A. BIMBINGAN
KONSELING ANAK BERBAKAT
Anak
berbakat kreatif perlu program bimbingan yang berdiferensiasi yang
berkenaan karakteristik, kebutuhan, dan masalah-masalah mereka.
a.
Diperlukan
dukungan dari lingkungan yang meliputi
fleksibelitas dalam memberikan kesempatan,
model yang positif, bimbingan dan dukungan
untuk membengun kepercayaan dari dalam,melakukan kegiatan
kreatif,empati, dan menghargai rasa humor anak berbakat kreatif.
b.
Kebutuhan
anak berbakat akan konseling meliputi
bidang perkembangan psiko-sosial,perencanaan akademis dan karir.
c.
Fungsi
umum program bimbingan dan konseling meliputi tiga proses dasar konseling,
konsultasi dan koordinasi.
d.
Lingkungan
pendidikan yang restriktif, suportif, dan permisif,mempunyai dampak yang
berbeda terhadap dampak perkembangan anak.
e.
Layanan
anak berbakat lebih bersifat developmental dan proaktif,daripada remedial dan
reaktif.
f.
Pendekatan
konseling dan intervensi yang digunakan dikaitkan dengan karakteristik dan
kebutuhan anak berbakat.
g.
Straregi
untuk kebutuhan konseling akademis meliputi pemberian informasi tentang
hasil tes dan asismen,menerapkan bidang subyek akademis dalam kehidupan
nyata, mengarahkan hubungan mentor yang bermakna untuk
kebutuhan kognitif/akademis dan efektif anak berbakat, dan
memberikan informasi tentang pilihan program dan mataajaran.
h.
Strategi
untuk kebutuhan konseling
karier meliputi beberapa topik kunci untuk
didiskusikan, dan kegiatan yang membntu siswa merencanakan
karir.Karakteristik anak berbakat dan kondisi lingkungan rumah,
sekolah dan lingkungan rumah, sekolah dan masyarkat yang menghambat
ungkapan kretif mengakibatkan berbagai ketegangan padaanak berbakat yang pada
gilirannya dapat menyebabkan kesulitan dalam belajar
dan prilaku bermasalah.
i.
Untuk dapat
membantu siswa mengatasi ketegangan ini,konselor perlumememahamiarti
keberbaktan, karakteristik, dan kebutuhan anak berbakat, menemukenali
kondisi yang menghambat perkembangan dan ungkapan kreativitas, serta
membantu siswa berbakat memperoleh ketrampilan interpersonal dan
intelektual untuk mengahadapi ketegangan sejak awal.
j.
Gagasan
Arieti (1976) dan Simonton (1978) mengenai kondisi
sosial budaya yang mempunyai dampak perwujudan bakat dan
kreatifitas individu, dapat digunakan untuk menyusun
strategi bimbingan
anak berbakat dengan perspektif budaya.
B. Permasalahan yang Dihadapi Anak Berbakat
Permasalahan-permasalahan
yang dihadapi anak berbakat di antaranya adalah :
a) Labeling
Memberikan
label pada anak berbakat bahwa ia berbakat dapat menimbulkan harapan terhadap
kemampuan anak tersebut dan dapat mengakibatkan beban mental bilamana anak
tersebut tidak dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh si pemberi label.
b) Memberi
nilai (grading) dalam bentuk angka Pemberian angka bagi anak berbakat dapat
menimbulkan permasalahan bilamana angka yang dimilikinya tidak menggambarkan
kemampuannya.
Angka
seringkali tidak cermat, artinya sering kurang mencerminkan kemampuan yang
sebenarnya. Terutama bagi anak berbakat, penilaian dalam bentuk angka turut
berbicara, karena mereka sangat sensitive, angka ini menjadi kepedulian yang
besar yang kadangkala juga terlalu berlebihan. Oleh karena itu, pemberian angka
harus dilakukan secara hati-hati dan lebih mengacu kepada penilaian
berdasarkan criteria.
Mengatasi
penilaian yang kurang cermat bagi anak berbakat dapat dilakukan dengan
self-diagnose. Pemeriksaan kembali pekerjaan dapat menjadikan siswa menyadari
apa kesalahannya dan mengapa kesalahan-kesalahan tersebut dibuatnya.
c) Underachievement
Underachievement
diantara anak berbakat adalah kinerja yang secara signifikan berada di bawah
potensinya (Kitano and Kirty, 1986). Hal ini dapat terjadi karena anak berbakat
mengalami berbagai tekanan baik dari rumah, sekolah maupun teman sebayanya.
Tekanan-tekanan
yang dialami anak berbakat antara lain :
a) Perasaan
bahwa ia harus menjadi manusia sempurna dan sangat inteligen.
b) Keinginan
untuk menjadi sangat kreatif dan luar biasa, yang kemudian diterjemahkan
sebagai manusia yang lain dari yang lain
c) Kepedulian
untuk dikagumi oleh teman sebaya karena penampilannya dan popularitasnya.
(Colangelo, 1991)Tekanan yang dialami anak berbakat diinternalisasikan pada
dirinya karena orang-orang disekitarnya telah mengagumi mereka karena
keluarbiasaan kemampuannya.
Hal ini
membuat mereka merasa sulit untuk mencapai kemajuan bila tidak dipuji.
Kekuatan intrinsic reinforcement tergantung pada kekuatan extrinsic
reinforcement.
d) Konsep
diri
Konsep
diri terbentuk bukan hanya dari bagaimana orang lain memandang tentang dirinya,
tetapi juga bagaimana dia sendiri menghayati pengalaman tersebut. Anak-anak
yang berbakat sangat ambivalent sikapnya terhadap keberbakatannya, dan
cenderung anak berbakat mempersepsikan dirinya secara positif, namun
mengganggap bahwa lingkungannya yaitu teman sebaya dan gurunya memiliki
pandangan negatif terhadap dirinya.
C. Mengatasi
Underachievement
Menurut
Rimm (1985) mengatasi underachievement memerlukan strategi kerja sama antara
sekolah dan keluarga dalam menerapkan lima langkah yang penting, yaitu:
1. Penilaian,
Kemampuan, Keterampilan dan Kemungkinan Penguatan Rumah dan Sekolah
Langkah
pertama untuk mengatasi prestasi kurang dari anak berbakat adalah meliputi
kerja sama antara psikolog sekolah, guru, dan orang tua.Untuk mengetahui
kemampuan anak sesungguhnya, sebaiknya pertama-tama memberikan tes intelegensi
individual. Pengetesan intelegensi perlu dilanjutkan dengan tes prestasi
individual yang menunjukan kekuatan dan kelemahan dalam keterampilan dasar,
terutama membaca dan matematika.
Wawancara
dengan orang tua membantu untuk menemukenali pola berprestasi kurang yang nyata
di sekolah dan di rumah. Sebaiknya kedua orang tua diwawancarai, apabila salah
satu orang tua tidak dapat hadit, perlu dipertanyakan bagaimana keharmonisan
anak dengan orang tua yang tidak dapat hadir tersebut
2. Modifikasi
dari Penguatan Di Rumah dan Di Sekolah
Dari
langkah pertama dapat ditemukenali keadaan di rumah dan di sekolah yang
menyebabkan anak berprestasi kurang. Perilaku anak perlu diubah dengan
menentukan tujuan jangka panjang dan beberapa sasaran jangka pendek yang
menjamin anak mengalai keberhasilan langsung. Pengalaman keberhasilan ini perlu
diberikan penghargaan atau award.
3. Mengubah
Harapan dari Orang yang Penting/Berarti
Hasil
tes intelegensi yang tinggi sangat efektif untuk mengubah harapan. Guru dapat
meyakinkan remaja dan orang tua bahwa anak memiliki bakat. Psikolog berdasarkan
tes bakat dan prestasi dapat meyakinkan guru tentang kekuatan-kekuatan anak.
Dan yang paling penting adalah orang tua. Harapan dari orang tua yang berarti
bagi anak sangat penting untuk mengubah harapan diri anak dari seorang yg
kurang berprestasi menjadi prestasi tinggi.
4. Model
Identifikasi yang Ditinggalkan
Menemukan
model identifikasi bagi anak berprestasi kurang sangat penting melibihi upaya
treatment yang lainnya. Anak berprestasi kurang memerlukan tokoh yang berhasil
dan berprestasi sebagai model. Dengan meninggal model identifikasinya anak
menjadi lebih percaya diri dengan kemampuannya sendiri.
5. Memperbaiki
Keterampilan yang Kurang
Anak
berbakat kurang berprestasi sebenarnya cepat dalam memperbaiki
kekurangan-kekurangan akademisnya. Dengan batuan tutor dari luar anak tersebut
sudah dapat memperbaikinya dengan cukup mudah.
Namun
ada beberapa anak berbakat berprestasi kurang yang terlibat dalam
masalah-masalah seperti drug, alkohol, kriminalitas dan lain sebagainya.
Alternatifnya adalah dengan menempatkan mereka ke dalam sekolah berasrama
dengan kesempatan pendidikan dan taraf psikologi dalam lingkungan yang
terkendali yang dimana mereka dapat mengikuti terapi kelompok termasuk tekhnik
modifikasi prilaku untuk mengatasi masalah pribadi dan underachievement.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar