song

Rabu, 26 Maret 2014

BIMBINGAN KONSELING ANAK BERBAKAT

 A.    BIMBINGAN KONSELING ANAK BERBAKAT

Anak berbakat kreatif perlu program bimbingan yang  berdiferensiasi yang berkenaan karakteristik, kebutuhan, dan masalah-masalah mereka.

a.       Diperlukan dukungan  dari lingkungan yang  meliputi fleksibelitas dalam memberikan kesempatan, model yang  positif,  bimbingan dan dukungan untuk  membengun kepercayaan dari dalam,melakukan kegiatan kreatif,empati, dan menghargai rasa humor anak berbakat kreatif.

b.      Kebutuhan anak berbakat  akan konseling  meliputi bidang perkembangan psiko-sosial,perencanaan akademis dan karir.

c.       Fungsi umum program bimbingan dan konseling meliputi tiga proses dasar konseling, konsultasi dan koordinasi.

d.      Lingkungan pendidikan yang restriktif, suportif, dan permisif,mempunyai dampak yang berbeda terhadap dampak perkembangan anak.

e.       Layanan anak berbakat lebih bersifat developmental dan proaktif,daripada remedial dan reaktif.

f.       Pendekatan konseling dan intervensi yang digunakan dikaitkan dengan karakteristik dan kebutuhan anak berbakat.

g.       Straregi untuk kebutuhan konseling akademis meliputi pemberian informasi tentang hasil tes dan asismen,menerapkan bidang subyek akademis dalam kehidupan nyata, mengarahkan hubungan mentor yang  bermakna  untuk kebutuhan  kognitif/akademis dan efektif anak berbakat, dan memberikan informasi tentang pilihan program dan mataajaran.

h.      Strategi untuk kebutuhan  konseling karier  meliputi  beberapa topik kunci untuk didiskusikan, dan  kegiatan yang membntu siswa merencanakan karir.Karakteristik anak berbakat dan  kondisi lingkungan rumah, sekolah dan lingkungan rumah, sekolah dan masyarkat yang menghambat ungkapan kretif mengakibatkan berbagai ketegangan padaanak berbakat yang pada gilirannya  dapat  menyebabkan  kesulitan dalam belajar dan prilaku bermasalah.

i.        Untuk  dapat membantu siswa mengatasi ketegangan ini,konselor perlumememahamiarti keberbaktan, karakteristik, dan kebutuhan anak berbakat, menemukenali kondisi yang menghambat perkembangan dan ungkapan kreativitas, serta membantu siswa berbakat memperoleh ketrampilan interpersonal dan intelektual untuk mengahadapi ketegangan sejak awal.

j.        Gagasan Arieti (1976) dan Simonton (1978) mengenai kondisi sosial budaya  yang mempunyai dampak perwujudan bakat dan kreatifitas individu, dapat digunakan untuk menyusun strategi  bimbingan anak berbakat  dengan  perspektif budaya.

B.     Permasalahan yang Dihadapi Anak Berbakat

Permasalahan-permasalahan yang dihadapi anak berbakat di antaranya adalah :
a)      Labeling
Memberikan label pada anak berbakat bahwa ia berbakat dapat menimbulkan harapan terhadap kemampuan anak tersebut dan dapat mengakibatkan beban mental bilamana anak tersebut tidak dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh si pemberi label.
b)      Memberi nilai (grading) dalam bentuk angka Pemberian angka bagi anak berbakat dapat menimbulkan permasalahan bilamana angka yang dimilikinya tidak menggambarkan kemampuannya.
Angka seringkali tidak cermat, artinya sering kurang mencerminkan kemampuan yang sebenarnya. Terutama bagi anak berbakat, penilaian dalam bentuk angka turut berbicara, karena mereka sangat sensitive, angka ini menjadi kepedulian yang besar yang kadangkala juga terlalu berlebihan. Oleh karena itu, pemberian angka harus  dilakukan secara hati-hati dan lebih mengacu kepada penilaian berdasarkan criteria.
Mengatasi penilaian yang kurang cermat bagi anak berbakat dapat dilakukan dengan self-diagnose. Pemeriksaan kembali pekerjaan dapat menjadikan siswa menyadari apa kesalahannya dan mengapa kesalahan-kesalahan tersebut dibuatnya.
c)      Underachievement
Underachievement diantara anak berbakat adalah kinerja yang secara signifikan berada di bawah potensinya (Kitano and Kirty, 1986). Hal ini dapat terjadi karena anak berbakat mengalami berbagai tekanan baik dari rumah, sekolah maupun teman sebayanya.
Tekanan-tekanan yang dialami anak berbakat antara lain :
a)      Perasaan bahwa ia harus menjadi manusia sempurna dan sangat inteligen.
b)      Keinginan untuk menjadi sangat kreatif dan luar  biasa, yang kemudian diterjemahkan sebagai manusia yang lain dari yang lain
c)      Kepedulian untuk dikagumi oleh teman sebaya karena penampilannya dan popularitasnya. (Colangelo, 1991)Tekanan yang dialami anak berbakat diinternalisasikan pada dirinya karena orang-orang disekitarnya telah mengagumi mereka karena keluarbiasaan kemampuannya.
Hal ini membuat mereka  merasa sulit untuk mencapai kemajuan bila tidak dipuji. Kekuatan intrinsic reinforcement tergantung pada kekuatan extrinsic reinforcement.
d)     Konsep diri
Konsep diri terbentuk bukan hanya dari bagaimana orang lain memandang tentang dirinya, tetapi juga bagaimana dia sendiri menghayati pengalaman tersebut. Anak-anak yang berbakat  sangat ambivalent sikapnya terhadap keberbakatannya, dan cenderung anak berbakat mempersepsikan dirinya secara positif, namun mengganggap bahwa lingkungannya yaitu teman sebaya dan gurunya  memiliki pandangan negatif terhadap dirinya. 

C.    Mengatasi Underachievement

Menurut Rimm (1985) mengatasi underachievement memerlukan strategi kerja sama antara sekolah dan keluarga dalam menerapkan lima langkah yang penting, yaitu:
1.      Penilaian, Kemampuan, Keterampilan dan Kemungkinan Penguatan Rumah dan Sekolah
Langkah pertama untuk mengatasi prestasi kurang dari anak berbakat adalah meliputi kerja sama antara psikolog sekolah, guru, dan orang tua.Untuk mengetahui kemampuan anak sesungguhnya, sebaiknya pertama-tama memberikan tes intelegensi individual. Pengetesan intelegensi perlu dilanjutkan dengan tes prestasi individual yang menunjukan kekuatan dan kelemahan dalam keterampilan dasar, terutama membaca dan matematika.
Wawancara dengan orang tua membantu untuk menemukenali pola berprestasi kurang yang nyata di sekolah dan di rumah. Sebaiknya kedua orang tua diwawancarai, apabila salah satu orang tua tidak dapat hadit, perlu dipertanyakan bagaimana keharmonisan anak dengan orang tua yang tidak dapat hadir tersebut
2.      Modifikasi dari Penguatan Di Rumah dan Di Sekolah
Dari langkah pertama dapat ditemukenali keadaan di rumah dan di sekolah yang menyebabkan anak berprestasi kurang. Perilaku anak perlu diubah dengan menentukan tujuan jangka panjang dan beberapa sasaran jangka pendek yang menjamin anak mengalai keberhasilan langsung. Pengalaman keberhasilan ini perlu diberikan penghargaan atau award.
3.      Mengubah Harapan dari Orang yang Penting/Berarti
Hasil tes intelegensi yang tinggi sangat efektif untuk mengubah harapan. Guru dapat meyakinkan remaja dan orang tua bahwa anak memiliki bakat. Psikolog berdasarkan tes bakat dan prestasi dapat meyakinkan guru tentang kekuatan-kekuatan anak. Dan yang paling penting adalah orang tua. Harapan dari orang tua yang berarti bagi anak sangat penting untuk mengubah harapan diri anak dari seorang yg kurang berprestasi menjadi prestasi  tinggi.
4.      Model Identifikasi yang Ditinggalkan
Menemukan model identifikasi bagi anak berprestasi kurang sangat penting melibihi upaya treatment yang lainnya. Anak berprestasi kurang memerlukan tokoh yang berhasil dan berprestasi sebagai model. Dengan meninggal model identifikasinya anak menjadi lebih percaya diri dengan kemampuannya sendiri. 
5.      Memperbaiki Keterampilan yang Kurang
Anak berbakat kurang berprestasi sebenarnya cepat dalam memperbaiki kekurangan-kekurangan akademisnya. Dengan batuan tutor dari luar anak tersebut sudah dapat memperbaikinya dengan cukup mudah.
Namun ada beberapa anak berbakat berprestasi kurang yang terlibat dalam masalah-masalah seperti drug, alkohol, kriminalitas dan lain sebagainya. Alternatifnya adalah dengan menempatkan mereka ke dalam sekolah berasrama dengan kesempatan pendidikan dan taraf psikologi dalam lingkungan yang terkendali yang dimana mereka dapat mengikuti terapi kelompok termasuk tekhnik modifikasi prilaku untuk mengatasi masalah pribadi dan underachievement.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar