A. Penyusunan Program
Langkah
awal sebelum guru menyusus program pelayanan binawiara, adalah memilih dan menentukan
jenis gangguan komunikasi atau kelainan bahsa dan bicara anak melalui kegiatan
sebagai berikut :
1.
Mengidentifikasi jenis kelainan
Atas
dasar anemnesa serta data-data penunjang lainnya akan ditemukan berbagai jenis
kelainan yang dialami anak/klien. Apakah mengalami kelainan atau keterlambatan
bahasa, bicara, suara atau irama.
2.
Memilih alternatif kelainan yang
esensial
Setelah
ditemukan jenis kelainanya, misalnya setelah diidentifikasi ternyata seorang
anak megalami perkembangan bahsa yang disebabkan oleh retardasi mental atau
dislogia.
3.
Menentukan kemungkinan latihan yang
efektif dan efisien
Latihan
yang efektif dan efisien merupakan suatu hal yang menjadi tujuan pelayanan.
Dengan demikian kita harus mencari dan menentukan kemungkinan yang paling tepat.
Misalnya klien dilogia dengan short memory span, akan berbeda kemungkinan
penangannya dengan problem persepsi.
4.
Memilih materi yang tepat dari GBPP
GBPP
mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan sumber materi yang dapat dikembangkan
dalam penyusunan program latihan, Misalnya intonasi, lafal, ejaan atau kalimat.
5.
Sarana dan prasarana latihan
Sarana
fisik meliputi ruang latihan, peralatan yang digunakan yang terdiri dari
alat-alat elektronik, atau alat non elektronik.
a.
Alat-alat elektronik
i.
Speech trainer, yaitu alat yang
digunakan untuk latihan bicara
ii.
Tape recorder adalah alat untuk merekam
suara klien dan latihan menirukan suara atau bunyi.
iii.
Audiometer yaitu alat untuk memeriksa
kemampuan pendengaran klien
iv.
Perangkat komputer khusus untuk latihan
bahasa bicara
v.
Alat lain yang menggunakan modalitas
elektronik
b.
Alat-alat non-elektronik
i.
Alat untuk latihan meniup,
baling-baling, lilin, bola pimpong, terompet, harmonica, pianika, seruling,
balon dll.
ii.
Spatel laringoscopy adalah alat untuk
latihan artikulasi dan mengetahui keadaan larink
iii.
Kaca cermin untuk latihan
artikulasi/phonasi
iv.
Berbagai alat/gambar yang dimanfaatkan
untuk merangsang klien berkomunikasi.
c.
Ruang latihan
Kondisi
ruang latihan didasarkan atas kebutuhan program latihan itu sendiri. Sebagai
ilustrasi beberapa persyaratan ruang latihan bicara adalah:
i.
Luas ruangan ± 4m persegi (2 mx 2m), aau
6m persegi (3m x 2m) hal ini tergantung kondisi ruang yang ada di lingkugan
SLB.
ii.
Ruangan disarankan mempunyai jendela
kaca agar sinar matahari dapat masuk. Sinar yang masuk diusahakan agar tertuju
pada cermin latihan.
iii.
Ruang latihan harus dlenkapi dengn
sebuah meja, 2 buah kursi yang ukurannya disesuaikan dengan postur tubuh
rat-rata klien yang ada di sekolah, cermin latihan, lemari tempat peralatan,
dan papan kegiatan.
Apabila
sekolah belum memiliki ruangan latihan bicara tidak perlu dipaksakan, bila
dilakukan di sudut kelas atau kantor sekolah yang penting adalah anak mendapat
latihan sedini mungkin.
6.
Menyusun progrm latihan baik jangka
panjang maupun jangka pendek
Program
latihan disusn berdasarkan kelainan yang dialami anak. Disusun secara bertahap
dari mulai yang mudah menuju yang sukar. Misalnya untuk latihan kata, dmulai
dari kata benda, kemudian kata kerja, kata sifat. Untuk fonem dimulai dari
biabial, kemudian labiodental, dan akhirnya retoplks.
B. Metode
bina wicara
1.
Metode Stimulasi
Metode
ini dilaksanakan berdasarkan prinsip pengamatan terhadap suatu rangsangan
secara terpadu melalui modalitas sensor yang dimiliki seseorang dapat digunakan
untuk memperbaiki “Konsep Prilaku Komunikasi yang Salah”, dengn mengembangkan
berbagai kemampuan, pengamatan yang dimiiki anak, guru memberikan rangsangan
modalitas sensoris anak. Melaui cara ini anak menerima input yang benar
kemudian dibandingkan konsep yang dimiliki yaitu konsep komunikasi yang salah.
Berdasarkan jenis input modalitas yang digunaan, metode stimulasi itu dapat
dibedakan sebagai berikut:
a.
Stimulasi Visual
Metode
ini merupakan metode perbaikan yang mempergunakan sistem visual. Dalam hal ini
anak melihat mekanisme (gerakan) organ bicara yang besar (sebagai metoda) dan
kemudian berusaha untuk menggerakkan organ bicara sendiri sebagaimana yang
dilhatnya dalam modal yang diberikan guru.
b.
Stimulasi Auditori
Metode
simulasi auditori merupakan suatu upaya perbaikan yang mempergunakan sistem
auditoris. Dalam hal ini anak mendengar bunyi-bunyi yang benar (sebagai pola
bunyi ucapan), dan kemudian berusaha untuk memproduksi bunyi-bunyi bicara yang
benar sebagaimana yang didengar dan model yang diberikan guru/pelatih.
c.
Stimulasi Visual-Auditori
Model
ini merupakan kombinasi dari kedua model
yang dibahas terdahulu. Dalam metode visual-auditori, anak mengamati model atau
pola gerakan yang benar dan sekaligus mendengarkan, kemudia anak berusaha untuk
melakukan gerakan dan ucapan yang benar sesui dengan pola gerakan dan ucapan
guru atau pelatih.
2.
Metode Fonetik Placemen
Pelaksanaan
metode fonetik placemen atau penempatan fonetik menuntut anak untuk
memperhatikan gerakan dan posisi organ bicara atau alat bicara yang lainnya,
sehingga anak mampu mengendalikan pergerakan otot untuk memproduksi suara. Pada
prinsipnya metde ini mengutamakan latihan gerak otot dan sendi organ bicara
melalui instruksi-instruksi verbal dan dibantu oleh alat peraga visual sesuai
dengan pergerkan yang dikehendaki.
3.
Metode Moto Kinestetik
Metode
moto kinestetik disebut juga dengan metode manipuasli, akan tetapi pada metode
moto-kinestetik guru atau pelatih melakukan teknik manipulasi secara langsung
pada otot-otot organ bicara yang dipandang perlu. Pemberian manipulasi tersebut
dapat mempergunakan jari, spatel lidah agar anak dapat mengendalikan gerakan
organ artikulasi yang diperlukan untuk bicara (Brasing Teknik atau Pushing
Teknik).
4.
Metode Psiko Edukatif
Metode
psiko edukatif berdasarkan pada prinsip-prinsip psikologis, bimbingan dan
konseling serta pendidikan. Dengan metode ini guru atau pelatih melalui
berbagai alternatif menamakan konsep prilaku komunikasi yang baik dan benar
dapat dilakukan melalui bermain peran, dramatisasi, pendekatan tingkah laku.
5.
Metode Konpensasi
Penerapan
metode ini sangat khas, karena danya diberikan kepada anak yang tidak lagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar