A. Pengertian
Tunanetra
Tunanetra
adalah istilah umum yang digunakan untuk kondisi seseorang yang mengalami
gangguan atau hambatan dalam indra penglihatannya. Berdasarkan tingkat gangguannya
Tunanetra dibagi dua yaitu buta total (total blind) dan yang masih mempunyai
sisa penglihatan (Low Vision). Alat bantu untuk mobilitasnya bagi tuna netra
dengan menggunakan tongkat khusus, yaitu berwarna putih dengan ada garis
merah horizontal. Akibat
hilang/berkurangnya fungsi indra penglihatannya maka tunanetra berusaha
memaksimalkan fungsi indra-indra yang lainnya seperti, perabaan, penciuman,
pendengaran, dan lain sebagainya sehingga tidak sedikit penyandang tunanetra
yang memiliki kemampuan luar biasa misalnya di bidang musik atau ilmu
pengetahuan.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian tunanetra adalah tidak dapat melihat
(KBBI, 1989:p.971) dan menurut literatur berbahasa Inggris visually
handicapped atau visual impaired. Pada umumnya orang mengira bahwa
tunanetra identik dengan buta, padahal tidaklah demikian karena tunanetra dapat
diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori.
Klasifikasi anak tunanetra berdasarkan kemampuan
daya penglihatan, yaitu :
· Tunanetra ringan (defective vision/low vision); yakni mereka
yang memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat
mengikuti program-program pendidikan dan mampu melakukan pekerjaan/kegiatan
yang menggunakan fungsi penglihatan.
· Tunanetra setengah berat (partially sighted); yakni mereka yang
kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan menggunakan kaca pembesar
mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan yang bercetak tebal.
· Tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali
tidak dapat melihat.
B. Media
Pembelajaran
1. CCTV
(closed circuit television)
CCTV kini cenderung dipergunakan untuk anak-anak yang menyandang ketunanetraan
yang lebih berat yang membutuhkan tingkat magnifikasi yang lebih tinggi
daripada yang dapat diperoleh dari alat optik. CCTV terdiri dari sebuah kamera
televisi yang diletakkan di atas sebuah meja X Y yang dapat dipindah-pindahkan
dan dihubungkan ke monitor tayangan video. Pada umumnya kamera itu terpaku,
menunjuk ke bawah ke arah penyimpan bahan bacaan, sehingga bahan bacaan harus
diletakkan tepat di bawah lensa kamera. Penyimpan bahan bacaan itu tidak dapat
diatur ketinggiannya sehingga magnifikasi hanya dapat diperoleh secara
elektronik atau dengan menggunakan "zoom camera". Magnifikasi berkisar
dari 2x hingga 100x. Sebaiknya menggunakan monitor berkualitas baik yang
frekuensi kerdipannya lebih besar dari 50 Hertz (Hz), karena ini dapat
menghilangkan kerdipan listrik yang mengurangi ketajaman penglihatan pada
penyandang low vision.
Sistem modern dibuat
dengan frekuensi kerdipan di atas 60 Hz. CCTV tersedia dalam versi
monokrom (hitam-putih) ataupun warna. Penggunaan CCTV warna untuk anak-anak
pengidap disfungsi macula patut dipertanyakan karena sistem yang hitam-putih
biasanya akan memberikan hasil yang lebih baik. Dua opsi yang tersedia pada
CCTV monokrom adalah menayangkan tulisan hitam pada latar putih atau
menggunakan sistem negatif untuk menayangkan tulisan putih pada latar hitam.
Telah ditemukan bahwa menggunakan tulisan putih pada latar hitam lebih nyaman
dan memberikan ketajaman yang lebih baik bagi mereka yang mengidap
retinitis pigmentosa.
Kelebihan dari sistem CCTV adalah kemampuannya untuk memvariasikan iluminasinya
dan kekontrasan citra yang dihasilkannya. Seorang anak tunanetra sering lebih
menyukai kekontrasan yang lebih tinggi daripada yang terdapat pada dokumen
aslinya. Pengalaman telah menunjukkan bahwa anak yang mengidap kondisi macula
degeneratif dan mereka yang kehilangan kebeningan pada media optiknya
membutuhkan cahaya yang lebih terang dan kekontrasan yang lebih tinggi.
Sistem
CCTV yang lebih kompleks mungkin menyediakan beberapa fitur tambahan. Sistem
ini mungkin dapat dihubungkan ke mesin tik atau komputer. Sebuah kamera jarak
jauh mungkin juga tersedia, sehingga papan tulis maupun bahan bacaan dapat
terbaca. Dalam hal ini, CCTV itu perlu dilengkapi dengan layar monitor yang
dapat terbagi sehingga tulisan jarak jauh dapat terlihat pada satu sisi layar
itu dan bahan bacaan ditayangkan pada sisi lainnya. Juga memungkinkan untuk
"menutupi" bagian-bagian tertentu dari layarnya so that sehingga
hanya satu baris tulisan saja yang terlihat. Dalam mode hitam-putih, bagian
layar yang tertutupi itu tampak hitam, dan dalam mode putih-hitam bagian yang
tertutupi itu tampil putih. Terdapat juga fasilitas untuk menggarisbawahi teks.
Tentu saja banyak masalah yang terkait dengan sistem CCTV dibandingkan dengan
alat-alat optik yang sederhana. CCTV lebih mahal dan tidak mudah dibawa-bawa.
Untuk mengatasi hal yang kedua tersebut, dalam beberapa tahun terakhir ini
telah diperkenalkan kamera genggam seperti mouse komputer yang dapat
dihubungkan ke pesawat televisi biasa. Kisaran magnifikasinya bervariasi,
tergantung pada besarnya layar, tetapi dengan layar datar modern yang lebih
besar, magnifikasinya dapat mencapai 25x. Semua sistem dengan model genggam ini
kini hanya tersedia dengan tayangan hitam-putih, akan tetapi, sistem warna pun
akan tersedia dalam waktu dekat ini.
Alat-alat bantu low vision lainnya dapat dipergunakan dengan CCTV. Misalnya,
alat magnifikasi garis yang dipasang pada kedua tepi layar monitor dapat
merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan magnifikasi dari CCTV. Selain
itu, sebuah alat magnifikasi genggam dapat diberi standar yang fleksibel
seperti standar lampu baca, sehingga dengan mudah dapat didorong ke depan layar
dan ditarik kembali jika tidak diperlukan. Satu cara lain untuk meningkatkan
magnifikasi CCTV adalah dengan menghubungkannya ke sistem komputer, dan untuk
ini diperlukan perangkat lunak khusus.
2. Mesin
Tik Braile
Anda akan dapat menguasai Braille dengan lebih baik apabila anda tidak hanya
mampu membacanya tetapi juga menulisnya dengan format baku system tulisan
Braille bahasa Indonesia. Terdapat dua alat yang dapat anda pelajari untuk
menulis Braille, yaitu reglet (dan pen) dan mesin tik Braille.
Keuntungan menggunakan mesin tik Braille – yang tidak terdapat pada penggunaan
reglet – adalah bahwa dengan mesin tik Braille, penulis dapat langsung membaca
apa yang sudah ditulisnya tanpa harus membalikkan kertas atau mencopotnya dari
mesin. Oleh karena itu, terutama karena pertimbangan harga – khususnya di
Indonesia dan Negara-negara berkembang pada umumnya, reglet lebih banyak
dipergunakan sehingga calon guru bagi anak tunanetra sangat dianjurkan untuk
menguasai penggunaan reglet sebelum dapat mengajarkannya kepada murid-murid
tunanetra.
Tampaknya model mesin tik Braille yang paling diminati
orang tunanetra di dunia adalah Perkins Brailler produksi Howe
Press, Perkins School for the Blind, Amerika Serikat. Pada selembar kertas
berukuran 11 x 11 ½ inci, dengan mesin tik ini anda dapat menuliskan 25 baris
teks Braille, 42 karakter Braille per baris. Akan tetapi, mesin tik ini juga
dapat mengakomodasi kertas dengan ukuran lebih kecil.
Cara Memasang
Kertas
· Buka
penjepit kertas yang ada di kiri dan kanan bagian atas mesin tik itu dengan
menariknya ke belakang (kea rah tubuh anda).
· Masukkan
kertas dari arah depan mesin tik dengan menyelipkannya ke bawah kepala mesin
tik.
· Tutup
kembali penjepit kertas.
· Putar
tombol penggulung kertas (yang ada di samping kiri dan kanan) ke arah belakang
hingga mentok.
· Tekan
tombol spasi baris (yang ada di sebelah kiri tombol pengetik) untuk
memposisikan kertas pada keadaan siap tik.
Pada bagian belakang mesin tik Perkins ini (bagian yang lebih dekat ketubuh
anda) terdapat sembilan tombol. Tombol paling kiri (agak ke atas) adalah tombol
spasi baris yang tadi sudah kita pergunakan untuk memposisikan kertas pada
keadaan siap tik. Tombol ini selanjutnya dipergunakan untuk menggeser kertas
per baris. Tombol yang ada di sisi kanan (agak ke atas) adalah tombol spasi
mundur (backspace), untuk mundur per huruf. Sesuai dengan pola enam titik yang
dipergunakan dalam Braille, mesin tik ini hanya mempunyai enam tombol pengetik,
tiga di sebelah kiri dan tiga di sebelah kanan, dipisahkan oleh tombol spasi.
Tiga tombol di sebelah kiri itu dipergunakan untuk membuat titik 1, 2, dan 3;
sedangkan tiga tombol di sebelah kanan untuk membuat titik 4, 5, dan 6. Tombol
untuk titik 1 ditekan dengan telunjuk kiri, titik 2 dengan jari tengah kiri,
dan titik 3 dengan jari manis kiri; sedangkan tombol untuk titik 4 ditekan
dengan telunjuk kanan, titik 2 dengan jari tengah kanan, dan titik 6 dengan
jari manis kanan. Untuk membuat sebuah huruf yang terdiri dari beberapa titik
(misalnya huruf q yang terdiri dari titik 1-2-3-4-5), semua tombol yang
membentuk titiktitik itu ditekan bersamaan. Sebelum anda mulai mengetik,
pastikan kepala mesin tik berada di pinggir kiri. Pada saat anda mengetik, dia
akan bergerak ke kanan.
Media
Pembelajaran Bagi Anak Tunanetra
No.
|
Alat Media
|
Cara
Penggunaan
|
Kegunaan
|
1.
|
Mesin Tik
Braile
|
Cara
Memasang Kertas
· Buka
penjepit kertas yang ada di kiri dan kanan bagian atas mesin tik itu dengan
menariknya ke belakang (kea rah tubuh anda).
· Masukkan
kertas dari arah depan mesin tik dengan menyelipkannya ke bawah kepala mesin
tik.
· Tutup
kembali penjepit kertas.
· Putar
tombol penggulung kertas (yang
ada di samping kiri dan kanan) ke arah belakang hingga mentok.
· Tekan
tombol spasi baris (yang ada di sebelah kiri tombol pengetik) untuk
memposisikan kertas pada keadaan siap tik.
Pada bagian belakang mesin tik Perkins ini (bagian yang lebih
dekat ketubuh anda) terdapat sembilan tombol. Tombol paling kiri (agak ke
atas) adalah tombol spasi baris yang tadi sudah kita pergunakan untuk
memposisikan kertas pada keadaan siap tik. Tombol ini selanjutnya
dipergunakan untuk menggeser kertas per baris. Tombol yang ada di sisi kanan
(agak ke atas) adalah tombol spasi mundur (backspace), untuk mundur per
huruf. Sesuai dengan pola enam titik yang dipergunakan dalam Braille, mesin
tik ini hanya mempunyai enam tombol pengetik, tiga di sebelah kiri dan tiga
di sebelah kanan, dipisahkan oleh tombol spasi. Tiga tombol di sebelah kiri
itu dipergunakan untuk membuat titik 1, 2, dan 3; sedangkan tiga tombol di
sebelah kanan untuk membuat titik 4, 5, dan 6. Tombol untuk titik 1 ditekan
dengan telunjuk kiri, titik 2 dengan jari tengah kiri, dan titik 3 dengan
jari manis kiri; sedangkan tombol untuk titik 4 ditekan dengan telunjuk
kanan, titik 2 dengan jari tengah kanan, dan titik 6 dengan jari manis kanan.
Untuk membuat sebuah huruf yang terdiri dari beberapa titik (misalnya huruf q
yang terdiri dari titik 1-2-3-4-5), semua tombol yang membentuk titiktitik
itu ditekan bersamaan. Sebelum anda mulai mengetik, pastikan kepala mesin tik
berada di pinggir kiri. Pada saat anda mengetik, dia akan bergerak ke kanan.
|
dengan mesin tik Braille, penulis dapat langsung membaca apa
yang sudah ditulisnya tanpa harus membalikkan kertas atau mencopotnya dari
mesin. Oleh karena itu, terutama karena pertimbangan harga – khususnya di
Indonesia dan Negara-negara berkembang pada umumnya, reglet lebih banyak
dipergunakan sehingga calon guru bagi anak tunanetra sangat dianjurkan untuk
menguasai penggunaan reglet sebelum dapat mengajarkannya kepada murid-murid
tunanetra.
|
2.
|
CCTV
|
CCTV
terdiri dari sebuah kamera televisi yang diletakkan di atas sebuah meja X Y
yang dapat dipindah-pindahkan dan dihubungkan ke monitor tayangan video. Pada
umumnya kamera itu terpaku, menunjuk ke bawah ke arah penyimpan bahan bacaan,
sehingga bahan bacaan harus diletakkan tepat di bawah lensa kamera. Penyimpan
bahan bacaan itu tidak dapat diatur ketinggiannya sehingga magnifikasi hanya
dapat diperoleh secara elektronik atau dengan menggunakan "zoom
camera". Magnifikasi berkisar dari 2x hingga 100x. Sebaiknya menggunakan
monitor berkualitas baik yang frekuensi kerdipannya lebih besar dari 50 Hertz
(Hz), karena ini dapat menghilangkan kerdipan listrik yang mengurangi
ketajaman penglihatan pada penyandang low vision.
Sistem
modern dibuat dengan frekuensi kerdipan di atas 60 Hz. CCTV tersedia dalam
versi monokrom (hitam-putih) ataupun warna. Penggunaan CCTV warna untuk
anak-anak pengidap disfungsi macula patut dipertanyakan karena sistem yang
hitam-putih biasanya akan memberikan hasil yang lebih baik. Dua opsi yang
tersedia pada CCTV monokrom adalah menayangkan tulisan hitam pada latar putih
atau menggunakan sistem negatif untuk menayangkan tulisan putih pada latar
hitam. Telah ditemukan bahwa menggunakan tulisan putih pada latar hitam lebih
nyaman dan memberikan ketajaman yang lebih baik bagi mereka yang mengidap
retinitis pigmentosa.
|
CCTV kini
cenderung dipergunakan untuk anak-anak yang menyandang ketunanetraan yang
lebih berat yang membutuhkan tingkat magnifikasi yang lebih tinggi daripada
yang dapat diperoleh dari alat optik.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar