Filsafat adalah pandangan
hidup seseorang atau kelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai
kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat banyak mempengaruhi perkembangan budaya
serta berbagai sistem ilmu pengetahuan yang ada dalam filsafat itu sendiri.
Pengelompokkan filsafat
pendidikan digolongkan menjadi dua kelompok besar,yaitu filsafat pendidikan
“progresif” dan filsafat pendidikan ‘konservatif”.yang pertama didukung oleh
filsafat pragmatisme dari Jhon Dewey,dan romantic naturalisme dari Roousseau.
Yang kedua didasari oleh filsafat idalisme,realisme humanisme (human
rasional),dan supernaturalisme atau realisme religius. Filsafat-filsafat
tersebut melahirkan filsafat pendidikan esensialisme,prenialisme,dan
sebagainya.
Filsafat pendidikan modern pada
garis besarnya dibagi kepada empat aliran yaitu aliran progresivisme,
esensialisme, perenialisme dan rekonstruksianisme (Imam Barnadib, 1982,
Mohammad Noor Syam, 1986). Namun pada tulisan ini hanya penggambaran singkat
yakni penggambaran hal-hal yang menjadi ciri utama masing-masing aliran
filsafat pendidikan.
Secara etimologi
esensialisme berasal dari bahasa Inggris yakni essential (inti atau pokok dari
sesuatu), dan isme berarti aliran, mazhab atau paham. Menurut Brameld bahwa
esensialisme ialah aliran yang lahir dari perkawinan dua aliran dalam filsafat
yakni idealism dan realism. Aliran ini menginginkan munculnya kembali kejaaan
yang pernah diraih, sebelum abad kegelapan atau disebut “the dark middle age”
(zaman ini akal terbelenggu, stagnasi dalam ilmu pengeetahuan, kehidupan
diwarnai oleh dogma-dogma gerejani. Zaman renaissance timbul ingin
menggantikannya dengan kebebasan dalam berpikir.
Pada aliran esensialisme
ini pendidikan di sebut sebagai pemelihara kebudayaan.Esensialisme dianggap
para ahli sebagai “conservative road to culture” yakni ingin kembali kepada
kebudayaan lama, warisan sejarah yang telah terbukti kebaikannya bagi kehidupan
manusia, terutama zaman renaissance pada abad XI, XII, XIII dan XIV. Pada masa
ini telah berkembang usaha-usaha menghidupkan kembali ilmu pengetahuan dan
kesenian serta kebudayaan Purbakala, terutama di zaman Yunani dan Romawi
Purbakala. Zaman renaissance ini sebagai reaksi terhadap tradisi, puncaknya
tumbuh individualism dalam berpikir dan bertindak dalam semua cabang aktivitas
manusia. Sumber utama dari kebudayaan itu adalah ajaran filsafat, ahli ilmu
pengetahuan, yang ajaran dan nilai-nilai ilmu mereka bersifat kekal dan
monumental.
Kesalahan dari kebudayaan
modern sekarang menurut esensialisme ialah kecenderungannya,bahkan
gejala-gejala penyimpangannya dari jalan lurus yang telah ditanamkan kebudayaan
warisan itu. Dalam bidang pendidikan, “fleksibilitas”dalam segala bentuk
dapat menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubah-ubah, kurang stabil dan
tidak menentu sehingga pendidikan itu kehilangan arah. Pendidikan haruslah
bersendirikan atas nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan, sehingga
untuk memenuhinya haruslah dipilih nilai-nilai yang mempunyai tata yang jelas
dan yang telah teruji oleh waktu yakni nilai-nilai yang berasal dari kebudayaan
dan filsafat yang korelatif
selama empat abad belakangan ini, dengan perhitungan zaman renaissance sebagai
pangkal timbulnya pandangan esensialisme. fenomena-fenomena
sosial-kultural yang tidak kita ingini sekarang,hanya dapat diatasi dengan
kembali secara sadar melalui pendidikan,ialah kembali kejalan yang telah di
tetapkan.
Pemikir-pemikir besar yang
telah dianggap sebagi peletak dasar asas-asas filsafat aliran ini,terutama yang
hidup pada zaman klasik : Plato, Aristoteles, Democritus sebagai
bapak obkective-idealism adalah peletak teori-teori modern dalam esensialisme.
Yang dominan dalam
filsafat esensialisme ini bukan hanya filsafat klasik saja tetapi lebih-lebih
ajaran-ajaran filosof pada zaman reenaissance,merupakan sokoguru aliran
ini.Brameld menulis ciri utama aliran ini yaitu :
“pandangan-pandangan filsafat yang kuno dan absolutisme pandangan abad-abad
pertengahan tercermin dalam otoritasnya yang tidak dapat ditantang,otoritas
gereja yang domatis,dimana pengikut esensialisme modern bertujuan mengusahakan
suatu sistematika,konsepsi tentang manusia dan alam semesta yang secepat
mungkin cocok bagi kebutuhan zaman dan lembaga-lembaga modern”.
Esensialisme merupakan
paduan ide-ide filsafat Idealisme dan Realisme.dan praktek-praktek filsafat
pendidikan esensialisme dengan demikian menjadi lebih kaya dibadingkan jika ia
hanya mengambil posisi yang sepihak dari salah satu aliran yang ia sinthesakan
itu.
Demikian pula pandangan
esensialisme tentang ide-ide moral,aliran ini lebih bersifat netral.atau lebih
tepat dikatakan aliran ini juga mensintesakan ide-ide abad pertengahan yang
dogmatis-religious dengan ide-ide Renaissance.Realisme, titik tinjauannya
adalah mengenai alam dan dunia fisik,sedangkan idealism modern,
pandangan-pandangannya bersifat spiritual. Brubacher memberikan ciri
masing-masing:
Realisme alam adalah yang
pertama-tama memiliki kenyataan pada diri sendiri, dan ini harus dijadikan
pangkal berfilsafat. Kualitas-kualitas dari pengalaman terletak pada dunia
fisik, dan disanalah terdapat sesuatu yang menghasilkan penginderaan dan
persepsi-persepsi yang tidak semata-mata bersifat mental. Jadi jiwa dapat
diumpamakan sebagai cerminan yang menerima gambaran-gambaran yang berasal dari
dunia fisik. Ini berarti bahwa anggapan-anggapan mengenai adanya kenyataan itu
tidak dapat hanya sebagai hasil tinjauan yang menyebelah saja, melainkan
pertemuan antara keduanya.
Idealisme modern bahwa
realita adalah sama dengan substansi gagasan (ide-ide). Di balik dunia fenomena
ini ada jiwa yang tidak terbatas yaitu Tuhan yang merupakan pencipta adanya
kosmos. Manusia sebagai makhluk berpikir berada dalam lingkungan kekuasaan
Tuhan. Dengan menguji dan menyelidiki ide-ide serta gagasannya, manusia akan
dapat mencapai kebenaran yang sumbernya adalah Tuhan.
Menurut Brameld tidak mudah
untuk mendefinisikan realisme secara jelas,sebab tidak seorang pun eksponen
atau tokohnya cenderung untuk menekankan salah satu aspeksebagai prinsip utama.
Menurut Imam Barnadib
bahwa ciri utama esensialisme adalah pendidikan haruslah bersendikan atas
nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan. Agar dapat terpenuhi maksud
tersebut nilai-nilai itu perlu dipilih yang mempunyai tata yang jelas dan yang
telah teruji oleh waktu. Nilai-nilai yang dapat memenuhi hal tersebut adalah
yang berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama empat abad
belakangan ini; dengan perhitungan zaman Renaisans, sebagai pangkal timbulnya
pandangan-pandangan esensialistis awal. Puncak refleksi dari gagasan ini adalah
pada pertengahan kedua abad ke sembilan belas.
Esensialisme merupakan
suatu gerakan dalam pendidikan yang memprotes terhadap pendidikan
progresivisme. Esensialisme tidak sependapat dengan pandangan progresivisme
yang serba fleksibilitas dalam segala bentuk. Pendidikan yang bersendikan atas
nilai-nilai yang bersifat demikian ini dapat menjadikan pendidikan itu sendiri
kehilangan arah. Dalam pemikiran pendidikan esensialisme, pada umumnya didasari
atas filsafat idealisme dan realisme. Sumbangan dari masing-masing ini bersifat
eklektif.
A.
Ontologi
Esensialisme
1.
Sintesa ide
Idealisme dan Realisme tentang hakekat realita berarti esensialisme mengakui
adanya realita objektif di samping objek-objek pre-determinasi,supernatural dan
transcendental.
2.
Aliran ini
dipengaruhi penemuan-penamuan ilmu pengetahuan modern baik Fisika maupun
Biologi.karena itu realita menurut analisa ilmiah dapat dihayati dan diterima
oleh esensialisme.konsekuensi asa ini adalah baginya alam semesta merupakan
satu kesatuan yang mekanis,menurut hukum alam objetif.manusia adalah bagian
alam semesta dan terlibat,tunduk dalam hukum alam.
Demikian pula
dengan teori evolusi tentang biologi,tetapi teori ini di anggap berlaku pula
dalam astronomi,geologi,dan sosiologi. Berdasarkan teori Comte (Sosiologi) dan
filsafat evolusi (Herbert Spencer)serta juga kesimpilan
antropologi-budaya(Leslie White) maka esensialisme menganggap realita
manusia,alam semesta dan kebudayaan adalah realita yang integral semuanya
berada dalam antar hubungan dan dalam proses evolusi,perubahan menuju
kesempurnaan.
3.
Penapsiran
spiritual atas sejarah.
Teori filsafat
Hegel mensintesakan science dengan religi dalam kosmologi,berarti sebagai
interpretasi spiritual atas sejarah perkembangan realita semata.hukum apakah
yang mengatur tiap phase perubahan dan tiap peristiwa
sejarah,perubahan-perubahan sosial.dijawab problem itu secara prinsip : “ bahwa
sejarah itu adalah pikiran Tuhan,pikiran yang di ekspresikan,dinamika abadi
yang merubah dunia,yang secara spiritual adalah realitas”
Walaupun Hegel
hidup lebih dulu dari Darwin,namun hegel telah melihat adanya perjuangan
eksistensi dari semua realita.Hegel menekankan adanya proses perubahan yang
terus menerus terjadi dalam makna sejarah.teori ini pada hakikatnya sama dengan
analisa ilmiah tentang evolusi segala sesuatu.
4.
Paham
makrokosmos dan mikrokosmos.
Makrokosmos adalah
keseluruhan semesta raya dalam suatu design dan kesatuan menurut teori
kosmologi. Mikrokosmos ialah bagian tunggal (individu sendiri),suatu fakta yang
terpisah dari keseluruhan itu,baik pada tingkat umum,pribadi manusia,ataupun
lembaga. Tetapi sesungguhnya mikrokosmos ini sesungguhnya pola design dan
totalitasnya sama dengan makrokosmos,hanya berbeda dalam skala ukurannya.misalnya
sistem matahari yang amat besar,pada hakikatnya sama dengan sistem atom yang
amat kecil.
Realita
demukian dapat digunakan Idealisme untuk menjelaskan afinitas (hubungan) Tuhan
dengan manusia.eksistensi manusia tidak terlepas daripada eksistensi semesta
raya ternasuk pula seksistensi manusia.Tuhan mengatur semesta ini “dari atas”.
Hukum universal yang mengatur keseluruhan makrokosmos ialah universal mind
(pikiran Tuhan) yang meliputi aturan benda-benda,tenaga,ruang dan waktu,bahkan
juga pikran manusia.
Perwujudan
proses yag sitematis juga dapat kita temui pada makrokosmos ini,yakni
memusaykan perhatian kepada “self” and “person”.inilah filsafat religious
modern yang amat berpengaruh yang dikenal sebagai personalisme.tujuan ajaran
filsafat ini adalah untuk membuka rahasia keunikan spiritual-kepribadian yang
lebih daripada sebagai fenomena alam melainkan sebagai subjek yang
mampu mengadakan analisis ilmiah.realita demikian menjadi bagia daripada
keseluruhan alam dan community of selves.ini adalah relita spiritual yang
mengambil bagian dari universal self.
Realita
kosmos adalah realita antara (intermediete), antara Tuhan dengan
manusia.manusia berpikir sebagai manifestasi pikiran Tuhan.tetapi kesadaran
manusia tentang segala sesuatu tidak bersumber atas subjectiv-idealism dimana
sumber realita adalah pribadinya.melainkan melalui kesadaran dan kontak dengan
Tuhan secara rohaniah,manusia mengerti Tuhan,alam semesta ,sebab
Tuhan adalah sumber realita,sumber kesadaran umat manusia,bahkan sebagai universal-self.
Dan universal-mind.
Jadi,
dapat disimpulkan bahwa ontologi filsafat pendidikan idealisme menyatakan bahwa
kenyataan dan kebenaran itu pada hakikatnya adalah ide-ide atau hal-hal yang
berkualitas spiritual. Oleh karena itu, hal pertama yang perlu ditinjau pada
peserta didik adalah pemahaman sebagai makhluk spiritual dan mempunyai
kehidupan yang bersifat teleologis dan idealistik. Pendidikan bertujuan untuk
membimbing peserta didik menjadi makhluk yang berkepribadian, bermoral, serta
mencita-citakan segala hal yang serba baik dan bertaraf tinggi.
B.
Epistemologi
Esensialisme
Teori kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan
adalah jalan untuk mengerti epistemologi esensilisme.sebab,jika manusia mampu
menyadari realita dirinya sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos,maka manusia
pasti mengetahui dalam tingkat/kualitas apa rasionya mampu memikirkan
kesemestaan itu.
1.
Kontroversi
jasmaniah-rohaniah
Perbedaan
idealisme dengan realisme adalah karena yang pertama menganggapbahwa rohani
adalah kunci kesadaran tentang realita.manusia mengetahui sesuatu hanya di
dalam dan melalui ide,rohaniah.sebaliknya realist berpendapat ahwa kita hanya
megetahui sesuatu realita di dalam dan melalui jasmani.
2.
Approach
Idealisme pada pengetahuan
a)
Kita hanya
mengerti our own spiritual selves (rohaniah kita sendiri).tetapi pengertian ini
memberi kesadaran untuk mengerti realita yang lain.sebab kesadaran kita,rasio
manusia adalah bagiandaripada rasio Tuhan yang maha sempurna,ini menurut
personalisme.
b)
Menurut
T.H.green,approach personalisme itu hanya melaluia introspeksi.padahal manusia
tak mungkin mengetahui sesuatu hanya dengan kesadaran jiwa tanpa adanya
pengamatan.karena itu setiap pengalaman mental pastilah melalui relasi antara
macam-macam pengamatan.ini berarti pikiran itu menjadi pula suatu
substansi,tidakj dalam makna substansi material,melainkan sebagai prinsip
ekstra-natural.
c)
Bagi
Hegel,substansi mental itu tercermin pada hukum-hukum logika dan hukum
alam.hukum dialegtika berpikir,berlaku pula hukum perkembangan sejarah dan
kebudayaan manusia.
d)
Dalam filsafat
religious yang modern,ada teori yang menyatakan bahwa,apa yang saya mengerti
tentang sesuatu adalah karena resonansi pengertian Tuhan.saya sebagai fitnite
being (makhluk terbatas) mengetahui hukum dan kebenaran universal sebagai realisasi
resonansi jiwa dengan jiwa Tuhan (God’s infinite mind).dan jika saya tidak
mengetahui sesuatu,itu hanya karena resonansi dengan Tuhan terganggu,ternhalang
oleh keraguan pribadi atas eksistensi Tuhan.
3.
Approach
Realisme pada pengetahuan
Realisme dalam teori psikologi dan epistemologinya
dipengaruhi oleh Newton dengan ilmu pengetahuan alamnya.realisme menafsirkan
manusia dalam rangka hukum alam,demikian pula aktivitas pikir manusia
dianggapsebagai suatu mekanika.cara menafsirkan manusia dalam Realisme di
bedakan menjadi :
a)
Menurut teori
Associatinisme
Teori ilmu jiwa
asosiasi sesungguhnya dipengaruhi oleh filsafat empirisme John Locke.pikiran
ide-ide atau isi jiwa adalah asosiasi unsur-unsur penginderaan dan pengamatan.
b)
Menurut teori
Behaviorism
Realisme kedua
dalam penyelidikan ilmu-ilmu jiwa dalah behaviorism.aliran ini berkesimpulan
bahwa perwujudan kehidupan mental tercermin pada tingkah laku.sebab,manusia
sebagaisatu organisme adalah totalitas mekanisme yang ditentukan aspek-aspek
:susunan sistem syaraf,faal,pengalaman-pengalaman biologis.bagi
behaviorism,istilah-istilah jiwa dan kesadaran dianggap istilah usang yang
membingungkan,dan itu hanyalah pendekatan yang pra-ilmiah.
c)
Menurut teori
Connectionisme
d)
Teori ini
mentyatakan semua makhluk,termasuk manusia terbentuk (tingkah-lakunya) oleh
pola-pola connections between (hubungan-hubungan antara) stimulus (S) dan
response (R).hukum utama yang menentukan proses ini ialah “the law of exercise”
dan “the law of effect”.hukum latiahn berarti bahwa frekuensi dan recency
latihan akan memperkuat hubungan-hubungan stimulus response itu.
Hukum efek
adalah bahwa individu cenderung untuk mengulangi response yang menyenangkan,dan
mengurangi response yang berakibat tidak menyenangkan.proses ini dapat diulang
dan diukur secara kuantitatif dalam eksperimen-eksperimen.conectionisme
merevisi dasar-dasar yang kuno dalam Behaviorisme denagn teori-teorinya.yaitu:
·
Connectionisme
menekankan aspek hereditas dalam tingkah laku lebih daripada aspek
lingkungan,terutama kemampuan intelegensi.
·
Connectionisme
menganggap urgen perasaan senang dan rasa sakit,yang menentukan response
seseorang atas suatu rangsang.
·
Connectionisme
masih menghargai istilah thinking, consciousness, mind sebagai suatu realita
dalam tingkah laku manusia.
4.
Tipe
Epistemologi Realisme
Dalam aliran realisme mereka belum puas denga suatu
thesis tertentu.mereka bebeda-bedadalam pandangan epistemologi mereka.di
Amerika ada dua type utama:
a.
Neorealisme
Neorealisme
secara psikologis lebih erat dengan behaviorisme.baginya pengetahuan
diterima,ditangkap langsung oleh pikiran dari dunia realita.itu sebabnya
neorealisme menafsirkan badan sebagi response khusus atas rangsang yang berasal
dari luar dengansedikit atau tanpa ada prospek intelek.
b.
Critical
realisme
Aliran ini lebih
dekat dengan Locke dan Associationisme,yang menyatakan bahwa media antara
intelek dengan realita adalah seberkas penginderaan dan pengamatan.pengetahuan
disuguhkan kepada intelek (sadar-tahu) mlalui proses pengamatan itu.
5.
Kesimpulan dari
teori korespondensi
Teori ilmu pengetahuan korespondensi,di dalam
esensialisme mendapatkan tiga interprestasi :
a.
Bahwa teori
korespondensi bagi realisme dalam lapangan psikologi dan filsafat cenderung
menerimaide bahwa dunia sesungguhnya adalah mekanis dalam dalam man manusia
hiduo dan berfungsi.dunia secar primer ditentukan oleh hukum kausalitas
(sebab-akibat) baik phisis maupun chemis.
b.
Bahwa asumsi dasar teori korespondensi tentang
“stamping in” (bekas,kesan) dalam proses stimulus-response yang terutama dianut
oleh connectionisme,di anggap jalan bagi pengetahuan yang reliable.karena itu
stimulus yang berasal dari realita lingkungan hidup manusia alamiah dan
kebudayaan masyarakat adalah sumber proses mendapatkan pengetahuan dan
kebenaran.
c.
Bahwa teori
korespondensi tentang pengetahuan dapat disamakan dengan teori
pengetahuan aliran realisme.sebab bagi kedua aliran ini,semesta raya dengan
hulum universalnya adalah sumber dan ukuran (kriteria) bagi segala yang kita
ketahui.
Keduanya sama benar dalam asas,dimana idealisme mengakui
adanya relasi antara the finite self (manusia) dengan the infite
self (Tuhan).dan realisme berpendapat bahwa pikiran (mind) tergabtung atas
“nature” atau “matter” (alam,zat,materi).idealisme dan
Realisme berpendapat pula bahwa ada pre-existence dan bahwa kosmos adalah
sumber kebenaran,dimana pikiran manusia selalu berhubungan dengan kosmos itu.
Aspek epistemologi yang perlu diperhatikan halam
pendidikan adalah pengetahuan hendaknya bersifat ideal dan spiritual, yang
dapat menuntun kehidupan manusia pada kehidupan yang lebih mulia. Pengetahuan
semacam itu tidak semata-mata terikat kepada hal-hal yang bersifat fisik,
tetapi mengutamakan yang bersifat spiritual. Sedangkan aspek aksiologi
menempatkan nilai pada dataran yang bersifat tetap dan idealistik. Artinya,
pendidik hendaknya tidak menjadikan peserta didik terombang-ambing oleh hal-hal
yang bersifat relative atau temporer (Imam Barnadib, 2002). Ontologi dari
filsafat pendidikan realisme bahwa pendidikan itu seyogyanya mengutamakan
perhatian pada peserta didik seperti apa adanya, artinya utuh tanpa reduksi.
Dalam bidang epistemologi, bahwa pengetahuan adalah
hasil yang dicapai oleh proses mana subjek dan objek mengadakan pendekatan.
Dengan demikian hasilnya adalah perpaduan antara pengamatan, pemikiran, dan
keseimpulan dari kemampuan manusia dalam menyerap objeknya. Oleh karena itu,
epistemologi dalam filsafat pendidikan realisme adalah proses dan produk dari
seberapa jauh pendidik dapat mempelajari secara ilmiah emperis mengenai peserta
didiknya. Hasil-hasilnya akan digunakan sebagai dasar untuk menyelenggarakan
pendidikan.
C.
Aksiologi
Esensialisme
alam
bidang aksiologi,faktor peserta didik perlu dipandang sebagai agen yang ikut
menentukan hakikat nilai (Imam Barnadib, 2002).
Esensialisme didasari atas
pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah pada
keduniaan, serba ilmiah dan materialistis. Selain itu juga diwarnai oleh
pandangan-pandangan dari paham penganut aliran idealisme dan realisme. Tujuan
umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan
akhirat .
Johann Amos Comenius (1592-1670)
sebagai salah satu tokoh esensialisme mengatakan bahwa karena dunia ini dinamis
dan bertujuan, kewajiban pendidikan adalah membentuk anak sesuai dengan
kehendak Tuhan. Tugas utama pendidikan ialah membina kesadaran manusia akan
semesta dan dunia, untuk mencari kesadaran spiritual, menuju Tuhan (Imam
Barnadib, 2002; Mohammad Noor Syam, 1986).
1. Teori nilai menurut Idealisme
bahwa hukum-hukum etika adalah
hukum kosmos, karena itu seseorang dikatakan baik hanya bila ia secara aktif
berada di dalam dan melaksanakan hukum-hukum itu. Dengan demikian posisi
seseorang jelas dapat dimengerti dalam hubungannya dengan nilai-nilai itu.
Dalam filsafat, misalnya agama dianggap mengajarkan doktrin yang sama, bahwa
perintah-perintah Tuhan mampu memecahkan persoalan-persoalan moral bagi
siapapun yang mau menerima dan mengamalkannya. Meskipun Idealisme menjunjung
asas otoriter atas nilai-nilai itu, namun ia tetap mengakui bahwa pribadi secara
aktif bersifat menentukan nilai-nilai itu atas dirinya sendiri yaitu memilih
dan melaksanakan.
2. Teori nilai menurut idealismep
enganut idealisme berpegang bahwa hukum-hukum etika adalah hukum
kosmos,karena itu seseorang dikatakan baik hanya jika ia secara aktif berada
didalam dan melaksanakan hukum-hukum itu.dengan demikian posisi seseorang jelas
dapat dimengerti dalm hubungannya dengan nilai-nilai itu.
Meskipun
idealisme menjunjung asas otoriter atas nilai-nilai itu,namun ia juga tetap
mengakui bahwa pribadi secara aktif bersifat menentukan nilai-nilai itu atas
dirinya sendiri.
a)
Teori nilai
idealisme modern
Denganperwujudan
watak idealisme modern ini tersimpul pula perbedaan antara filsafat modern
dengan filsafat abad pertengahan.watak dunia modern mengutamakan dunia
sekarang.tetapi watak ini menjadi kecenderungan idealisme dan
realisme.bahkan idealisme-objektif, pengikut-pengikut Hegel,sudah
tidak mengingkari realita adanya evil (kejahatan) disamping good
(kebaikan).mereka telah mengetahui bahwa kejahatan adalah pengalaman yang nyata
dalam kehidupan manusia. Tetapi karena idealisme objektif ini mengakui sifat
inherent kosmos itu adalah baik,maka meraka membuktikan bahwa kejahatan itu
adalah subordinat dari kebaikan.dan kewajiban manusia adalah untuk menentang
dan meniadakan kejahatan itu dalam pribadinya.Tokoh idealisme modern,Immanuel
Kant,meletakkan teori nilai yang baru sebagai ganti atas kepercayaan
tradisional. Kant mencariasa-dasar tindak moral atas hukum moral yang tidak
diragukan lagi,inilah yang ia namakan sebagai “categorical-imoerativ (
kategori-imperatif), rasa kewajiban atas tugas tanpa syarat dan prediket
,apakah itu disebut taat atau loyal. Hukum moral dimaksud menyatakan bahwa tiap
manusia harus selalu melakukan sesuatu yang oleh semua manusia tindakan itu
wajib dilakukandi mana dan pada waktu apa pun.misalnya kewajiban manusia untuk
tetap honest (tulus) sebab itu adalah kebaikan universal.
Kant adalah
tokoh utama untuk ide ini.asas moral yang supernatural,berasal dari Tuhan ialah
asas persamaan dan jaminan bahwa siapapun yang berbuat
kebajikan akan mendapat pahala.
Orang yang
melakuakn sesuatu karena paksaan tanpa kebebasan tak mungkin bertanggung jawab
atas tindakannya.orang dipaksa melakukan kebaikan tanpa kesadaran dan kemauam
sendiri walaupun hasilnya tetap baik,orang tersebut tidak dapat dikatakan telah
melakukan kebaikan.ia telah melakukan paksaan. Karena itu asas kemerdekaan
individu menjadi asas tindakan moral.
b)
Teori sosial
idealisme
Pendekatan
Idealisme pada teoti etika paralel dengan pendekatannya pada ide dan cita-cita
tentang sosial politik.Hegel menemukan kualitas-spiritual yang
berkembang dalam lembaga-lembaga sosial dari kehidupan keluarga sampai
kehidupan nasional.kualitas spiritual yang dimaksud adalah kesadaran cinta
bangsa dan cinta tanah air. Hegel berkesimpulan bahwa negara adalah manifestasi
daru Tuhan,karena itu wajib bagi warga negara untuk setia dan mnejunjung
negara.Teori ini di anggap sebagai sumber pemujaan yang berlebih-lebihan kepada
negara.
c)
Teori estetika
idealisme
Kant mengajarkan
: bahwa manusia menikmati kesenangan yang tulus ikhlas dalam objek
keindahan,dan melupakan keterbatasan pengamatannya.dan dengan itu manusia
sesaat berada dalam kesatuan abadi,karena keindahan itu bersumber dari Tuhan
yang maha indah
Hegel
menyatakan,bahwa karya seni adalah ekspresi kehidupan spiritual manusia.manusia
menangkap sifat universal relita melalui perasaan dan panca indera.Idealisme
juga mengakui bahwa keindahan suatu objek terjelma dari keadaan yang tidak
indah,dari kegiatan pengalaman sehari-hari sebagai jodoh dari pola-pola
harmonis alamiah.eksistensi indah karena eksistensi jelek.dan keindahan sesuatu
hanya dapat dimengerti oleh imaginasi spiritual yang mampu membuka semangat
universal dan kesempurnaan dalam tiap realita.
3.
Teori nilai menurut Realisme
Prinsip sederhana Realisme
tentang etika ialah melalui asas ontologi bahwa sumber semua pengalaman manusia
terletak pada keteraturan lingkungan hidupnya. Karena itu approach yang paling
tetap pada nilai-nilai ialah sebagai mana approach pada pengetahuan, yakni
dengan pemahaman obyektif atas peristiwa-peristiwa dalam kehidupan. Fakta,
peristiwa itulah yang menimbulkan pertimbangan proporsional dalam ekspresi
keinginan, rasa kagum, tidak suka dan penolakan. Kecenderungan approach
obyektif ini yang melahirkan penyelidikan ilmiah, khususnya dalam ilmu
pengetahuan sosial (Mohammad Noor Syam, 1986).
a.
Etika
determinisme
Teori Realisme
yang paling berpengaruh adalah etika determinisme,karena semua unsur
semesta,termasuk manusia,adalah dalam satu mata rantai yang tak berakhir dan
dalam kesatuan hukum kausalitas.seseorang tetgantung seluruhnya dalam ikatan
sebab-akibat kodrati itu dan itulah yang menentukan keadaannya sekarang,baik
ataupun buruk.inilah sebabnya esensialisme mengakui asas baik hereditas maupun
lingkungan,faktor internal dan faktor eksternal. Yang pertama mengakui bahwa
tingkah laku manusia adalah produk potensi-potensi biopsychological
(rohani-jasmani).sedangkan yang kedua berpendapat bahwa tingkah laku manusia
terbentuk karena lingkungan,pengalaman.implikasi etika determinisme ini adalah
bahwa tokoh esensialisme berbeda-beda menafsirkan prinsip-prinsip
etika.Perry,tokoh realisme menganggap nilai sebagai objek interset
individu,suatu teori nilai yang amat mempengaruhi progresivisme .dengan
demikian, suatu itu baik,tingkah laku baik,sesuai dengan minat individu
b.
Teori sosial
realisme
Teori sosial
realisme ini mengapproach nilai-nilai ekonomi dan politik serta
praktek-prakteknya berdasarkan cara-cara ilmiah,yaitu dengan “netralitas”
Bertrand mengapproach dengan asas “fre man “ (manusia merdeka).Pelaksanaan
pandangan ini ialah bahwa ekonomi memerlikan hukum-hukum bagi proses pemasaran
perdagangan;sosial memerlukan struktur organisasi lembaga-lembaga sosial.dan
politik memerlukan ilmu politik,pengetahuan-pengetahuan tentang
kelompok-kelompok sosial dan kekuatan-kekuatan masa,partai.Inilah teori yang
berhibungan dengan teori Adam Smith (capitalism) dan Niccolo Machiavelli
(prinsip objektif politik).
c.
Teori estetika
Realisme
Teori realisme
tentang estetika terpusat pada mengekspresikan kehidupan sebagimana
adanya,yakni dalam realita suka dan duka,proses harmoni dan disharmoni.Dalam
wujudnya yang belum matang teori ini percaya “that art of imitation of
nature”,”seni adalah imitasi dari alam”.beberapa realis menafsirkan imitasi itu
hanya sebagai ekspresi dengan melalui media seni tertentu.Realisme tidak
mengutamakan seni atas keindahan seperti asas estetika idealisme.melainkan
realisme mengakui bahwa seni meliputi kedua jenis realita,yakni
keindahan dan kejelekan.pada prinsipnya tujuan seni dalah membuka tabir
kehidupan untuk lebih dimengerti,dihayati baik segi positif maupun negatif.
d.
Pola dasar
pendidikan esensialisme
1)
Uraian ini
memberikan penjelasan tentang pola dasar pendidikan aliran
esensialisme. Analisa dan penafsiran berikut dimaksudkanuntuk menghindari salah
pengertian.
·
Bahwa tidak
semua pendidikan esensialisme selalu langsung berasal dari filsafat
esensialisme. Meskipun secara umum prinsip-prinsip utama filsafatnya konsisten
dengan teori pendidikannya namun esensialis percaya bahwa dalam pelaksanaan
pendidikan diperlukan modifikasi,pelengkap,bahkan penyimpangan dari
ajaran-ajaran filosof tokoh dasar bagi teori yang murni,tetapi praktek
memerlukan adaptasi dengan kondisi tertentu. Tidak semua idealis dan realis
dapat di golongkan menajdi kaum esensialis dalam prinsip-prinsip pendidikannya.
·
Bahwa dengan
demikian,asas filosofis esensialisme yang lengkap,tidak harus selalu diikuti
dengan pola-pola asasi atau pola-pola dasar pendidikannya yang terperinci.
·
Pola asasi
pendidikan esensialisme hanyalah berhubungan dengan teori dasar pendidikan
.sebab,soal-soal praktek pendidikannya adalah masalah praktis yang disesuaikan
dengan kondisi yang insidental.
2)
Erasmus,Comenius,
dan Locke
·
Erasmus hidup
pada tahun 1466-1536,berada dalam zaman kontradisi alam pikiran,yakni alam
pikiran abad pertengahan yang dogmatis dengan alam pikiran humanisme,cita-cita
kebebasan dan harga diri manusia.
Erasmus
mengabdikan diri dalam cita-cita pendidikan dengan kurikulim yang menjembatani
kedua alam pikiran itu.ia merintis pendidikan dengan mengawinkan sistem belajar
klasik dengan pandangan internasional (zaman itu mulai tumbuh nasionalisme).ia
pelopor pendidikan guru dan sekolah umum bagi dua golongan kelas sosial,yakni
bagi midle-class dan kaum aristokrat.
·
Comenius
(1592-1670)
Beliau adalah
pendidik pertama renaissance yang memberi asas baru dalam pendidikan sebagai
realist modern,ia mengajarkan bahwa proses belajar harus melalui
pengamatan.Comenius percaya bahwa dunia ini bersifat dinamis dan memiliki
tujuan. Tugas utama pendidikan ialah membina kesadaran manusia akan semesta dan
dunianya,untuk mencari kesadaran spiritual,menuju Tuhan.
·
Jhon Locke
(1632-1704)
Locke adalah
ahli pengetahuan sekaligusfilosof yang amatberpengaruh terhadap
pendidikan,sebagai tokoh realisme utama. Ia mencita-citakan teori sosial baru
dalam tata politik,peletek dasar trias politika,untuk melawan otoritas monarkhi
yang absolute. Ia juga peletak asas pendidikan modern yang mengutamakan faktor
lingkungan dalam rangka menyesuaikan manusia kepada alam semesta
yang natural dan superntural. Karena itu sistem sekolah harus mengutamakan
realita dunia tempat hidup,situasi praktis. Ia peletak ide sekolah kerja,yakni
mendidik manusia yang mampu hidup dalam masyarakat.
D.
Teori belajar
Esensialisme
1.
Teori belajar menurut esensialisme.
Teori korespondensi sebagai dasar.Yakni kebenaran adalah
persesuaian antara pernyataan dan fakta. Meskipun proses belajar dianggap
bidang psikologi, tetap oleh aliran ini belajar juga dianggap sebagai masalah
ontologi, epistemologi dan axiologi. Pendirian demikian berdasarkan prinsip
bahwa perlu verifikasi kodrat realita yang kita pelajari (ontologi). Juga
diperlukan reliabilitas pengetahuan yang dipelajari (epistemologi) dan demikian
pula nilai dari realitas dan pengetahuan itu (axiologi). Pada prinsipnya proses
belajar adalah melatih daya jiwa yang potensial sudah ada. Proses belajar
sebagai proses menyerap apa yang berasal dari luar. Yaitu dari warisan-warisan
sosial yang disusun di dalam kurkulum tradisional, dan guru berfungsi sebagai
perantara.
Penganut idealisme dan realisme
mamang berbeda dalam hal interpretasi mereka tentang kodrat suatu
objek. Idealist percaya bahwa watak suatu objek adalah spiritual, nin material
atau ideal. Sebaliknya realist percaya bahwa kodrat suatu objek adalah
fisik,material, dan mekanis.
Dari segi pendidikan,maka approach
demikian memberi pandangan bahwa belajar adalah proses korespondensi. Murid
menduduki posisi sebagai penerima alam semesta ini. Proses belajar adalah
tentang bagaimana subyek mengerti tentang realita itu. Dalam hal ini idealisme
dan realisme mengakui proses itu melalui korespondensi. Artinya
teori korespondensi menentukan konstruksi dan aplikasi apa yang subyek fahami
tentang sesuatu objek.
Prinsip-prisinsip pendidikan esensialisme yaitu:
a)
pendidikan harus dilakukan melalui usaha keras, tidak
begitu saja timbul dari dalam diri siswa,
b)
inisiatif dalam
pendidikan ditekankan pada guru, bukan pada peserta didik. Peranan guru adalah
menjembatani antara dunia orang dewasa dengan dunia anak. Guru disiapkan secara
khusus untuk melaksanakan tugas di atas, sehingga guru lebih berhak untuk
membimbing pertumbuhan peserta didiknya. Esensialisme, menurut Imam Barnadib,
bahwa guru sebagai penentu bagi pendidikan. Kedudukan guru atau pendidik
demikian penting karena mereka mengenal dengan baik tentang tujuan pendidikan
serta pengetahuan atau materi-materi lain (Imam Barnadib, 1988).
c)
Inti proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran
yang telah ditentukan. Kurikulum diorganisasi dan direncanakan dengan pasti
oleh orang dewasa. Pandangan ini sesuai dengan filsafat realisme bahwa secara
luas lingkungan material dan sosial, adalah manusia yang menentukan bagaimana
seharusnya ia hidup.
d)
Sekolah harus mempertahankan motede-metode tradisional
yang bertautan dengan disiplin mental.
e)
Tujuan akhir pendidikan adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan umum.
f)
Menghendaki pendidikan yang bersendikan atas
nilai-nilai yang tinggi, yang hakiki kedudukannya dalam kebudayaan. Nilai-nilai
ini hendaklah yang sampai kepada manusia melalui sivilisasi dan telah teruji
oleh waktu. Tugas pendidikan adalah sebagai perantara atau pembawa nilai-nilai
yang ada di dalam gudang di luar ke jiwa peserta didik. Ini berarti bahwa
peserta didik itu perlu dilatih agar mempunyai kemampuan penyerapan yang tinggi
(Imam Barnadib, 2002).
2.
Teori belajar
menurut idealisme
a.
Mikrokosmos
sebagai subjek
Idealisme
sebagai filsafat hidup cenderung mulai dangan manusia sebagai pribadi,sebagi
subjek. Subjek ini bergerak dengan understanding kepada diri sendiri menuju
understanding dunia objek. Dengan stilah ontologi, dikatakan bahwa mikrokosmos
asas mengerti makrokosmos. Sebagai pribadi manusia mengerti proses pikirannya
sendiri adalah pangkal untuk mengerti pribadi-pribadi lain dan semesta.Di atas
pandangan subjektif dan individual,maka belajar menurut idealisme adalah “ self
development of mind as spiritual substance.”
Dengan arti
demikian,maka jiwa bersifat kreatif. Dan pendidikan merupakan proses melatih
daya-daya jiwa seperti pikiran,ingatan,perasaan,baik sebagai warisan
sosial,maupun sebagai makrokosmos.
b.
Makrokosmos
sebagai dasar
c.
Tetapi harus
didasari bahwa idealisme,dalam pandangan prospek kebudayaan mdern,tidak dapat
di artikan secara ekslusif dalam makna subjektif atau individualitas. Sebab
dalam kenyataan idealisme,dengan nilai-nilai persamaan, kemerdekaan dalam ide
demokrasi, maka individu memerlukan dasar dalam mana kehidupan sejahtera dan
harmonis diwujudkan. Harmoni dan tertib itu tidak harus ada di dalam
masyarakat,melainkan juga di dalam alam. Dengan demikian individu itu adalah
bagian dari harmoni semesta.Teori belajar idealisme, yang dimulai dengan
pribadi sebagai subjek yang kreatif, adalah untuk mengerti Tuhan. Idealisme
percaya bahwa individu selalu mengerti dirinya lebih dulu untuk dapat mengerti
antar hubungannya dengan sesuatu dalam makrokosmos. Tetapi belajar tidaklah
berakhir untuk mengenal diri sendiri.
3.
Teori belajar
menurut realisme
a.
Pengaruh
Thorndike
Dengan menolak
teoti belajar idealisme,realisme menerima dengan penuh perhatian teori-teori
modern dari ilmu jiwa pendidikan. Tokoh realisme dalam psikologi pedidikan
adalah Edward L.Thorndike yang merupakan pelopor teori connectionisme.
b.
Proses belajar
menurut realisme
Meskipun tidak
semua realist penganut connectionisme, hampir semua percaya bahwa proses
belajar adalah hubungan antara pribadi dengan lingkingan.
Prinsip belajar
dalam realisme :
·
Bagley : bahwa
proses belajar meliputi proses pengenalan kepada warisan-warisan manusia lampau
sebagai dasar interpretasi bagi realita yang ada sekarang, pengertian dengan
dasar tentang nilai-nilai moral dan otoritas kenyataan-kenyataan yang objektif.
·
Finney : bahwa
sesungguhnya manusia itu terutama “the social nature of mental life” dari
kepribadiannya yang menentukan hubungannya dengan sosio-kulturalnya. Ini
berarti manusia melalui pendidikan akan menerima warisan kebudayaan itu.
E.
Kurikulum
Esensialisme
Belajar adalah proses aktif pribadi untuk mengerti dan
menguasai “sesuatu.” Materi atau isi yang di pelajari itu ialah apa yang
tersimpul dalam istilah kurikulum. Oleh karena sesuatu itu tak terbatas di
dalam kehidupan manusia,demikian pula potensi penguasaan manusia,maka perlu ada
pedoman untuk melaksanakan pendidikan supaya tujuan pendidikan tercapai.
Kurikulum yang minimal sebagai tak dapat di kurangi
itu di dasarkan pada dasar kepercayaan esensialisme. Yaitu,bahwa dalam realita
semesta ini segala sesuatu itu ada dalam hubungan dengan hukuk-hukum objektif
yang mutlak, sebagai pre-existence,sebagai eksistensi sebagai fakta-fakta. Dan
tiap individu harus mengerti hukum-hukum itu demi adaptasi terhadap realita dan
tuntutan semesta itu,khususnya pada kebudayaan di mana ia hidup.
Fungsi guru adalah sebagai perantara antara bahan yang
telah di tentukan berdasarkan standard itu dengan murid sebagai penerima.
1)
Kurukulum
idealisme
a)
Ulich menekankan
kurikulam termasuk bahasa asing dalam rangka antara hubungan internasional yang
lebih erat dan luas dalam masa depan. Juga pengertian-pengertian religius dalam
rangka pemahaman semesta raya. Ulich masih mengakui prinsip-prinsip tradisional
baik dalam subjek-matter-curriculum amupun metodenya.
b)
Horne menganggap
bahwa kurikulum pada dasarnya harus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak.
Yang utama adalah “esensial studies” yang meliputi metode ilmiah,dunia organis
dan an-organis,human environment,apresiasi terhadap seni.
c)
Demiaskevich
berpendapat bahwa fungsi sekolah terutama sebagai pusat ‘intellectual training”
dan “character building” secara formal disiplin.
2)
Kurikulum
realisme
a)
Bagley mengnggap
bahwa kurikulum terdiri atas serangkaian bahan yang mulai dari sederhana sampai
ke yang kompleks.
b)
Thorndike dan
Bobbitt menekankan kurikulum bagi persiapan tugas anak di dalam kehidupannya.
Terutama Bobbit menekankan urgensi analisa atas aktivitas dan tujuan orang
dewasa dalam apa yang di sebut “job analysis.” Berdasarkan analisa itu dapat di
tetapkan secara tepat isi kurikulum yang di kehendaki. Sebab tujuan dari orang
dewasa telah di tetapkan oleh tujuan-tujuan kebudayaan yang berlaku dalam
masyarakat.
c)
Morrison,tokoh
realisme mengapproach pembinaan kurikulum dengan prinsip-prinsip-prinsip hukum
alam. Morrison percaya bahwa tujuan tertinggio pendidikan adalah
“penyesuaian” menurut interpretasi realisme berdasarkan prinsip aliran
ini,yakni sesuai sebagai penyesuaian kepada hukum alamiah-penyesuaian pada
proses evolusi dan kepada realita dan kondisi-kondisi kebudayaan yang berlaku.
3)
Peranan sekolah
menurut esensialisme
Semua penganut esensialisme di Amerika tanpa kecuali
percaya dan menganut nilai-nilai demokrasi. Sekolah terutama berfungsi mendidik
warga negara supaya hidup sesuai dengan prinsip-prinsip dan lembaga-lembaga
sosial yang ada di dalam masyarakatnya. Pendapat Kandel tokoh realisme adalah
representative untuk ide tentang fungsi sekolah dalam masyarakat menurut
esesnsialisme.
F.
Penilaian
Kebudayaan atas Esensialsme
Karena prinsip utama dan watak esensialisme ialah
semangat ingin kembali kepada warisan kebudayaan masa silam yang agung dan ideal,maka
pendidikan baginya ialah sebagai pemelihara kebudayaan yang ada. Ide ini lahir
sebagai reaksi atas kenyataan,atas diagnose,bahwa kebudayaan modern gagal
mencapai prospek ideal. Oleh sebab itu mission utama esensialisme ialah
mengabdikan diri guna mengabdikan kebudayaan modern sekarang kepada prestige
dan kewibawaan seperti yang di miliki kebudayaan warisan masa lampau. Ini tidak
berarti bahwa esensialisme mengabdikan kenyataan adanya perubahan sosial.
Peranan dan sekaligus nilai positif dari aliran
esensialisme terutama tersimpul dalam :
1)
Kedudukan
idealisme modern dan realisme modern sebagai sokoguru kebudayaan modern.
Kedua ajaran
filsafat tersebut adalah fundamental bagi tegaknya kebudayaan modern yang
ideal. Krisis kebudayaan modern justru karena penyimpangannya dari
prinsip-prinsip yang telah terbina oleh kedua ajaran filsafat itu.
Filsafat dalam
hubungannya dengan kebudayaan ialah kenyataan bahwa ide-ide filsafat itu telah
merubah pandangan manusia baik terhadap nilai-nilai,.maupun praktek-praktek
dalam bidang sosial, politik, ekonomi, pendidikan, kebudayaan pada umumnya.
Esensialisme
juga dalam rangka pembina kebudayaan yang demokratis,memusatkan perhatian pada
usaha membina kebebasan individu dalam ekspresi dan organisasinya,mislnya dalam
bidang sosial-politik,keagamaan,science.
2)
Peranan
esensialisme sebagai pemeliharaan kebudayaan.
Esensialisme
sebagai teori pendidikan dan kebudayaan melihat kenyataan bahwa lembaga-lembaga
dan praktek-praktek kebudayaan modern telah gagal dalam banyak hal untuk
memenuhi harapan zaman modern. Maka untuk menyelamatkan manusia dan
kebudayaan,harus di usahakan melalui pendidikan.
Fungsi
pemeliharaan atas kebudayaan oleh esensialisme ialah meliputi dua segi :
a.
Membina sikap
jiwa untuk menjunjung dan menyesuaikan diri terhadap hukum-hukum dan
kebenaran yang di temukan manusia di dalam alam kosmos,baik yang sudah mau pun
yang akan datang.
b.
Karena tiap
hukum-hukum,prinsip-prinsip,aksioma-aksioma itu bersifat abstrak,maka ia harus
di fahami dalam konteks dengan kebudayan. Ia harus di dasari melalui
praktek-praktek lembaga-lembaga kebudayaan. Doktrin hak-hak alamiah adalah
suatu abstraksi hukum-hukum universal yang terlepas daripada unsur kebudayaan.
3)
Sifat
konservatif esensialisme
Sejarah tidak mngingkari nilai-nilai positif sumbangn
tokoh-tokoh esensialisme seperti Locke,Harris,Bagley,Thorndike dalam
pendidikan. Khususnya dalam membina kemampuan-kemampuan bagi keterampilan yang
produktif. Tetapi karena kebudayaan itu berubah,maka pendidikan harus mampu
membina pribadi yang secara inteligen sanggup menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan itu. Prinsip esensialisme kembali kepada kebudayaan
silam,ini dapat di artikan sebagai satu sikap konservatif.
a.
Esensialisme
sebagai Cultural-Lag
Dengan usaha dan
prinsip kembali ke masa silam itu sebenarnya esensialisme telah tidak berusaha
meneruskan proses sejarah kebudayaan yang bersifat dinamis-progressif. Ini
berarti ia merupakan suatu Cultur-Lag,keterlambatan keterbelakangan kultural.
Ini bertentangan dengan proses perkembangan kebudayaan yang dinamis.
b.
Penafsiran yang
tidak tepat atas “social heritage”
Sikap memuja
kepada kebudayaan-kebudayaan atau social heritage itu termasuk pola sokongan
esensialisme atas cultural-tradisional. Sebab antara kedua istilah tidak
dipakai secara tepat dengan kritis.
Esensial adalah
suatu yang kekal,permanen dari suatu social-heritage dengan “tradition” dari
adat kebiasaan.
Pengertian yang dimaksud
dengan istilah esensialisme meliputi : kebijakan,kejujuran,sikap
hormat,mengerti kewajiban,pengabdian ,dan sebagainyayang ingin tetap di
bina melalui pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar