song

Rabu, 26 Maret 2014

PERKEMBANGAN ANAK

HAKIKAT PERKEMBANGAN BAHASA ANAK
       Pemerolehan bahasa anak tidak secara tiba - tiba atau sekaligus, melainkan bertahap. Kemajuan berbahasa anak berjalan seiring dengan perkembangan fisik, mental, kecerdasan, dan sosialnya. Oleh karena itu, perkembangan bahasa anak ditandai oleh keseimbangan dinamis atau suatu rangkaina keastuan yang bergerak dari bunyi - bunyi atau ungkapan yang sederhana menuju tuturan yang lebih kompleks. Tangisan merupakan bunyi - bunyiatau ucapan yang sederhana tak bermakna, dan celotahan bayi merupakan jalan perkembangan anak kemampuan berbahasa yang lebih sempurna.
       Bagi anak, celotehan merupakan semacam latihan untuk menguasai gerak artikulatoris (alat ucap) yang lama kelamaan dikaitkan dengan kebermaknaan bentuk bunyi yang diucapkan.Keterampilan berpikir diperlukan agar semua aspek keterampilan berbahasa dapatberkembang dengan maksimal. Pikiran dan bahasa memilki hubungan, tetapi merekaberbeda dalam hal berhubungan. Vygatsky yakin bahwa bahasa merupakan dasar bagipembentukan konsep dan pemikiran. Dia menegaskan bahwa bahasa diperlukan untuksetiap jenis kegiatan belajar. Berbeda dengan Vygatsky,
       Piaget yang mengatakan bahwabahasa itu penting untuk beberapa jenis kegiatan belajar tetapi tidak untuk semua kegiatanbelajar. Piaget yakin bahwa perkembangan kognitif anak mendahului perkembanganbahasanya.Piaget membagi perkembangan mambagi perkembangan kognitif ke dalam empatfase, yaitu :
1.Fase Sensorimotorik (usia 0 – 2)
       Sensori motor berarti koordinasi antar aktivitas sensori (melihat, meraba,merasa, mencium dan mendengar) dengan persepsi anak terhadap gerak fisik.Gerakan - gerakan refleks yang dilakukan anak sejak ia lahir merupakan fase awaldimulainya fase sensorimotorik. Kemudian fase ini berakhir pada usia 2 tahun. Padafase ini, melalui kegiatan sensorimotor (menggenggam, mengisap, melihat,melempar), anak belajar mengkonstruksi pemahamannya tentang lingkungannya,dan ia pun mulai belajar bahwa benda - benda itu memiliki sifat khusus.Keadaan ini berarti, anak telah mulai membangun pemahamannya terhadap aspek - aspek yang berkaitan dengan hubungan klausalitas, bentuk, dan ukuran,sebagai hasil pemahamannya terhadap sensorimotor yang dilakukannya.Pada akhir usia 2 tahun, anak sudah menguasai pola- pola sensorimotor yangbersifat kompleks, seperti bagaimana cara anak agar dapat memperoleh apa yangdiinginkannya (menarik, menggenggam, atau meminta). Kemampuan ini bersifatsimbolis, yaitu kemampuan untuk memikirkan suatu objek tanpa kehadiran objektersebut secara empiris.
2.Fase Praoperasional (usia 2- 7 tahun)
       Pada fase pra operasional, anak mulai menyadari bahwa pemahamannyatentang benda - benda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui sensorimotor saja, akan tetapi dapat juga dilakukan melalui kegiatan yang bersifatsimbolis. Contoh kegiatan simolis ini misalnya dengan bermain memanfaatkantelepon mainan, yaitu anak melakukan percakapan melalui telepon mainan, atauberpura - pura menjadi bapak atau ibu, dan kegiatan simbolis lainnya. Fase inimemberikan andil besar dalam perkembangan kognitif anak, Karena fase inimerupakan masa awal bagi anak untuk mengkonstruksi kemampuan menyusunpemikirannya. Oleh karena itu, pola pikir anak pada masa ini belum stabil dan tidakterorganisasi secara baik.fase praoperasional dibagi menjadi 3 subfase, yaitu :
-Subfase Fungsi Simbolis
         Anak mulai dapat memliki kemampuan untuk menggambarkan suatu objekyang secara fisik tidak hadir. Kemampuan ini membuat anak mampu untukdapat menyusun balok - balok kecil untuk membentuk rumah - rumahan,menyusun puzzle, dan kegiatan lainnya, anak juga dapat menggambarmanusia sederhana.
-Subfase berpikir secara egosentris
         Ciri - ciri tahap berpikir egosentris yaitu ketidakmampuan anak untukmemahami perspektif atau cara berpikir orang lain. Benar atau salah, bagianak pada fase ini ditentukan oleh cara pandangnya sendiri. Ini lah yangdisebut dengan egosentris, yaitu menjadikan diri sendiri sebagai pusat segalapemikiran atau perbuatan atau menilai segala hal dari sudut pandang dirisendiri.
-Subfase berpikir secara intuitif 
         Disebut fase berpikir secara intuitif, karena pada saat ini anak kelihatanmengerti dan mengetahui sesuatu, seperti menyusun balok menjadi rumah - rumahan, akan tetapi pada dasarnya anak tidak mengetahui alasan - alas anyang menyebabkan balok itu dapat disusun menjadi rumah. Dengan kata lain,anak belum memilki kemampuan untuk berpikir secara kritis tentang apayang ada dibalik suatu kejadian.
3.Fase Operasi Konkret (usia 7 - 12 tahun)
       Pada fase operasi konkret, kemampuan berpikir logis pada anak sudahberkembang, dengan syarat, obyek yang menjadi sumber berpikir logis tersebuthadir secara konkret. Kemampuan mangklasifikasikan obyek sesuai denganklasifikasinya, mengurutkan benda sesuai dengan urutannya, dan kemampuanmemahami cara pandang orang lain, dan kemampuan berpikir secara deduktif merupakan wujud dari kemampuan berpikir logis.
4.Fase Operasional Formal (12 tahun sampai usia dewasa)
       Perpindahan cara berpikir konkret ke cara berpikir abstrak merupakan ciri-ciri dari fase Operasi Formal. Kemampuan berpikir abstrak dapat dilihat darikemampuan anak dalam mengemukakan pendapat atau ide - ide, memprediksi kejadian yang akan terjadi, dan melakukan proses berpikir ilmiah.

TAHAP - TAHAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK
       Kemampuan berbahasa anak tidak diperoleh oleh anak secara sekaligus. Kemampuanberbicara yang dimiliki anak terlebih dahulu melalui tahap - tahap berikut ini :
1.    Tahap pralinguistik, yaitu fase perkembangan bahasa di mana anak belum mampumenghasilkan bunyi-bunyi yang bermakna. Bunyi yang dihasilkan seperti tangisan,rengekan, dekutan, dan celotehan hanya merupakan sarana anak untuk melatih gerakartikulatorisnya sampai ia mampu mengucapkan kata-kata yang bermakna.
2.    Tahap satu-kata, yaitu fase perkembangan bahasa anak yang baru mampumenggunakan ujaran satu-kata. Satu-kata itu mewakili ide dan tuturan yang lengkap.
3.    Tahap dua-kata, yaitu fase anak telah mampu menggunakan dua kata dalampertuturannya.
4.    Tahap banyak-kata, yaitu fase perkembangan bahasa anak yang telah mampu bertuturdengan menggunakan tiga-kata atau lebih dengan penguasaan gramatika yang lebih baik.Pada tahap di atas secara implicit berkembang pula pengetahuan anak tentang subsistem-subsistem bahasa seperti fonologi, gramatika, sematik dan pragmatik.
Menurut Piaget dan Vygotsky, perkembangan bahasa anak adalah sebagai berikut :
a.       Tahap Meraban (Pralinguistik) Pertama
       Pada tahap meraban pertama, selama bulan-bulan awal kehidupan, bayi-bayi menangis,mendekut, mendenguk, menjerit, dan tertawa. Bunyian-bunyian seperti itu dapat ditemuidalam segala bahasa di dunia. Pada hakikatnya komprehensi adalah proses interaktif yangmelibatkan berbagai koalisi antara lima faktor, yakni: sintetik, konteks lingkungan, kontekssosial, informasi leksikal dan prosodi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bahasa tidakditurunkan melainkan dapat dikuasai melalui proses pemerolehan yang harus dipelajari danada yang mengajari.
b.      Tahap Meraban Kedua
       Pada tahap ini anak mulai aktif tidak sepasif sewaktu berada pada tahap meraban pertama.Secara fisik ia sudah dapat melakukan gerakan-gerakan seperti memegang dan mengangkatbenda atau menunjuk. Berkomunikasi dengan mereka mulai mengasyikan karena merekamulai aktif memulai komunikasi.
c.       Tahap Linguistik
       Jika pada tahap pralinguistik pemerolehan bahasa anak belum menyerupai bahasa orang dewasa maka pada tahap ini anak mulai bisa mengucapkan bahasa menyerupai ujaran orangdewasa. Para ahli psikolinguistik membagi tahap ini kelima tahapan yaitu:


Tahap I
Tahap Holofostik (Tahap Linguistik Pertama)Tahap holofrase ini dialami oleh anak normal yang berusia sekitar 1-2 tahun. Waktuberakhirnya tahap ini tidak sama pada setiap anak. Ada anak yang lebih cepatmengakhirinya, tetapi ada pula yang sampai umur anak 3 tahun. Pada tahap inigerakan fisik seperti menyentuh, menunjuk, mengangkat benda dikombinasikandengan satu kata. Seperti halnya gerak isyarat, kata pertama yang dipergunakanbertujuan untuk memberi komentar terhadap objek atau kejadian di dalamlingkungannya. Satu kata itu dapat berupa perintah, pemberitahuan, penolakan,pertanyaan, dan lain- lain. Adapun kata-kata pertama yang diucapkan berupa objekatau kejadian yang sering ia dengar dan ia lihat. Contoh kata-kata pertama yangbiasanya dikuasai anak adalah: pipis (buang air kecil), mamam atau maem (makan),mah (mamah), pak (bapak), bo (tidur).

Tahap linguistik Kedua
Tahap linguistik kedua ini biasanya menjelang hari ulang tahun kedua. Pada usia sekitar 2-3 tahun. Anak-anak memasuki tahap ini dengan pertama sekali mengucapkan dua holofrase dalam rangkaian yang cepat, misal: mama masak, adikminum, papa pigi (ayah pergi). Ketrampilan anak pada akhir tahap ini makin luarbiasa. Komunikasi yang ingin disampaikan adalah bertanya dan meminta. Kata-kata yang digunakan untuk itu sama seperti perkembangan awal yaitu: sini, sana, lihat, itu, ini, lagi, mau dan minta.

Tahap Linguistik III
Tahap ini dimulai sekitar usia anak 2,6 tahun, tetapi ada juga sebagian anak yangmemasuki tahap ini ketika memasuki usia 2,0 tahun, bahkan ada juga anak yangmelambat yaitu ketika anak berumur 3,0 tahun. Pada tahap ini makin luar biasa.Tahap ini pada umumnya dialami oleh anak berusia sekitar 2,5 tahun-5 tahun.Sebenarnya perkembangan bahasa anak pada tahap ini bervariasi. Umumnya padatahap ini anak sudah dapat bercakap-cakap dengan teman sebaya dan aktif memulai percakapan.



Tahap Linguistik IV
Tahap perkembangan bahasa anak yang cepat ini biasanya dialami anak yang sudah berumur oleh anak yang sudah berumur antara 4-5 tahun. Pada tahap ini anak-anak sudah mulai menerapkan struktur tata bahasa dan kalimat-kalimat yang agak lebih rumit, misal, kalimat majemuk sederhana,seperti :Aku disini, kakak disana, Mama beli sayur dan kerupuk

Tahap Linguistik V
Sekitar usia 5-7 tahun, anak-anak mulai memasuki tahap yang disebut sebagai kompetensi penuh. Sejak usia 5 tahun pada umumnya anak-anak yang perkembangannya normal telah menguasai elemen-elemen sintaksis bahasa ibunya dan telah memiliki kompentensi (pemahaman dan produktivitas bahasa) secara memadai.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK
            Menurut Yusuf (2004) faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa adalah:
a.       Status Sosial Ekonomi Keluarga
       Beberapa studi tentang hubungan antara perkembangan bahasa dengan status sosial ekonomi keluarga menunjukkan bahwa anak yang dari keluarga miskin mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasanaya dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik. Kondisi ini terjadi mungkin disebabkan perbedaan kecerdasan dan kesempatan belajar (keluarga miskin diduga kurang memperhatikan perkembangan bahasa anaknya) dan pada keluarga kelas rendah, kegiatan keluarga cenderung rendah kurang terorganisasi dari pada kelas menengah keatas. Pembicaraan antar keluarga juga jarang-jarang karena kegiatannya berfokus pada pencarian pendapatan, sehingga perkembangan bahasa anak kurang diperhatikan (Hetzer & Reindorf dalam Hurlock 1996). 
       Menurut Gegas (1979) dan Peterson serta Rollins (1987) dalam (Friedman, 1998) menyatakan bahasa dan kemampuan linguistik amat berkembang dikalangan anak dari kelas menengah keatas. Ibu dari kelas bawah lebih mengandalkan penggunaan perintah atau komando, padahal ibu dari kelas menengah keatas cenderung menjelaskan alasan adanya suatu aturan, selain itu perilaku ibu dan teknik dipengaruhi oleh banyaknya stres dan ketegangan yang dialmai ibu, sumber-sumber yang digunakan untuk membantu konseling, dan mendukung mereka, juga sosialisasi mereka sndiri sebagai anak yang menggambarkan suatu kelas sosial dimana mereka berasal.
       Menurut (Friedman, 1998) sosial ekonomi adalah tingkatan kelas sosial masyarakat dibidang ekonomi yang terbagi dalam:
1.      Kelas sosial rendah dengan kreteria hanya mampu mencukupi kebutuhan primer saja (sandang, pangan, papan)
2.      Kelas sosial ekonomi menengah dengan kreteria mampu mencukupi kebutuhan primer dan sekunder (kebutuhan akan hiburan, rekreasi, menonton film dan lain-lain)
3.      Kelas sosial ekonomi atas dengan kreteria mampu mencukupi kebutuhan primer, sekunder, tersier (kebutuhan akan barang mewah: perhiasan, mobil, vila dan lain-lain)
       Menurut Bank Rakyat Indonesia (2004) pendapatan dikatakan tinggi apabila pendapatan >3 juta, pendapatan sedang antara 1-3 juta, dan pendapatan rendah < 1 juta.
b.      Hubungan Keluarga
       Hubungan ini dimaknai sebagai proses pengalaman berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan ibu yang mengajar, melatih dan memberikan contoh bahasa kepada anak. Hubungan yang sehat antara ibu dengan anak (penuh perhatian dan kasih sayang dari ibunya) memfasilitasi perkembangan bahasa anak, sedangkan hubungan yang tidak sehat mengakibatkan anak akan mengalami kesulitan atau kelambatan dalam perkembangan bahasanya.
       Hubungan yang tidak sehat itu bisa berupa sikap ibu yang keras/kasar, kurang kasih sayang, atau kurang perhatian untuk memberikan latihan dan contoh dalam berbahasa yang baik kepada anak, maka perkembangan bahasa anak cenderung akan mengalami stagnasi atau kelainan seperti: gagap dalam berbicara, tidak jelas dalam mengungkapkan kata-kata, merasa takt untuk mengungkapkan pendapat dan berkata yang kasar atau tidak sopan.
       Menurut Hurlock (1996) lingkungan yang pertama dan utama masa anak adalah lingkungan keluarga, utamanya ibu. Hubungan antar keluarga mempunyai peran yang penting dalam menentukan pola, sikap, dan perilakunya kelak dalam hubungan dengan ibu. Meskipun pola ini akan berubah dengan semakin besarnya anak dan meluasnya lingkungan, tetapi pola intinya cenderung tetap. Inilah sebabnya mengapa hubungan keluarga yang dini merupakan unsur penting bagi perkembangan anak.
       Hubungan keluarga merupakan faktor penting dalam perkembangan individu. Ada tiga bukti yang menunjukkan hal tersebut:
1.      Kurang kasih sayang
Anak yang dimasukkan kedalam suatu lembaga sehingga kurang mempunyai kesempatan yang wajar untuk mengungkapkan kasih sayang untuk dicintai oleh orang lain sehingga membuat anak menjadi pendiam, lesu, tidak responsif terhadap senyuman dan tidak berusaha untuk memperoleh kasih sayang, serta lebih lambat perkembangannya dari anak yang berada di lingkungan yang berbahagia.
2.      Perilaku akrab
Hubungan anak dengan ibu atau pengganti ibu yang akrab, hangat dan memuaskan. Semua anak memerlukan perawatan yang terus menerus, sehingga anak merasa aman, puas dan ada hubungan keterikatan yang sangat erat yang merupakan dasar untuk mengadakan persahabatan dan menerima perilaku yang lebih baik.
3.      Besarnya keluarga
Pengaruh besarnya keluarga terhadap awal perkembangan anak, dari anak keluarga besar yang jarak usia semua anak sangat kecil, mengalami sedikit hubungan langsung dengan ibunya karena ibunya terlalu sibuk. Anak yang kurang kasih sayang ibu, kurang kesempatan untuk mengembangkan keterikatan emosi, juga kekurangan perhatian dan rangsang mengakibatkan anak lesu dan pasif.

c.       Faktor Kesehatan
       Kesehatan merupakan faktor keluarga yang sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak, tetutama pada bahasa awal kehidupannya. Apabila anak mengalami sakit terus-menerus maka anak tersebut akan mengalami kelambatan atau kesulitan dalam perkembangan bahasa anak secara formal.

d.      Faktor Intelegensi
       Perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari tingkat intelegensinya. Anak yang perkembangan bahasanya cepat, pada umumnya mempunyai intelegensi normal atau diatas normal. Namun begitu, tidak semua anak yang mengalami kelambatan perkembangan bahasanya dikategorikan anak yang bodoh.

e.       Jenis Kelamin (seks)
       Pada tahu pertama usia anak tidak ada perbedaan dalam vokalisasi antara pria dan wanita. Namun mulai usia 2 tahun, anak wanita menunjukkan perkembangan yang lebih.

STIMULASI PERKEMBANGAN BAHASA ANAK
          Seorang bayi dari hari ke hari akan mengalami perkembangan bahasa dan kemampuan bicara, namun tentunya tiap anak tidak sama persis pencapaiannya, ada yang cepat berbicara ada pula yang membutuhkan waktu agak lama. Untuk membantu perkembangannya ibu dapat membantu memberikan stimulasi yang disesuaikan dengan keunikan masing-masing anak.
Pada usia bayi 0-2 bulan, sering-seringlah mengajak mereka berkomunikasi pada segala suasana, pada saat menidurkan, menyusui, memakaikan baju. Berbicaralah dengan intonasi yang lembut, dan jangan mengabaikan tangisannya, karena itulah cara mereka berkomunikasi untuk yang pertama kalinya.
Pada usia 2-6 bulan, sering-seringlah mengajak mereka berbicara dengan menggunakan intonasi yang berbeda-beda, dan juga ekspresi wajah yang menyenangkan. Ajaklah mereka menyanyikan lagu-lagu yang berirama riang dan lakukanlah berulang-ulang, dan jangan lupa untuk mengajak mereka bercanda.
Pada usia 6-12 bulan, berbicaralah dengan kata-kata yang sederhana dengan intonasi dan pengucapan yang jelas, karena kelak mereka akan menirukannya. Berbicaralah sambil diikuti gerakan, agar mereka lebih mudah memahami arti kata dan korelasinya. Kenalkan pula mereka dengan berbagai macam suara, suara binatang, pesawat, mobil, dan lain sebagainya.

Pada usia 12-18 bulan, berikanlah pilihan kepada mereka, tawarkan warna baju yang ingin dipakai, pilihan makanan yang diinginkan. Jangan lupa untuk mengajak mereka membaca, bacakan buku cerita sederhana yang mempunyai banyak gambar dan warna-warna yang cerah, sambil mengajak mereka bermain peran.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar