruickishank berpendapat bahwa beberapa bagian dari materi pelajaran mungkin tidak relavan dan dapat menjadi distrakter, perhatian anak ex: gambar berwarna yang ditempatkan pd halaman yng sama dengan materi bacaan.
c.       Modifikasi tingkah laku, modifikasi tingkah laku memang dapat dipakai dalam berbagai perilaku menyimpang bahwa dapat dipakai untuk meningkatkan prestasi belajar anak tunagrahita.

C.    IMPULSIFITAS
Impulsifitas adalah menuruti kemampuan hatinya dan terbiasa bereaksi seara cepat tana berfikir panjang dalam situasi sosial maupun pada tugas akademik.
Penyebab impulsifitas yaitu seperti faktor keturunan, cemas, faktor budaya, disfungsi syaraf, perilaku yang dipelajari dari lingkungan, tetapi dari sekian banyak teori yang dianggap paling relavan meskiun belum didukug oleh hasil penelitin, adalah pandangan teori psikoanalisis.
Teori ini berpendapat bahwa jika manusia terdiri atas 3 bagian yaitu, id, ego, dan super ego. Id terdiri dari insting – insting dasar yang memberikan dorongan tidak sadar atas terpenuhnya kebutuhan biologis dasar jika tidak dikendalikan oleh superego dan ego, id akan mendominasi kepribadian seorang individu yang didominasi oleh id nya akan menjadi implusive.

Pengendalian implusifitas
1.      Melatih verbalisasi aktifitas untuk mengendalikan prilakunya
2.      Memodifikasi tingkah laku
3.      Mengajarkan seperangkat keterampilan pada anak
      Ciri-ciri anak impulsif :
1.    Tidak mampu mengontrol diri
2.    Cenderung agresif
3.    Sering melanggar peraturan
4.    Sering memotong pembicaraan orang lain
5.    Bila mengingingkan sesuatu harus segera memperolehnya
6.    Tidak sabar menunggu giliran
7.    Memberikan jawaban sebelum guru selesai memberi pertanyaan
Penyebab
1.      Impulsivitas ekstrim diyakini disebabkan karena masalah organis, di mana mekanisme otak mengalami hambatan fungsional.
2.      Secara organis dapat bersifat genetik atau gangguan neurologis.
3.      Beberapa anak sejak lahir sudah membawa potensi impulsif yang menyebabkan ia bereaksi seketika pada banyak situasi.
4.      Penyebab impulsivitas lain yang sering terjadi adalah kecemasan dan faktor budaya. Anak yang cemas dan tegang (dengan berbagai konflik psikologis) seringkali bertindak seolah-olah dia berada dalam keadaan panik. Mereka bertindak dengan pikiran pertama mereka dan tidak dapat memutuskan untuk berpikir dengan cara yang lebih tenang. Demikian pula anak yang sedih dan pesimistik seringkali memilih imbalan kecil dan segera untuk memenuhi kebutuhannya, sedangkan anak yang gembira seringkali memilih imbalan besar meski tertunda.
5.      Faktor belajar. Anak mencontoh tingkah laku impulsif dari lingkungannya atau dari keluarga dekatnya.



Pencegahan Impulsivitas

Mengajari Menunda Kepuasan :
1.      Ajarilah anak melakukan "Self-Talk" (berkata pada diri sendiri untuk mensugesti atau memotivasi diri). 
2.      Anak juga dapat diajari menunggu dengan menggunakan fantasi.
3.      Bermainlah bersama anak.
4.      Membuat anak menyadari akibat/konsekuensi perbuatannya pada orang lain, sehingga anak akan berusaha menunda responnya.
5.      Memberikan imbalan pada tingkah laku anak adalah cara yang sangat baik meskipun harus dilakukan hati-hati.

Tindakan Yang Perlu Dilakukan Dalam Menghadapi Impulsivitas
1.      Mengajari Pemecahan Masalah
2.      Mengajari Self Talk
3.      Memberi imbalan pada tingkah laku reflektif dan hukuman pada tingkah laku impulsif
4.      Memberi tanda/isyarat
5.      Metode profesional

Mengajari Pemecahan Masalah
Anak-anak seringkali merasa tidak berdaya dan sangat frustrasi bila usahanya tidak berhasil sehingga memunculkan reaksi marah dan sedih. Oleh karena itu orang tua perlu secara aktif mengajarkan cara berpikir.
a.       Sebab Akibat : "Jika kamu memukul temanmu, maka mereka akan kesal."
b.      Kemungkinan (probabilitas) : "Apa yang akan terjadi jika kamu selalu menyela orang yang sedang bicara?"
c.       Konsekuensi dari suatu tindakan.
d.      Solusi alternatif untuk satu persoalan : "Jika tidak ada orang di rumah, kamu dapat menelpon orang tua di kantor, pergi ke tetangga, atau bermain di luar sampai orang tua pulang"
e.       Tanyakan apa yang terpikir untuk dilakukan oleh anak. Tujuannya, agar anak dapat berpikir lebih jauh dan mengevaluasi hasil beberapa solusi.

Mengajari Self Talk
Self-talk sebagai bentuk dari penundaan pemuasan keinginan adalah metode yang sangat kuat dalam mengatasi impulsivitas. Anak harus belajar untuk menunda kenikmatan. Menunggu giliran dalam suatu permainan, tidak makan permen sebelum makan malam, tidak menyela pembicaraan, tidak mengungkapkan ide tanpa berpikir terlebih dahulu, semuanya harus diajarkan. Dengan mengajari mereka melakukan self-talk akan membantu anak menjadi sabar, anak secara bertahap akan belajar menerapkannya dalam berbagai situasi.
Jika seorang anak mengalami kesulitan, misalnya, menghadapi ejekan teman sebayanya, orang tua dapat berperan sebagai anak yang berada pada situasi tersebut dan berpura-pura berpikir serta melakukan tindakan yang tepat:

"Saya tidak akan memukulnya meskipun saya marah. Saya akan mengatakan padanya bahwa saya marah dan ia tidak boleh mengejek lagi"
"Saya marah diejek seperti itu, kamu tidak boleh bilang begitu."
Berpura-pura temannya tidak mau berhenti mengejek, orang tua kemudian berkata, "Saya akan pergi dan tidak peduli" (dan berpura-pura pergi). Tipe role playing seperti ini sangat mendidik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar