song

Kamis, 27 Maret 2014

MEDIA PEMBELAJARAN TUNANETRA

A.    Pengertian Tunanetra
Tunanetra adalah istilah umum yang digunakan untuk kondisi seseorang yang mengalami gangguan atau hambatan dalam indra penglihatannya. Berdasarkan tingkat gangguannya Tunanetra dibagi dua yaitu buta total (total blind) dan yang masih mempunyai sisa penglihatan (Low Vision). Alat bantu untuk mobilitasnya bagi tuna netra dengan menggunakan tongkat khusus, yaitu berwarna putih dengan ada garis merah horizontal. Akibat hilang/berkurangnya fungsi indra penglihatannya maka tunanetra berusaha memaksimalkan fungsi indra-indra yang lainnya seperti, perabaan, penciuman, pendengaran, dan lain sebagainya sehingga tidak sedikit penyandang tunanetra yang memiliki kemampuan luar biasa misalnya di bidang musik atau ilmu pengetahuan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian tunanetra adalah tidak dapat melihat (KBBI, 1989:p.971) dan menurut literatur berbahasa Inggris visually handicapped atau visual impaired. Pada umumnya orang mengira bahwa tunanetra identik dengan buta, padahal tidaklah demikian karena tunanetra dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori.


Klasifikasi anak tunanetra berdasarkan kemampuan daya penglihatan, yaitu :

·         Tunanetra ringan (defective vision/low vision); yakni mereka yang memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat mengikuti program-program pendidikan dan mampu melakukan pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan.

·         Tunanetra setengah berat (partially sighted); yakni mereka yang kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan yang bercetak tebal.

·         Tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali tidak dapat melihat.


B.     Media Pembelajaran

1.      CCTV (closed circuit television)

          Tersedianya banyak alat bantu low vision memberi para praktisi dalam bidang low vision berbagai opsi untuk membantu anak-anak yang menyandang ketunanetraan. Seyogyanya tidak akan dijumpai suatu kondisi di mana anak low vision tidak dapat dibantu dengan suatu bentuk alat bantu low vision yang sesuai dengan kebutuhan pendidikannya. Bagi banyak anak, sebuah alat bantu low vision dapat merupakan alat yang serba guna. Akan tetapi, bagi kasus-kasus tertentu, alat-alat ini mungkin terbatas atau spesifik kegunaannya, dan tidak ada pendekatan yang standar ataupun cara pemecahan yang seragam, karena setiap anak memiliki kebutuhan visual yang berbeda. 

          CCTV kini cenderung dipergunakan untuk anak-anak yang menyandang ketunanetraan yang lebih berat yang membutuhkan tingkat magnifikasi yang lebih tinggi daripada yang dapat diperoleh dari alat optik. CCTV terdiri dari sebuah kamera televisi yang diletakkan di atas sebuah meja X Y yang dapat dipindah-pindahkan dan dihubungkan ke monitor tayangan video. Pada umumnya kamera itu terpaku, menunjuk ke bawah ke arah penyimpan bahan bacaan, sehingga bahan bacaan harus diletakkan tepat di bawah lensa kamera. Penyimpan bahan bacaan itu tidak dapat diatur ketinggiannya sehingga magnifikasi hanya dapat diperoleh secara elektronik atau dengan menggunakan "zoom camera". Magnifikasi berkisar dari 2x hingga 100x. Sebaiknya menggunakan monitor berkualitas baik yang frekuensi kerdipannya lebih besar dari 50 Hertz (Hz), karena ini dapat menghilangkan kerdipan listrik yang mengurangi ketajaman penglihatan pada penyandang low vision.
Sistem modern dibuat dengan frekuensi kerdipan di atas 60 Hz. CCTV tersedia dalam versi monokrom (hitam-putih) ataupun warna. Penggunaan CCTV warna untuk anak-anak pengidap disfungsi macula patut dipertanyakan karena sistem yang hitam-putih biasanya akan memberikan hasil yang lebih baik. Dua opsi yang tersedia pada CCTV monokrom adalah menayangkan tulisan hitam pada latar putih atau menggunakan sistem negatif untuk menayangkan tulisan putih pada latar hitam. Telah ditemukan bahwa menggunakan tulisan putih pada latar hitam lebih nyaman dan memberikan ketajaman yang lebih baik bagi mereka yang mengidap retinitis pigmentosa. 
          Kelebihan dari sistem CCTV adalah kemampuannya untuk memvariasikan iluminasinya dan kekontrasan citra yang dihasilkannya. Seorang anak tunanetra sering lebih menyukai kekontrasan yang lebih tinggi daripada yang terdapat pada dokumen aslinya. Pengalaman telah menunjukkan bahwa anak yang mengidap kondisi macula degeneratif dan mereka yang kehilangan kebeningan pada media optiknya membutuhkan cahaya yang lebih terang dan kekontrasan yang lebih tinggi. 
          Sistem CCTV yang lebih kompleks mungkin menyediakan beberapa fitur tambahan. Sistem ini mungkin dapat dihubungkan ke mesin tik atau komputer. Sebuah kamera jarak jauh mungkin juga tersedia, sehingga papan tulis maupun bahan bacaan dapat terbaca. Dalam hal ini, CCTV itu perlu dilengkapi dengan layar monitor yang dapat terbagi sehingga tulisan jarak jauh dapat terlihat pada satu sisi layar itu dan bahan bacaan ditayangkan pada sisi lainnya. Juga memungkinkan untuk "menutupi" bagian-bagian tertentu dari layarnya so that sehingga hanya satu baris tulisan saja yang terlihat. Dalam mode hitam-putih, bagian layar yang tertutupi itu tampak hitam, dan dalam mode putih-hitam bagian yang tertutupi itu tampil putih. Terdapat juga fasilitas untuk menggarisbawahi teks. 
          Tentu saja banyak masalah yang terkait dengan sistem CCTV dibandingkan dengan alat-alat optik yang sederhana. CCTV lebih mahal dan tidak mudah dibawa-bawa. Untuk mengatasi hal yang kedua tersebut, dalam beberapa tahun terakhir ini telah diperkenalkan kamera genggam seperti mouse komputer yang dapat dihubungkan ke pesawat televisi biasa. Kisaran magnifikasinya bervariasi, tergantung pada besarnya layar, tetapi dengan layar datar modern yang lebih besar, magnifikasinya dapat mencapai 25x. Semua sistem dengan model genggam ini kini hanya tersedia dengan tayangan hitam-putih, akan tetapi, sistem warna pun akan tersedia dalam waktu dekat ini.
          Alat-alat bantu low vision lainnya dapat dipergunakan dengan CCTV. Misalnya, alat magnifikasi garis yang dipasang pada kedua tepi layar monitor dapat merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan magnifikasi dari CCTV. Selain itu, sebuah alat magnifikasi genggam dapat diberi standar yang fleksibel seperti standar lampu baca, sehingga dengan mudah dapat didorong ke depan layar dan ditarik kembali jika tidak diperlukan. Satu cara lain untuk meningkatkan magnifikasi CCTV adalah dengan menghubungkannya ke sistem komputer, dan untuk ini diperlukan perangkat lunak khusus. 

2.      Mesin Tik Braile

          Anda akan dapat menguasai Braille dengan lebih baik apabila anda tidak hanya mampu membacanya tetapi juga menulisnya dengan format baku system tulisan Braille bahasa Indonesia. Terdapat dua alat yang dapat anda pelajari untuk menulis Braille, yaitu reglet (dan pen) dan mesin tik Braille.

          Keuntungan menggunakan mesin tik Braille – yang tidak terdapat pada penggunaan reglet – adalah bahwa dengan mesin tik Braille, penulis dapat langsung membaca apa yang sudah ditulisnya tanpa harus membalikkan kertas atau mencopotnya dari mesin. Oleh karena itu, terutama karena pertimbangan harga – khususnya di Indonesia dan Negara-negara berkembang pada umumnya, reglet lebih banyak dipergunakan sehingga calon guru bagi anak tunanetra sangat dianjurkan untuk menguasai penggunaan reglet sebelum dapat mengajarkannya kepada murid-murid tunanetra.

          Tampaknya model mesin tik Braille yang paling diminati orang  tunanetra di dunia adalah Perkins Brailler produksi Howe Press, Perkins School for the Blind, Amerika Serikat. Pada selembar kertas berukuran 11 x 11 ½ inci, dengan mesin tik ini anda dapat menuliskan 25 baris teks Braille, 42 karakter Braille per baris. Akan tetapi, mesin tik ini juga dapat mengakomodasi kertas dengan ukuran lebih kecil.


Cara Memasang Kertas

·         Buka penjepit kertas yang ada di kiri dan kanan bagian atas mesin tik itu dengan menariknya ke belakang (kea rah tubuh anda).

·         Masukkan kertas dari arah depan mesin tik dengan menyelipkannya ke bawah kepala mesin tik. 

·         Tutup kembali penjepit kertas.

·         Putar tombol penggulung kertas (yang ada di samping kiri dan kanan) ke arah belakang hingga mentok.

·         Tekan tombol spasi baris (yang ada di sebelah kiri tombol pengetik) untuk memposisikan kertas pada keadaan siap tik.


          Pada bagian belakang mesin tik Perkins ini (bagian yang lebih dekat ketubuh anda) terdapat sembilan tombol. Tombol paling kiri (agak ke atas) adalah tombol spasi baris yang tadi sudah kita pergunakan untuk memposisikan kertas pada keadaan siap tik. Tombol ini selanjutnya dipergunakan untuk menggeser kertas per baris. Tombol yang ada di sisi kanan (agak ke atas) adalah tombol spasi mundur (backspace), untuk mundur per huruf. Sesuai dengan pola enam titik yang dipergunakan dalam Braille, mesin tik ini hanya mempunyai enam tombol pengetik, tiga di sebelah kiri dan tiga di sebelah kanan, dipisahkan oleh tombol spasi. Tiga tombol di sebelah kiri itu dipergunakan untuk membuat titik 1, 2, dan 3; sedangkan tiga tombol di sebelah kanan untuk membuat titik 4, 5, dan 6. Tombol untuk titik 1 ditekan dengan telunjuk kiri, titik 2 dengan jari tengah kiri, dan titik 3 dengan jari manis kiri; sedangkan tombol untuk titik 4 ditekan dengan telunjuk kanan, titik 2 dengan jari tengah kanan, dan titik 6 dengan jari manis kanan. Untuk membuat sebuah huruf yang terdiri dari beberapa titik (misalnya huruf q yang terdiri dari titik 1-2-3-4-5), semua tombol yang membentuk titiktitik itu ditekan bersamaan. Sebelum anda mulai mengetik, pastikan kepala mesin tik berada di pinggir kiri. Pada saat anda mengetik, dia akan bergerak ke kanan.


Media Pembelajaran Bagi Anak Tunanetra




No.
Alat Media
Cara Penggunaan
Kegunaan
1.
Mesin Tik Braile
Cara Memasang Kertas

·         Buka penjepit kertas yang ada di kiri dan kanan bagian atas mesin tik itu dengan menariknya ke belakang (kea rah tubuh anda).

·         Masukkan kertas dari arah depan mesin tik dengan menyelipkannya ke bawah kepala mesin tik.

·         Tutup kembali penjepit kertas.

·         Putar tombol penggulung kertas   (yang ada di samping kiri dan kanan) ke arah belakang hingga mentok.

·         Tekan tombol spasi baris (yang ada di sebelah kiri tombol pengetik) untuk memposisikan kertas pada keadaan siap tik.


Pada bagian belakang mesin tik Perkins ini (bagian yang lebih dekat ketubuh anda) terdapat sembilan tombol. Tombol paling kiri (agak ke atas) adalah tombol spasi baris yang tadi sudah kita pergunakan untuk memposisikan kertas pada keadaan siap tik. Tombol ini selanjutnya dipergunakan untuk menggeser kertas per baris. Tombol yang ada di sisi kanan (agak ke atas) adalah tombol spasi mundur (backspace), untuk mundur per huruf. Sesuai dengan pola enam titik yang dipergunakan dalam Braille, mesin tik ini hanya mempunyai enam tombol pengetik, tiga di sebelah kiri dan tiga di sebelah kanan, dipisahkan oleh tombol spasi. Tiga tombol di sebelah kiri itu dipergunakan untuk membuat titik 1, 2, dan 3; sedangkan tiga tombol di sebelah kanan untuk membuat titik 4, 5, dan 6. Tombol untuk titik 1 ditekan dengan telunjuk kiri, titik 2 dengan jari tengah kiri, dan titik 3 dengan jari manis kiri; sedangkan tombol untuk titik 4 ditekan dengan telunjuk kanan, titik 2 dengan jari tengah kanan, dan titik 6 dengan jari manis kanan. Untuk membuat sebuah huruf yang terdiri dari beberapa titik (misalnya huruf q yang terdiri dari titik 1-2-3-4-5), semua tombol yang membentuk titiktitik itu ditekan bersamaan. Sebelum anda mulai mengetik, pastikan kepala mesin tik berada di pinggir kiri. Pada saat anda mengetik, dia akan bergerak ke kanan.
dengan mesin tik Braille, penulis dapat langsung membaca apa yang sudah ditulisnya tanpa harus membalikkan kertas atau mencopotnya dari mesin. Oleh karena itu, terutama karena pertimbangan harga – khususnya di Indonesia dan Negara-negara berkembang pada umumnya, reglet lebih banyak dipergunakan sehingga calon guru bagi anak tunanetra sangat dianjurkan untuk menguasai penggunaan reglet sebelum dapat mengajarkannya kepada murid-murid tunanetra.
2.
CCTV
CCTV terdiri dari sebuah kamera televisi yang diletakkan di atas sebuah meja X Y yang dapat dipindah-pindahkan dan dihubungkan ke monitor tayangan video. Pada umumnya kamera itu terpaku, menunjuk ke bawah ke arah penyimpan bahan bacaan, sehingga bahan bacaan harus diletakkan tepat di bawah lensa kamera. Penyimpan bahan bacaan itu tidak dapat diatur ketinggiannya sehingga magnifikasi hanya dapat diperoleh secara elektronik atau dengan menggunakan "zoom camera". Magnifikasi berkisar dari 2x hingga 100x. Sebaiknya menggunakan monitor berkualitas baik yang frekuensi kerdipannya lebih besar dari 50 Hertz (Hz), karena ini dapat menghilangkan kerdipan listrik yang mengurangi ketajaman penglihatan pada penyandang low vision.

Sistem modern dibuat dengan frekuensi kerdipan di atas 60 Hz. CCTV tersedia dalam versi monokrom (hitam-putih) ataupun warna. Penggunaan CCTV warna untuk anak-anak pengidap disfungsi macula patut dipertanyakan karena sistem yang hitam-putih biasanya akan memberikan hasil yang lebih baik. Dua opsi yang tersedia pada CCTV monokrom adalah menayangkan tulisan hitam pada latar putih atau menggunakan sistem negatif untuk menayangkan tulisan putih pada latar hitam. Telah ditemukan bahwa menggunakan tulisan putih pada latar hitam lebih nyaman dan memberikan ketajaman yang lebih baik bagi mereka yang mengidap retinitis pigmentosa. 
CCTV kini cenderung dipergunakan untuk anak-anak yang menyandang ketunanetraan yang lebih berat yang membutuhkan tingkat magnifikasi yang lebih tinggi daripada yang dapat diperoleh dari alat optik.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar