HAKIKAT PERKEMBANGAN BAHASA
ANAK
Pemerolehan bahasa anak tidak secara tiba - tiba atau sekaligus, melainkan
bertahap. Kemajuan berbahasa anak berjalan seiring dengan perkembangan fisik,
mental, kecerdasan, dan sosialnya. Oleh karena itu, perkembangan bahasa anak
ditandai oleh keseimbangan dinamis atau suatu rangkaina keastuan yang bergerak
dari bunyi - bunyi atau ungkapan yang sederhana menuju tuturan yang lebih
kompleks. Tangisan merupakan bunyi - bunyiatau ucapan yang sederhana tak
bermakna, dan celotahan bayi merupakan jalan perkembangan anak kemampuan
berbahasa yang lebih sempurna.
Bagi anak, celotehan merupakan semacam latihan untuk menguasai gerak
artikulatoris (alat ucap) yang lama kelamaan dikaitkan dengan kebermaknaan
bentuk bunyi yang diucapkan.Keterampilan berpikir diperlukan agar
semua aspek keterampilan berbahasa dapatberkembang dengan maksimal.
Pikiran dan bahasa memilki hubungan, tetapi merekaberbeda dalam hal
berhubungan. Vygatsky yakin bahwa bahasa merupakan dasar bagipembentukan
konsep dan pemikiran. Dia menegaskan bahwa bahasa diperlukan untuksetiap
jenis kegiatan belajar. Berbeda dengan Vygatsky,
Piaget yang mengatakan bahwabahasa itu penting untuk beberapa jenis kegiatan
belajar tetapi tidak untuk semua kegiatanbelajar. Piaget yakin bahwa
perkembangan kognitif anak mendahului perkembanganbahasanya.Piaget membagi
perkembangan mambagi perkembangan kognitif ke dalam empatfase, yaitu :
1.Fase Sensorimotorik (usia
0 – 2)
Sensori motor berarti koordinasi antar aktivitas sensori (melihat,
meraba,merasa, mencium dan mendengar) dengan persepsi anak terhadap gerak
fisik.Gerakan - gerakan refleks yang dilakukan anak sejak ia lahir merupakan
fase awaldimulainya fase sensorimotorik. Kemudian fase ini berakhir pada
usia 2 tahun. Padafase ini, melalui kegiatan sensorimotor (menggenggam,
mengisap, melihat,melempar), anak belajar mengkonstruksi pemahamannya tentang
lingkungannya,dan ia pun mulai belajar bahwa benda - benda itu memiliki
sifat khusus.Keadaan ini berarti, anak telah mulai membangun pemahamannya terhadap
aspek - aspek yang berkaitan dengan hubungan klausalitas, bentuk, dan
ukuran,sebagai hasil pemahamannya terhadap sensorimotor yang
dilakukannya.Pada akhir usia 2 tahun, anak sudah menguasai pola- pola
sensorimotor yangbersifat kompleks, seperti bagaimana cara anak agar
dapat memperoleh apa yangdiinginkannya (menarik, menggenggam, atau
meminta). Kemampuan ini bersifatsimbolis, yaitu kemampuan untuk memikirkan
suatu objek tanpa kehadiran objektersebut secara empiris.
2.Fase Praoperasional (usia
2- 7 tahun)
Pada fase pra operasional, anak mulai menyadari bahwa pemahamannyatentang benda
- benda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui sensorimotor saja,
akan tetapi dapat juga dilakukan melalui kegiatan yang bersifatsimbolis. Contoh
kegiatan simolis ini misalnya dengan bermain memanfaatkantelepon mainan,
yaitu anak melakukan percakapan melalui telepon mainan, atauberpura -
pura menjadi bapak atau ibu, dan kegiatan simbolis lainnya. Fase
inimemberikan andil besar dalam perkembangan kognitif anak, Karena fase
inimerupakan masa awal bagi anak untuk mengkonstruksi kemampuan
menyusunpemikirannya. Oleh karena itu, pola pikir anak pada masa ini
belum stabil dan tidakterorganisasi secara baik.fase praoperasional dibagi
menjadi 3 subfase, yaitu :
-Subfase Fungsi Simbolis
Anak mulai dapat memliki kemampuan untuk menggambarkan suatu objekyang secara
fisik tidak hadir. Kemampuan ini membuat anak mampu untukdapat menyusun
balok - balok kecil untuk membentuk rumah - rumahan,menyusun puzzle, dan
kegiatan lainnya, anak juga dapat menggambarmanusia sederhana.
-Subfase berpikir secara
egosentris
Ciri - ciri tahap berpikir egosentris yaitu ketidakmampuan anak
untukmemahami perspektif atau cara berpikir orang lain. Benar atau salah,
bagianak pada fase ini ditentukan oleh cara pandangnya sendiri. Ini
lah yangdisebut dengan egosentris, yaitu menjadikan diri sendiri sebagai
pusat segalapemikiran atau perbuatan atau menilai segala hal dari
sudut pandang dirisendiri.
-Subfase berpikir secara
intuitif
Disebut fase berpikir secara intuitif, karena pada saat ini anak
kelihatanmengerti dan mengetahui sesuatu, seperti menyusun balok menjadi
rumah - rumahan, akan tetapi pada dasarnya anak tidak mengetahui alasan -
alas anyang menyebabkan balok itu dapat disusun menjadi rumah. Dengan kata
lain,anak belum memilki kemampuan untuk berpikir secara kritis tentang
apayang ada dibalik suatu kejadian.
3.Fase Operasi Konkret (usia
7 - 12 tahun)
Pada fase operasi konkret, kemampuan berpikir logis pada anak sudahberkembang,
dengan syarat, obyek yang menjadi sumber berpikir logis tersebuthadir
secara konkret. Kemampuan mangklasifikasikan obyek sesuai denganklasifikasinya,
mengurutkan benda sesuai dengan urutannya, dan kemampuanmemahami cara
pandang orang lain, dan kemampuan berpikir secara deduktif merupakan wujud
dari kemampuan berpikir logis.
4.Fase Operasional Formal (12
tahun sampai usia dewasa)
Perpindahan cara berpikir konkret ke cara berpikir abstrak merupakan ciri-ciri
dari fase Operasi Formal. Kemampuan berpikir abstrak dapat dilihat
darikemampuan anak dalam mengemukakan pendapat atau ide - ide, memprediksi
kejadian yang akan terjadi, dan melakukan proses berpikir ilmiah.
TAHAP - TAHAP
PERKEMBANGAN BAHASA ANAK
Kemampuan berbahasa anak tidak diperoleh oleh anak secara sekaligus.
Kemampuanberbicara yang dimiliki anak terlebih dahulu melalui tahap -
tahap berikut ini :
1. Tahap pralinguistik, yaitu fase perkembangan bahasa di mana
anak belum mampumenghasilkan bunyi-bunyi yang bermakna. Bunyi
yang dihasilkan seperti tangisan,rengekan, dekutan, dan celotehan hanya
merupakan sarana anak untuk melatih gerakartikulatorisnya sampai ia mampu
mengucapkan kata-kata yang bermakna.
2. Tahap satu-kata, yaitu fase perkembangan bahasa anak yang baru mampumenggunakan
ujaran satu-kata. Satu-kata itu mewakili ide dan tuturan yang lengkap.
3. Tahap dua-kata, yaitu fase anak telah mampu menggunakan dua
kata dalampertuturannya.
4. Tahap banyak-kata, yaitu fase perkembangan bahasa anak yang telah
mampu bertuturdengan menggunakan tiga-kata atau lebih dengan penguasaan
gramatika yang lebih baik.Pada tahap di atas secara implicit berkembang pula
pengetahuan anak tentang subsistem-subsistem bahasa seperti fonologi,
gramatika, sematik dan pragmatik.
Menurut Piaget dan Vygotsky,
perkembangan bahasa anak adalah sebagai berikut :
a. Tahap Meraban (Pralinguistik) Pertama
Pada tahap meraban pertama, selama bulan-bulan awal kehidupan, bayi-bayi
menangis,mendekut, mendenguk, menjerit, dan tertawa. Bunyian-bunyian seperti
itu dapat ditemuidalam segala bahasa di dunia. Pada hakikatnya komprehensi
adalah proses interaktif yangmelibatkan berbagai koalisi antara lima faktor,
yakni: sintetik, konteks lingkungan, kontekssosial, informasi leksikal
dan prosodi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bahasa
tidakditurunkan melainkan dapat dikuasai melalui proses pemerolehan yang harus
dipelajari danada yang mengajari.
b. Tahap Meraban Kedua
Pada tahap ini anak mulai aktif tidak sepasif sewaktu berada pada tahap meraban
pertama.Secara fisik ia sudah dapat melakukan gerakan-gerakan seperti memegang
dan mengangkatbenda atau menunjuk. Berkomunikasi dengan mereka mulai
mengasyikan karena merekamulai aktif memulai komunikasi.
c. Tahap Linguistik
Jika pada tahap pralinguistik pemerolehan bahasa anak belum
menyerupai bahasa orang dewasa maka pada tahap ini anak mulai bisa
mengucapkan bahasa menyerupai ujaran orangdewasa. Para ahli psikolinguistik
membagi tahap ini kelima tahapan yaitu:
Tahap I
Tahap Holofostik (Tahap
Linguistik Pertama)Tahap holofrase ini dialami oleh anak normal yang berusia
sekitar 1-2 tahun. Waktuberakhirnya tahap ini tidak sama pada setiap anak. Ada
anak yang lebih cepatmengakhirinya, tetapi ada pula yang sampai umur anak
3 tahun. Pada tahap inigerakan fisik seperti menyentuh,
menunjuk, mengangkat benda dikombinasikandengan satu kata. Seperti halnya
gerak isyarat, kata pertama yang dipergunakanbertujuan untuk
memberi komentar terhadap objek atau kejadian di dalamlingkungannya. Satu
kata itu dapat berupa perintah, pemberitahuan, penolakan,pertanyaan, dan
lain- lain. Adapun kata-kata pertama yang diucapkan berupa objekatau
kejadian yang sering ia dengar dan ia lihat. Contoh kata-kata pertama
yangbiasanya dikuasai anak adalah: pipis (buang air kecil), mamam atau
maem (makan),mah (mamah), pak (bapak), bo (tidur).
Tahap linguistik Kedua
Tahap linguistik kedua ini
biasanya menjelang hari ulang tahun kedua. Pada usia sekitar 2-3 tahun.
Anak-anak memasuki tahap ini dengan pertama sekali mengucapkan dua holofrase
dalam rangkaian yang cepat, misal: mama masak, adikminum, papa pigi
(ayah pergi). Ketrampilan anak pada akhir tahap ini makin luarbiasa. Komunikasi
yang ingin disampaikan adalah bertanya dan meminta. Kata-kata yang
digunakan untuk itu sama seperti perkembangan awal yaitu: sini, sana, lihat,
itu, ini, lagi, mau dan minta.
Tahap Linguistik III
Tahap ini dimulai sekitar
usia anak 2,6 tahun, tetapi ada juga sebagian anak yangmemasuki tahap
ini ketika memasuki usia 2,0 tahun, bahkan ada juga anak yangmelambat
yaitu ketika anak berumur 3,0 tahun. Pada tahap ini makin luar biasa.Tahap
ini pada umumnya dialami oleh anak berusia sekitar 2,5 tahun-5 tahun.Sebenarnya
perkembangan bahasa anak pada tahap ini bervariasi. Umumnya padatahap ini
anak sudah dapat bercakap-cakap dengan teman sebaya dan aktif memulai
percakapan.
Tahap Linguistik IV
Tahap perkembangan bahasa
anak yang cepat ini biasanya dialami anak yang sudah berumur oleh anak
yang sudah berumur antara 4-5 tahun. Pada tahap ini anak-anak sudah mulai
menerapkan struktur tata bahasa dan kalimat-kalimat yang agak lebih
rumit, misal, kalimat majemuk sederhana,seperti :Aku disini, kakak disana, Mama
beli sayur dan kerupuk
Tahap Linguistik V
Sekitar usia 5-7 tahun,
anak-anak mulai memasuki tahap yang disebut sebagai kompetensi penuh. Sejak
usia 5 tahun pada umumnya anak-anak yang perkembangannya normal telah menguasai
elemen-elemen sintaksis bahasa ibunya dan telah memiliki kompentensi (pemahaman
dan produktivitas bahasa) secara memadai.
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK
Menurut Yusuf (2004) faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa adalah:
a. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Beberapa studi tentang hubungan antara perkembangan bahasa dengan status sosial
ekonomi keluarga menunjukkan bahwa anak yang dari keluarga miskin mengalami
keterlambatan dalam perkembangan bahasanaya dibandingkan dengan anak yang
berasal dari keluarga yang lebih baik. Kondisi ini terjadi mungkin disebabkan
perbedaan kecerdasan dan kesempatan belajar (keluarga miskin diduga kurang
memperhatikan perkembangan bahasa anaknya) dan pada keluarga kelas rendah,
kegiatan keluarga cenderung rendah kurang terorganisasi dari pada kelas
menengah keatas. Pembicaraan antar keluarga juga jarang-jarang karena
kegiatannya berfokus pada pencarian pendapatan, sehingga perkembangan bahasa
anak kurang diperhatikan (Hetzer & Reindorf dalam Hurlock 1996).
Menurut Gegas (1979) dan Peterson serta Rollins (1987) dalam (Friedman, 1998)
menyatakan bahasa dan kemampuan linguistik amat berkembang dikalangan anak dari
kelas menengah keatas. Ibu dari kelas bawah lebih mengandalkan penggunaan
perintah atau komando, padahal ibu dari kelas menengah keatas cenderung
menjelaskan alasan adanya suatu aturan, selain itu perilaku ibu dan teknik
dipengaruhi oleh banyaknya stres dan ketegangan yang dialmai ibu, sumber-sumber
yang digunakan untuk membantu konseling, dan mendukung mereka, juga sosialisasi
mereka sndiri sebagai anak yang menggambarkan suatu kelas sosial dimana mereka
berasal.
Menurut (Friedman, 1998) sosial ekonomi adalah tingkatan kelas sosial
masyarakat dibidang ekonomi yang terbagi dalam:
1. Kelas sosial rendah dengan kreteria hanya mampu mencukupi
kebutuhan primer saja (sandang, pangan, papan)
2. Kelas sosial ekonomi menengah dengan kreteria mampu mencukupi
kebutuhan primer dan sekunder (kebutuhan akan hiburan, rekreasi, menonton film
dan lain-lain)
3. Kelas sosial ekonomi atas dengan kreteria mampu mencukupi
kebutuhan primer, sekunder, tersier (kebutuhan akan barang mewah: perhiasan,
mobil, vila dan lain-lain)
Menurut Bank Rakyat Indonesia (2004) pendapatan dikatakan tinggi apabila
pendapatan >3 juta, pendapatan sedang antara 1-3 juta, dan pendapatan rendah
< 1 juta.
b. Hubungan Keluarga
Hubungan ini dimaknai sebagai proses pengalaman berinteraksi dan berkomunikasi
dengan lingkungan keluarga, terutama dengan ibu yang mengajar, melatih dan
memberikan contoh bahasa kepada anak. Hubungan yang sehat antara ibu dengan
anak (penuh perhatian dan kasih sayang dari ibunya) memfasilitasi perkembangan
bahasa anak, sedangkan hubungan yang tidak sehat mengakibatkan anak akan
mengalami kesulitan atau kelambatan dalam perkembangan bahasanya.
Hubungan yang tidak sehat itu bisa berupa sikap ibu yang keras/kasar, kurang
kasih sayang, atau kurang perhatian untuk memberikan latihan dan contoh dalam
berbahasa yang baik kepada anak, maka perkembangan bahasa anak cenderung akan
mengalami stagnasi atau kelainan seperti: gagap dalam berbicara, tidak jelas
dalam mengungkapkan kata-kata, merasa takt untuk mengungkapkan pendapat dan
berkata yang kasar atau tidak sopan.
Menurut Hurlock (1996) lingkungan yang pertama dan utama masa anak adalah
lingkungan keluarga, utamanya ibu. Hubungan antar keluarga mempunyai peran yang
penting dalam menentukan pola, sikap, dan perilakunya kelak dalam hubungan
dengan ibu. Meskipun pola ini akan berubah dengan semakin besarnya anak dan
meluasnya lingkungan, tetapi pola intinya cenderung tetap. Inilah sebabnya
mengapa hubungan keluarga yang dini merupakan unsur penting bagi perkembangan
anak.
Hubungan keluarga merupakan faktor penting dalam perkembangan individu. Ada
tiga bukti yang menunjukkan hal tersebut:
1. Kurang kasih sayang
Anak yang dimasukkan kedalam
suatu lembaga sehingga kurang mempunyai kesempatan yang wajar untuk
mengungkapkan kasih sayang untuk dicintai oleh orang lain sehingga membuat anak
menjadi pendiam, lesu, tidak responsif terhadap senyuman dan tidak berusaha
untuk memperoleh kasih sayang, serta lebih lambat perkembangannya dari anak
yang berada di lingkungan yang berbahagia.
2. Perilaku akrab
Hubungan anak dengan ibu atau
pengganti ibu yang akrab, hangat dan memuaskan. Semua anak memerlukan perawatan
yang terus menerus, sehingga anak merasa aman, puas dan ada hubungan
keterikatan yang sangat erat yang merupakan dasar untuk mengadakan persahabatan
dan menerima perilaku yang lebih baik.
3. Besarnya keluarga
Pengaruh besarnya keluarga
terhadap awal perkembangan anak, dari anak keluarga besar yang jarak usia semua
anak sangat kecil, mengalami sedikit hubungan langsung dengan ibunya karena
ibunya terlalu sibuk. Anak yang kurang kasih sayang ibu, kurang kesempatan
untuk mengembangkan keterikatan emosi, juga kekurangan perhatian dan rangsang
mengakibatkan anak lesu dan pasif.
c. Faktor Kesehatan
Kesehatan merupakan faktor keluarga yang sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak, tetutama pada bahasa awal kehidupannya. Apabila anak mengalami sakit terus-menerus maka anak tersebut akan mengalami kelambatan atau kesulitan dalam perkembangan bahasa anak secara formal.
Kesehatan merupakan faktor keluarga yang sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak, tetutama pada bahasa awal kehidupannya. Apabila anak mengalami sakit terus-menerus maka anak tersebut akan mengalami kelambatan atau kesulitan dalam perkembangan bahasa anak secara formal.
d. Faktor Intelegensi
Perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari tingkat intelegensinya. Anak yang perkembangan bahasanya cepat, pada umumnya mempunyai intelegensi normal atau diatas normal. Namun begitu, tidak semua anak yang mengalami kelambatan perkembangan bahasanya dikategorikan anak yang bodoh.
Perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari tingkat intelegensinya. Anak yang perkembangan bahasanya cepat, pada umumnya mempunyai intelegensi normal atau diatas normal. Namun begitu, tidak semua anak yang mengalami kelambatan perkembangan bahasanya dikategorikan anak yang bodoh.
e. Jenis Kelamin (seks)
Pada tahu pertama usia anak tidak ada perbedaan dalam vokalisasi antara pria dan wanita. Namun mulai usia 2 tahun, anak wanita menunjukkan perkembangan yang lebih.
Pada tahu pertama usia anak tidak ada perbedaan dalam vokalisasi antara pria dan wanita. Namun mulai usia 2 tahun, anak wanita menunjukkan perkembangan yang lebih.
STIMULASI PERKEMBANGAN BAHASA
ANAK
Seorang bayi dari hari ke hari akan mengalami
perkembangan bahasa dan kemampuan bicara, namun tentunya tiap anak tidak sama
persis pencapaiannya, ada yang cepat berbicara ada pula yang membutuhkan waktu
agak lama. Untuk membantu perkembangannya ibu dapat membantu memberikan
stimulasi yang disesuaikan dengan keunikan masing-masing anak.
Pada usia bayi 0-2 bulan, sering-seringlah mengajak mereka
berkomunikasi pada segala suasana, pada saat menidurkan, menyusui, memakaikan
baju. Berbicaralah dengan intonasi yang lembut, dan jangan mengabaikan
tangisannya, karena itulah cara mereka berkomunikasi untuk yang pertama kalinya.
Pada usia 2-6 bulan, sering-seringlah mengajak mereka
berbicara dengan menggunakan intonasi yang berbeda-beda, dan juga ekspresi
wajah yang menyenangkan. Ajaklah mereka menyanyikan lagu-lagu yang berirama
riang dan lakukanlah berulang-ulang, dan jangan lupa untuk mengajak mereka
bercanda.
Pada usia 6-12 bulan, berbicaralah dengan kata-kata yang
sederhana dengan intonasi dan pengucapan yang jelas, karena kelak mereka akan
menirukannya. Berbicaralah sambil diikuti gerakan, agar mereka lebih mudah
memahami arti kata dan korelasinya. Kenalkan pula mereka dengan berbagai macam
suara, suara binatang, pesawat, mobil, dan lain sebagainya.
Pada usia 12-18 bulan, berikanlah pilihan kepada mereka,
tawarkan warna baju yang ingin dipakai, pilihan makanan yang diinginkan. Jangan
lupa untuk mengajak mereka membaca, bacakan buku cerita sederhana yang
mempunyai banyak gambar dan warna-warna yang cerah, sambil mengajak mereka
bermain peran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar