song

Kamis, 27 Maret 2014

PELAYANAN BINAWICARA

       A.  Penyusunan Program
     Langkah awal sebelum guru menyusus program pelayanan binawiara, adalah memilih dan menentukan jenis gangguan komunikasi atau kelainan bahsa dan bicara anak melalui kegiatan sebagai berikut :
1.         Mengidentifikasi jenis kelainan
Atas dasar anemnesa serta data-data penunjang lainnya akan ditemukan berbagai jenis kelainan yang dialami anak/klien. Apakah mengalami kelainan atau keterlambatan bahasa, bicara, suara atau irama.
2.         Memilih alternatif kelainan yang esensial
Setelah ditemukan jenis kelainanya, misalnya setelah diidentifikasi ternyata seorang anak megalami perkembangan bahsa yang disebabkan oleh retardasi mental atau dislogia.
3.         Menentukan kemungkinan latihan yang efektif dan efisien
Latihan yang efektif dan efisien merupakan suatu hal yang menjadi tujuan pelayanan. Dengan demikian kita harus mencari dan menentukan kemungkinan yang paling tepat. Misalnya klien dilogia dengan short memory span, akan berbeda kemungkinan penangannya dengan problem persepsi.
4.         Memilih materi yang tepat dari GBPP
GBPP mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan sumber materi yang dapat dikembangkan dalam penyusunan program latihan, Misalnya intonasi, lafal, ejaan atau kalimat.
5.         Sarana dan prasarana latihan
Sarana fisik meliputi ruang latihan, peralatan yang digunakan yang terdiri dari alat-alat elektronik, atau alat non elektronik.
a.         Alat-alat elektronik
i.           Speech trainer, yaitu alat yang digunakan untuk latihan bicara
ii.         Tape recorder adalah alat untuk merekam suara klien dan latihan menirukan suara atau bunyi.
iii.       Audiometer yaitu alat untuk memeriksa kemampuan pendengaran klien
iv.       Perangkat komputer khusus untuk latihan bahasa bicara
v.         Alat lain yang menggunakan modalitas elektronik
b.         Alat-alat non-elektronik
i.           Alat untuk latihan meniup, baling-baling, lilin, bola pimpong, terompet, harmonica, pianika, seruling, balon dll.
ii.         Spatel laringoscopy adalah alat untuk latihan artikulasi dan mengetahui keadaan larink
iii.       Kaca cermin untuk latihan artikulasi/phonasi
iv.       Berbagai alat/gambar yang dimanfaatkan untuk merangsang klien berkomunikasi.
c.         Ruang latihan
Kondisi ruang latihan didasarkan atas kebutuhan program latihan itu sendiri. Sebagai ilustrasi beberapa persyaratan ruang latihan bicara adalah:
i.           Luas ruangan ± 4m persegi (2 mx 2m), aau 6m persegi (3m x 2m) hal ini tergantung kondisi ruang yang ada di lingkugan SLB.
ii.         Ruangan disarankan mempunyai jendela kaca agar sinar matahari dapat masuk. Sinar yang masuk diusahakan agar tertuju pada cermin latihan.
iii.       Ruang latihan harus dlenkapi dengn sebuah meja, 2 buah kursi yang ukurannya disesuaikan dengan postur tubuh rat-rata klien yang ada di sekolah, cermin latihan, lemari tempat peralatan, dan papan kegiatan.

Apabila sekolah belum memiliki ruangan latihan bicara tidak perlu dipaksakan, bila dilakukan di sudut kelas atau kantor sekolah yang penting adalah anak mendapat latihan sedini mungkin.

6.         Menyusun progrm latihan baik jangka panjang maupun jangka pendek
Program latihan disusn berdasarkan kelainan yang dialami anak. Disusun secara bertahap dari mulai yang mudah menuju yang sukar. Misalnya untuk latihan kata, dmulai dari kata benda, kemudian kata kerja, kata sifat. Untuk fonem dimulai dari biabial, kemudian labiodental, dan akhirnya retoplks.

     B.  Metode bina wicara
1.         Metode Stimulasi
Metode ini dilaksanakan berdasarkan prinsip pengamatan terhadap suatu rangsangan secara terpadu melalui modalitas sensor yang dimiliki seseorang dapat digunakan untuk memperbaiki “Konsep Prilaku Komunikasi yang Salah”, dengn mengembangkan berbagai kemampuan, pengamatan yang dimiiki anak, guru memberikan rangsangan modalitas sensoris anak. Melaui cara ini anak menerima input yang benar kemudian dibandingkan konsep yang dimiliki yaitu konsep komunikasi yang salah. Berdasarkan jenis input modalitas yang digunaan, metode stimulasi itu dapat dibedakan sebagai berikut:
a.         Stimulasi Visual
Metode ini merupakan metode perbaikan yang mempergunakan sistem visual. Dalam hal ini anak melihat mekanisme (gerakan) organ bicara yang besar (sebagai metoda) dan kemudian berusaha untuk menggerakkan organ bicara sendiri sebagaimana yang dilhatnya dalam modal yang diberikan guru.
b.         Stimulasi Auditori
Metode simulasi auditori merupakan suatu upaya perbaikan yang mempergunakan sistem auditoris. Dalam hal ini anak mendengar bunyi-bunyi yang benar (sebagai pola bunyi ucapan), dan kemudian berusaha untuk memproduksi bunyi-bunyi bicara yang benar sebagaimana yang didengar dan model yang diberikan guru/pelatih.
c.         Stimulasi Visual-Auditori
Model ini  merupakan kombinasi dari kedua model yang dibahas terdahulu. Dalam metode visual-auditori, anak mengamati model atau pola gerakan yang benar dan sekaligus mendengarkan, kemudia anak berusaha untuk melakukan gerakan dan ucapan yang benar sesui dengan pola gerakan dan ucapan guru atau pelatih.

2.         Metode Fonetik Placemen
Pelaksanaan metode fonetik placemen atau penempatan fonetik menuntut anak untuk memperhatikan gerakan dan posisi organ bicara atau alat bicara yang lainnya, sehingga anak mampu mengendalikan pergerakan otot untuk memproduksi suara. Pada prinsipnya metde ini mengutamakan latihan gerak otot dan sendi organ bicara melalui instruksi-instruksi verbal dan dibantu oleh alat peraga visual sesuai dengan pergerkan yang dikehendaki.
3.         Metode Moto Kinestetik
Metode moto kinestetik disebut juga dengan metode manipuasli, akan tetapi pada metode moto-kinestetik guru atau pelatih melakukan teknik manipulasi secara langsung pada otot-otot organ bicara yang dipandang perlu. Pemberian manipulasi tersebut dapat mempergunakan jari, spatel lidah agar anak dapat mengendalikan gerakan organ artikulasi yang diperlukan untuk bicara (Brasing Teknik atau Pushing Teknik).
4.         Metode Psiko Edukatif
Metode psiko edukatif berdasarkan pada prinsip-prinsip psikologis, bimbingan dan konseling serta pendidikan. Dengan metode ini guru atau pelatih melalui berbagai alternatif menamakan konsep prilaku komunikasi yang baik dan benar dapat dilakukan melalui bermain peran, dramatisasi, pendekatan tingkah laku.
5.         Metode Konpensasi
Penerapan metode ini sangat khas, karena danya diberikan kepada anak yang tidak lagi 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar