2.1 Kondisi
Kemiskinan di Indonesia
Secara harfiah, kemiskinan berasal dari kata dasar
miskin yang artinya tidak berharta-benda (Poerwadarminta, 1976). Dalam
pengertian yang lebih luas, kemiskinan dapat dikonotasikan sebagai suatu
kondisi ketidakmampuan baik secara individu, keluarga, maupun kelompok sehingga
kondisi ini rentan terhadap timbulnya permasalahan sosial yang lain.
Kemiskinan dipandang sebagai kondisi seseorang
atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan yang tidak terpenuhi hak-hak
dasarnya secara layak untuk menempuh dan mengembangkan kehidupan yang
bermartabat. Dengan demikian, kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas
ketidak mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan
perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang, dalam menjalani kehidupan
secara bermartabat.
|
Hidup miskin bukan hanya
berarti hidup di dalam kondisi kekurangan sandang, pangan, dan papan. Akan
tetapi, kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset
produktif untuk memperoleh kebutuhan-kebutuhan hidup, antara lain: ilmu
pengetahuan, informasi, teknologi, dan modal.
Dari berbagai sudut pandang tentang pengertian
kemiskinan, pada dasarnya bentuk kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi tiga
pengertian, yaitu:
1.
Kemiskinan
Absolut. Seseorang dikategorikan termasuk ke dalam golongan miskin absolut
apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup minimum, yaitu: pangan, sandang, kesehatan, papan, dan
pendidikan.
2.
Kemiskinan
Relatif. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas
garis kemiskinan tetapi masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya.
3.
Kemiskinan
Kultural. Kemiskinan ini berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok
masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun
ada usaha dari pihak lain yang membantunya.
Keluarga miskin adalah pelaku yang berperan
sepenuhnya untuk menetapkan tujuan, mengendalikan sumber daya, dan mengarahkan
proses yang mempengaruhi kehidupannya. Ada tiga potensi yang perlu diamati dari
keluarga miskin yaitu:
1. Kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar,
contohnya dapat dilihat dari aspek pengeluaran keluarga, kemampuan menjangkau
tingkat pendidikan dasar formal yang ditamatkan, dan kemampuan menjangkau
perlindungan dasar.
2.
Kemampuan dalam
melakukan peran sosial akan dilihat dari kegiatan utama dalam mencari nafkah,
peran dalam bidang pendidikan, peran dalam bidang perlindungan, dan peran dalam
bidang kemasyarakatan.
3. Kemampuan dalam menghadapi permasalahan dapat
dilihat dari upaya yang dilakukan sebuah keluarga untuk menghindar dan
mempertahankan diri dari tekanan ekonomi dan non ekonomi.
Kemiskinan merupakan masalah yang ditandai oleh
berbagai hal antara lain rendahnya kualitas hidup penduduk, terbatasnya
kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan,
gizi anak, dan rendahnya mutu layanan pendidikan. Selama ini berbagai upaya
telah dilakukan untuk mengurangi kemiskinan melalui penyediaan kebutuhan
pangan, layanan kesehatan dan pendidikan, perluasan kesempatan kerja dan
sebagainya.
Berbagai upaya tersebut telah berhasil menurunkan
jumlah penduduk miskin dari 54,2 juta (40.1%) pada tahun 1976 menjadi 22,5 juta
(11.3%) pada tahun 1996. Namun, dengan terjadinya krisis ekonomi sejak Juli
1997 dan berbagai bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami pada Desember
2004 membawa dampak negatif bagi kehidupan masyarakat, yaitu melemahnya
kegiatan ekonomi, memburuknya pelayanan kesehatan dan pendidikan, memburuknya
kondisi sarana umum sehingga mengakibatkan bertambahnya jumlah penduduk miskin
menjadi 47,9 juta (23.4%) pada tahun 1999. Kemudian pada 5 tahun terakhir
terlihat penurunan tingkat kemiskinan secara terus menerus dan perlahan-lahan sampai
mencapai 36,1 juta (16.7%) di tahun 2004.
Pemecahan masalah kemiskinan memerlukan langkah-langkah dan program
yang dirancang secara khusus dan terpadu oleh pemerintah dan merupakan tanggung
jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Penulis ingin menitikberatkan
karya tulis ini dengan 3 masalah utama kemiskinan di Indonesia, yaitu:
terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanan
kesehatan, serta terbatasnya dan rendahnya mutu layanan pendidikan.
1. Terbatasnya Kecukupan dan Mutu Pangan
Hal ini berkaitan dengan rendahnya daya beli, ketersediaan pangan
yang tidak merata, dan kurangnya
dukungan pemerintah bagi petani untuk memproduksi beras sedangkan
masyarakat Indonesia sangat tergantung pada beras. Permasalahan kecukupan pangan
antara lain terlihat dari rendahnya asupan kalori penduduk miskin dan buruknya
status gizi bayi, anak balita, dan ibu.
2. Terbatasnya dan Rendahnya Mutu Layanan Kesehatan
Hal ini mengakibatkan rendahnya daya tahan dan kesehatan masyarakat
miskin untuk bekerja dan mencari nafkah, terbatasnya kemampuan anak dari
keluarga untuk tumbuh kembang, dan rendahnya kesehatan para ibu. Salah satu
indikator dari terbatasnya akses layanan kesehatan adalah angka kematian bayi.
Data Susenas (Survai Sosial Ekonomi Nasional) menunjukan bahwa angka kematian bayi
pada kelompok pengeluaran terendah masih di atas 50 per 1.000 kelahiran hidup.
3. Terbatasnya dan Rendahnya
Mutu Layanan Pendidikan
Hal ini disebabkan oleh tingginya biaya
pendidikan, terbatasnya kesediaan sarana pendidikan, terbatasnya jumlah guru bermutu
di daerah, dan terbatasnya jumlah sekolah yang layak untuk proses
belajar-mengajar. Pendidikan formal belum dapat menjangkau secara merata
seluruh lapisan masyarakat sehingga terjadi perbedaan antara penduduk kaya dan penduduk miskin
dalam masalah pendidikan.
2.2 Faktor Penyebab Kemiskinan
Ada dua kondisi yang menyebabkan
kemiskinan bisa terjadi, yaitu:
1.
Kemiskinan
alamiah. Kemiskinan alamiah terjadi akibat sumber daya alam yang terbatas,
penggunaan teknologi yang rendah, dan bencana alam.
2.
Kemiskinan
buatan. Kemiskinan ini terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat
membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan
berbagai fasilitas lain yang tersedia hingga mereka tetap miskin.
Bila kedua faktor penyebab
kemiskinan tersebut dihubungkan dengan masalah mutu pangan, kesehatan, dan
pendidikan maka dapat disimpulkan beberapa faktor penyebab kemiskinan antara
lain:
1.
Kurang
tersedianya sarana yang dapat dipakai keluarga miskin secara layak misalnya
puskesmas, sekolah, tanah yang dapat dikelola untuk bertani.
2.
Kurangnya
dukungan pemerintah sehingga keluarga miskin tidak dapat menjalani dan
mendapatkan haknya atas pendidikan dan kesehatan yang layak dikarenakan biaya
yang tinggi
3.
Rendahnya
minat masyarakat miskin untuk berjuang mencapai haknya karena mereka kurang
mendapat pengetahuan mengenai pentingnya memliki pendidikan tinggi dan
kesehatan yang baik.
4.
Kurangnya
dukungan pemerintah dalam memberikan keahlian agar masyarakat miskin dapat
bekerja dan mendapatkan penghasilan yang layak.
5.
Wilayah
Indonesia yang sangat luas sehingga sulit bagi pemerintah untuk menjangkau
seluruh wilayah dengan perhatian yang sama. Hal ini menyebabkan terjadi
perbedaan masalah kesehatan, mutu pangan dan pendidikan antara wilayah perkotaan
dengan wilayah yang tertinggal jauh dari perkotaan.
2.3 Penanggulangan Masalah Kemiskinan
A. Sasaran Pembangunan Tahun
2007
Adapun sasaran penanggulangan kemiskinan
pada tahun 2007 adalah:
1.
Berkurangnya
penduduk miskin hingga mencapai 14.4% pada akhir tahun 2007.
2.
Meningkatnya
jalur kesempatan masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar terutama pendidikan
dan kesehatan.
3.
Berkurangnya
beban pengeluaran masyarakat
miskin terutama untuk pendidikan dan kesehatan, serta kecukupan pangan dan
gizi.
4. Meningkatnya kualitas keluarga miskin.
5. Meningkatnya pendapatan dan kesempatan berusaha kelompok masyarakat
miskin, termasuk meningkatnya kesempatan masyarakat miskin terhadap permodalan,
bantuan teknis, dan berbagai sarana dan prasarana produksi.
B. Arah Kebijakan Pembangunan
Tahun 2007
Untuk mencapai sasaran tersebut di atas,
maka kebijakan penanggulangan kemiskinan pada tahun 2007 diarahkan pada :
1. Penanganan Masalah Gizi
Kurang dan Kekurangan Pangan
Penanganan masalah gizi kurang dan kekurangan pangan meliputi:
1.
Perbaikan
gizi masyarakat dengan kegiatan prioritas: penanggulangan kurang energi
protein, anemia gizi besi, gangguan
akibat kurang yodium, kurang vitamin A, dan zat gizi mikro lainnya pada rumah
tangga miskin.
2.
Peningkatan
ketahanan pangan dengan kegiatan prioritas: penyaluran beras bersubsidi untuk
keluarga miskin
2. Perluasan kesempatan
masyarakat miskin atas pendidikan
Perluasan kesempatan masyarakat miskin
atas pendidikan meliputi kegiatan prioritas sebagai berikut :
1.
Penyediaan
bantuan operasional sekolah untuk SD, SMP, Pesantren Salafiyah, dan satuan
pendidikan non Islam setara SD dan SMP.
2.
Beasiswa
siswa miskin jenjang SMA.
3.
Pengembangan
pendidikan untuk dapat membaca
3. Perluasan kesempatan masyarakat miskin atas kesehatan
Perluasan kesempatan masyarakat miskin atas kesehatan meliputi kegiatan
prioritas sebagai berikut :
1.
Pelayanan
kesehatan penduduk miskin di Puskesmas
2.
Pelayanan
kesehatan bagi penduduk miskin di kelas III rumah sakit.
3.
Peningkatan
sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dasar terutama di daerah perbatasan,
terpencil, tertinggal, dan kepulauan.
4.
Peningkatan
pelayanan kesehatan rujukan terutama untuk penanganan penyakit menular dan
berpotensi wabah, pelayanan kesehatan ibu dan anak, gizi buruk dan pelayanan ke
gawat darurat.
5.
Pelatihan
teknis bidan dan tenaga kesehatan untuk mengurangi tingkat kematian pada
kelahiran.
4. Perluasan Kesempatan
Berusaha
Perluasan kesempatan berusaha meliputi peningkatan dukungan pengembangan
usaha bagi masyarakat miskin dengan kegiatan pokok:
1.
Percepatan
pelaksanaan pendaftaran tanah rumah tangga miskin.
2.
Penasehat
penataan hak kepemilikan dan sertifikasi lahan petani.
3.
Penyediaan
sarana dan prasarana untuk usaha.
4.
Pelatihan
ketrampilan untuk menjalankan usaha.
5.
Peningkatan
pelayanan koperasi sebagai modal usaha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar